Rey menenggak wine yang ada di hadapannya. Lalu ia menuangkannya lagi. Rey kembali menatap wanita yang ada di sampinya. Memerhatikan sejenak Ariela dengan perasaan yang tak ia mengerti.
Ariela membaca apa yang ada di tangannya. Ia masih tidak percaya jika Rey mengetahui bagaimana kehidupannya. Sebenarnya, Ariela tidak begitu memikirkan jika Rey mengetahuinya. Karena memang kenyataannya seperti itu kehidupan yang dijalaninya. Tapi yang jadi pertanyaan Ariela saat ini adalah kenapa Rey mau mencari tahu tentang dirinya? Apa maksudnya?
Ariela mendesah. Ia menatap pria yang sejak tadi memerhatikannya.
"Jadi, apa yang kamu inginkan?" Sorot mata Ariela penuh dengan banyak pertanyaan. Pria yang katanya terdengar misterius dan dingin itu. Justru tidak bisa ditebak sama sekali.
Padahal ia juga bukan wanita kaya raya yang sepadan padanya. Lantas kenapa Rey sangat menginginkannya.
"Tinggallah di sini, menikahlah denganku dan aku pastikan Ibu-mu bisa melihat lagi."
Ariela mengepalkan kedua tangannya. Tidak mungkin ia mengorbankan dirinya hanya untuk kesembuhan ibunya. Dan ia juga tidak bisa melihat ibunya menderita.
Otak Ariela mulai bekerja. Ia sama sekali belum mengenal pria ini. Saat bertemu, dia terlihat sangat menyeramkan dan terlihat sangat dingin. Tapi, setelah Rey memintaku, dia sedikit berubah jadi lebih baik. Apa ini hanya sebuah jebakkan agar aku bisa menerima tawarannya?
Sudah banyak pria yang Ariela kenal. Semua lelaki sama saja. Selalu manis di bibir saja.
Rey mendesah saat melihat Ariela hanya diam saja. Ia meras kesabarannya hampir saja habis. Tapi Rey masih berusaha untuk tetap sabar.
"Perlu berapa lama untuk berpikir? Kita hanya tinggal membawa Ibu pergi ke sana. Semuanya sudah disiapkan. Tinggal keputusan kamu saja. Kamu tahu saya bukan tipe pria yang suka bermain-main!"
Ariela masih tetap diam, lalu Rey mendekatinya. Memeluknya dan meconium leher jenjang wanita itu.
Ariela ingin memberontak. Tapi ia tidak bisa, biar bagaimana pun Rey adalah pelanggannya. Itu yang ada di kepala Ariela saat ini.
Rey mulai menyentuh perut rata Ariela lalu mengusapnya sambil memejamkan kedua matanya. Untuk sesaat Rey merasa kehangatan yang selama ini ia cari.
Rey membalikkan tubuh Ariela. Lalu ia menatap wajah cantik Ariela yang masih tetap diam saja.
Perlahan-lahan Rey mulai mendekati wajahnya dan mencium bibir Ariela dengan lembut.
Ariela tetap professional. Ia membalas sentuhan bibir yang saling bertautan itu. Ariela tidak ingin mencewakan Rey. Pria ini sudah berusaha untuk memberikan kehidupan yang layak. Lantas apa yang membuat Ariela berpikir begitu keras? Kenapa hingga detik ini, ia merasa sangat ragu sekali.
Ariela mulai melingkarkan kedua tangannya ke belakang leher Rey saat tubuhnya sudah diangkat lalu Rey mendudukkannya di atas meja bar.
Kedua tangan Ariela mulai memberikan remasan di belakang kepala Rey. Menikmati setiap pagutan yang semakin lama terlihat semakin menuntut.
Rey melepaskan sentuhan bibirnya. Ia mengusap bawah bibir Ariela dengan jarinya.
"Kau hanya perlu menungguku di rumah, menyambut kedatanganku dan memuaskan hasratku saja. Kau bisa melakukannya bukan?"
Ariela menundukkan wajahnya. Ia sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Ariela merasa sangat tidak berdaya hari ini. Ia merasa sangat takut jika keputusannya ini akan berdampak pada banyak hal nantinya.
Apa tanggapan orang nanti saat Rey yang terkenal dengan kuasanya menikahi seorang wanita malam.
"Ssshhhh …" suara rintihan lolos begitu saja saat Ariela melamun. Rey sudah memasukkan kedua tangannya ke dalam blouse yang Ariela gunakan. Kedua tangannya sudah tidak sabar ingin menyentuh tubuh indah milik wanita yang sudah berhasil membuat Rey menjadi semakin penasaran.
Rey menatap kedua bola mata amber milik Ariela. Sangat indah sekali. Rasanya jika Ariela sudah tinggal di sini. Ingin sekali Rey memakannya setiap hari.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Rey sambil meloloskan pakaian Ariela.
Ariela menggigit bibir bawahnya. Kenapa ia tidak bisa menolaknya. Padahal ia tahu jika Rey itu pria seperti apa.
Rey berhasil meloloskan seluruh pakaian Ariela tanpa tersisa. Lalu Rey mulai menyentuh tubuh indah yang sudah mulai menjadi candu untuknya.
Rey sangat menikmati setiap prosesnya. Ia sungguh merasakan sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya.
Rey memberikan beberapa tanda merah di bagian dada Ariela. Ia terlihat sangat rakus sekali. Rey sudah tidak bisa menahannya lagi.
Ariela memejamkan kedua matanya. Ia mencoba menikmati setiap sentuhan yang Rey berikan padanya. Ariela merasa darah di dalam tubuhnya mulai mendidih. Suara rintihannya yang merdu juga terus lolos dari bibir mungilnya.
Rey mensejajarkan wajahnya dengan wajah Ariela saat sudah menikmati setiap inci tubuh Ariela. Sampai akhirnya Rey menyatukan tubuh mereka.
Ini yang Rey suka dari Ariela. Di saat bercinta, entah kenapa Rey suka mendengar merdunya suara Ariela. Ia juga suka saat Ariela lebih agresif.
Rey menatap wajah lelah Ariela. Ia mengusap lembut buliran peluh yang membasahi dahi wanita yang ada di hadapannya. Rey mengecup puncak kepala Ariela lalu membawa perempuan itu ke atas ranjang tidur.
"Istirahatlah, bermalamlah di sini. Aku akan mengantarkan kamu besok pagi."
Ariela menganggukkan kepalanya. Ia tidak menolak karena ini memang pekerjaannya. Apa lagi, Rey membayarnya dengan harga tinggi.
Hati Ariela semakin tak menentu. Ia merasa bimbang. Di sisi lain, Ariela tidak ingin terikat kontrak. Ia ingin memiliki hidup yang bebas. Tapi di sisi lain, ia ingin sekali ibunya sembuh. Bisa melihat keindahan dunia dan bisa mengajaknya pergi untuk berlibur bersama.
Ariela mencoba memejamkan kedua matanya. Ia berharap bisa diberikan sebuah jawaban melalui mimpinya.
Rey tersenyum tipis saat melihat wanitanya begitu lelah. Ia memegang dadanya yang berdebar lalu menuju kamar mandi.
Rey merasa dunianya sungguh berubah. Biasanya ia tidak banyak bicara seperti ini. Dan ini sama sekali bukan Rey yang sesungguhnya.
Rey membilas tubuhnya dengan air dingin. Tidak memerlukan waktu lama untuk ia membersihkan diri.
Rey mematikan shower lalu ia keluar dari dalam kamar mandi.
Lagi-lagi pandangan Rey tertuju ke arah ranjang tidur. Entah kenapa ia merasa sudah seperti memiliki seorang istri saja.
Rey menggelengkan kepalanya lalu ia masuk ke dalam ruang ganti pakaiannya. Rey memakai pakaian casualnya lalu ia menuju ruang kerjanya.
Rey menatap berkas yang tadi ia berikan ke Ariela. Memastikan lagi jika tidak ada yang salah di dalamnya sana. Rey berharap agar Ariela bisa menerima tawaran ini.
Rey melihat ponselnya yang berdering. Ia mengangkatnya lalu raut wajahnya yang tadi sedang ceria, kini berubah menjadi sangat menyeramkan.
"Bawa mereka ke tempat biasa. Saya akan segera ke sana!"
Rey mematikan sambungan teleponnya. Kedua bola matanya sudah mulai memerah, rahangnya terlihat mengeras. Kedua tangannya juga sudah terkepal hingga memperlihatkan urat-urat berwarna ungu.
BRAAAKKK!!!
"Brengseekkk!!!" umpat Rey yang semakin tak bisa menahan emosinya. Ia pun bergegas mengganti pakaiannya dan pergi meninggalkan Ariela yang masih tidur begitu saja.
Bersambung