Rey melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Tak lupa para anak buahnya sudah mengikutinya di belakangnya. Ada sekitar lima mobil yang mengikuti Rey saat ini. Dan dalam satu mobil terdiri dari empat orang bodyguard.
Rey memang memiliki kuasa. Ia bukan orang sembarangan dan mana ada yang berani mengusiknya. Bahkan wanita yang mendekatinya cukup banyak, tapi jika Rey sudah bertindak tegas, mereka akan meciut dan menunduk takut.
Rey menghentikan mobilnya di sebuah bangunan tuah. Rumah yang sebenarnya layak untuk dihuni. Hanya saja tidak dirawat jadi membuat rumah tersebut terlihat kumuh dan kotor. Di tambah rumput-rumput hijau yang ada di sekitar rumah membuat bangunan tersebut telihat semakin menyeramkan saja.
Rey mengambil senjata yang ada di dashboard mobilnya. Ia menaruhnya di belakang tubuhnya. Lalu Rey keluar dari dalam mobil dengan rahang yang sudah mengeras.
Rey tidak akan mengampuni siapa pun yang sudah berani berhianat padanya. Ia tidak akan segan-segan untuk menghabisi orang tersebut.
"Dia ada di lantai dua, Tuan," ucap salah satu anak buah Rey yang sedang berjaga di sana.
Rey melangkahkan kakinya untuk menaiki anak tangga. Kedua tangannya juga sudah terkepal dengan erat. Ia sungguh tidak senang ada yang mengganggu waktu istirahatnya.
Rey melihat seorang pria yang kira-kira usianya sekitar empat puluh tahun. Pria itu sedang diikat di sebuah kursi dengan tangan dan kaki yang terikat. Dan bagian mulutnya juga sudah di tutup dengan lakban berwarna hitam.
Rey mendekati pria itu dengan santai, tapi tidak dengan hatinya yang sudah menggebu. Sudah tidak sabar ingin menghabisi pria yang ada di hadapannya itu!
Rey membuka lakbannya. "Ma-maaf, Tuan!" ucap pria itu dengan wajah yang ketakutan.
"Siapa yang menyuruh kamu?" tanya Rey dengan sorot mata yang begitu membunuh.
"Tidak ada, Tuan!" ucap pria itu.
Rey mengeluarkan pistolnya. Ia sama sekali tidak menyukai orang berbohong. Rey menodongkan pistolnya ke dahi pria penghianat itu.
"Jika tidak ingin berbicara. Maka selamanya kau tidak akan pernah bisa berbicara lagi!" ucap Jordan hingga membuat pria itu semakin ketakutan saja.
Dorrr!
Rey tidak suka mengulur waktu, tanpa pria itu bicara ia juga sudah tahu siapa musuh sesungguhnya. Rey masih membiarkannya karena ini hanya masalah kecil. Tapi Rey sebenarnya sedang menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan lawannya itu!
"Kami sudah mendapatkan informasi jika mereka ada di Jepang!"
"Bagus, ikuti gerak geriknya. Jangan sampai kalian lengah!"
"Baik, Tuan!"
Rey kembali ke mobilnya. Ia menyimpan lagi pistolnya lalu bergegas melajukan mobilnya. Rey tidak ingin terlambat tiba di rumah. Apa lagi ada Ariela di sana. Ia merasa sangat merindukan wanita itu.
'Apa aku benar-benar merindukannya?'
Rey mendesah dengan kasar. Ia harus memikirkan rencana matang sebelum bertindak.
Setibanya di rumah, Rey langsung menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya dengan hati-hati.
Rey tersenyum dengan teduh saat melihat Ariela yang masih sangat tenang. Wanita itu seperti obat untuknya. Entah kenapa hatinya jadi berbunga-bunga saat melihat wanita itu.
Rey mengganti pakaiannya lalu ia bergegas menuju ranjang tidurnya. Rey memluk pinggang wanita yang sejak tadi sudah dirindukannya. Rey menghirup aroma tubuh Ariela yang lama kelamaan membuatnya jadi candu.
Esok hari.
Cahaya matahari yang begitu menusuk. Perlahan-lahan cahaya terang itu mulai masuk ke dalam celah tirai yang tidak tertutup dengan rapat. Wajah cantik Ariela pun mulai terkena pancaran sinar matahari itu. Membuat Ariela terusik sudah.
Ariela bergeliat, ia baru menyadari jika dirinya tidak ada di rumahnya atau di mess.
Ariela membuka kedua matanya dan ia baru ingat jika saat ini dirinya ada di rumah Rey.
Ariela menurunkan pandangannya, ia melihat tangan kekar Rey yang masih memeluknya.
Ariela mencoba menyingkirkannya dengan sangat hati-hati. Tapi sepertinya, usahanya sia-sia. Rey semakin mendekapnya dengan sangat erat.
Ariela mencoba menahan napasnya. "Apa dia ingin membuatku mati kehabisan napas? Tangannya berat sekali!" ucap Ariela di dalam hatinya.
Ariela mencobanya lagi lalu ia bergegas turun dari ranjang tidurnya. Ariela melihat pakaiannya yang sudah tersusun dengan rapih di atas sofa. Ia mengambilnya lalu bergegas membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
Ariela melihat tubuhnya di depan cermin. Wanita itu mengembuskan napasnya dengan kasar. Ia tidak menyangka jika Rey cukup ganas saat bercinta. Bahkan jejak yang ditinggalkannya sangat banyak di tubuh indahnya.
Ariela tidak ingin ambil pusing. Yang terpenting saat ini, ia membersihkan tubuhnya. Dan memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan ke Rey nanti.
Di kamar.
Rey membuka kedua matanya. Ia melihat ranjang tidurnya yang kosong. Rey melihat sekeliling kamarnya yang tidak memperlihatkan sosok wanita yang sudah mencuri perhatiannya.
Rey langsung merasa tenang saat mendengar sebuah percikan air dari dalam kamar mandi.
Rey langsung bangun dan menyandarkan tubuhnya di punggung ranjang tidurnya.
Jantung Ariela langsung berdegup dengan cepat saat melihat Rey sudah bangun. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. kenapa pria itu terlihat memesona sekali di saat baru bangun tidur.
"Kau sudah bangun?" tanya Rey. Membuyarkan lamunan Ariela.
"Iya," ucap Ariela sambil menganggukkan kepalanya.
"Kamu tunggu sebentar ya, saya mandi dulu," ucap Rey.
Ariela menganggukkan kepalanya. Ariela menunggu Rey sambil melihat ruang kamar Rey yang cukup menyeramkan jika seseorang baru saja datang melihat kamar ini. Bagaimana tidak? Di sini banyak sekali pajangan senjata tajam.
"Apa ini bisa digunakan?" gumam Ariela.
Ariela melihat sebuah lemari yang cukup besar. Ia melihat ada sebuah foto. Sepertinya foto keluarga Rey.
Ariela melihat betapa manisnya Rey saat masih muda. Pria itu tidak terlihat menyeramkan seperti saat ini.
"Menggemaskan sekali."
Rey yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi melihat Ariela yang sedang memandangi fotonya. Rey tidak mempermasalahkannya, lagi pula di ruang kamarnya ini tidak ada hal misterius.
Rey mengganti pakaiannya lalu setelah rapih dengan penampilannya, Rey langsung mendekati Ariela lalu memeluknya dari belakang.
Ariela merasa risih. Ia ingin memberintak tapi takut menyinggung Rey. Biar bagaimana pun, pria ini memiliki niat baik padanya.
"Apa yang kamu lihat?" ucap Rey tepat di samping telinga Ariela.
"Foto kamu. Sangat berbeda sekali."
"Kau bisa menebaknya?"
Ariela menganggukkan kepalanya. Ia mencoba untuk tenang walau jantungnya terus berdebar dengan sangat hebat.
"Dari sorot mata kamu yang tidak berubah. Dan alisnya juga sama, lihat. Tidak ada yang berubah kecuali postur tubuh saja."
Rey tersenyum. Jarang-jarang ia tersenyum seperti ini. Entah kenapa di dekat Ariela membuat Rey merasa berbunga-bunga seperti ini. Seperti banyak kupu-kupu di atas perutnya yang bergelitik dengan indah. Rey bisa merasakan ketenangan saat ia memeluk wanita ini. Sungguh tidak ingin melepaskan Ariela begitu saja.
"Kamu memang berbeda, Ariela," ucap Rey di dalam hatinya.
Bersambung