Ariela dan ibunya sudah berada di supermarket. Mereka berdua terlihat asyik sekali saat memilih sayuran. Elise meminta putrinya agar mencari sayuran segar saja. Tapi sepertinya, Ariela tak mengindahkan ucapan ibunya. Ia memang mengambil sayuran segar, tapi Ariela juga mengambil banyak daging, udang dan beberapa jenis ikan.
Perdebatan Ibu dan anak itu mengundang beberapa perhatian yang lewat di depannya. Tentu saja, Ariela sudah bisa mendapatkan tatapan seperti itu.
Ariela langsung memeluk lengan ibunya lalu berbisik. "Bu, sudah jangan marah-marah lagi. Semua orang melihat ke arah kita. Baru kali ini aku menemukan orang tua yang tidak terlalu senang dibelanjakan oleh putrinya. Padahal biasanya para orang tua itu senang sekali menghabiskan uang anaknya untuk foya-foya."
Elise memukul tangan putrinya. Ia jelas kesal, Elise bahkan tidak memiliki pemikiran yang seperti itu.
"Kau itu ya, jelas Ibu berbeda dengan mereka. Ibu tahu bagaimana lelah dan sulitnya mencari uang. Selama ini kau sudah menderita dan Ibu sudah banyak menyusahkan kamu. Jadi, Ibu mohon. Jangan bicara seperti itu. Ok, Ibu mengalah untuk hari ini. Kamu bebas belanja apa saja untuk Ibu. Tapi lain kali jangan terlalu boros seperti ini. Kamu juga perlu menabung untuk masa depan kamu."
Ariela tersenyum lalu mengaggukkan kepalanya. "Iya. Ibu tenang saja, aku akan memikirkannya itu. Saat ini, kebahagiaanku adalah melihat Ibu bahagia seperti hari ini. Aku kerja untuk Ibu. Jadi aku tidak pernah merasa lelah. Karena aku tahu, Ibu yang lebih lelah saat mengurus aku tumbuh hingga dewasa."
Elise tersenyum. "Di dalam hidup Ibu. Tidak ada pernah kata lelah jika soal kamu, Nak. Ibu sangat mencintai kamu."
"Aku pun sama, Bu. Aku tidak pernah merasa lelah jika semua hal tentang Ibu. Aku akan hidup bersama dengan Ibu. Bahkan jika aku menikah nanti, aku akan membawa Ibu bersama denganku."
"Husss, mana bisa seperti itu. Jika sudah menikah, kau ikut suamimu. Ibu akan tetap di rumah."
"Ibuuu …"
"Sudah, malu di dengar orang."
Ariela langsung tertawa. Padahal tadi yang ngajak berdebat ibunya sendiri. Dan sekarang ibunya juga yang jadi merasa malu. Kadang Ariela merasa lucu dengan sikap ibunya. Inilah yang membuat Ariela merasa senang berada di dekat ibunya. Sayangnya, ia tidak bisa menemani ibunya setiap harinya.
Ariela mendesah pelan lalu pandangannya tertuju ke salah satu makanan yang ada di depan matanya.
"Bu, apa Ibu ingin makan mie?"
"Tidak, kita masak yang sudah dibeli saja."
"Iya Bu, kita akan membuatnya sendiri. Tapi mienya kita beli saja. Kalau buat sendiri kelamaan."
Sudah lama Ariela tidak menyentuh mie instan seperti ini. Biasanya ia akan menjaga bentuk tubuhnya agar tidak gemuk. Tapi, kali ini rasanya ia ingin sekali memakan makanan yang bisa merusak bentuk tubuhnya.
"Terserah kamu saja, Ibu tidak ingin berdebat lagi."
Ariela melebarkan senyumannya. Ia dengan cepat mengambil beberapa bungkus mie lalu memasukkannya ke dalam keranjang.
Ariela mengajak ibunya untuk membayar semuanya. "Sini biar Ibu bantu bawa."
"Tidak Bu, ini hanya beberapa kantong kecil saja."
Ariela terkekeh sendiri saat melihat ada enam kantong belanjaan di kedua tangannya.
"Kau itu keras kepala sekali."
"Hmmm, sama seperti Ibu keras kepala juga. Jadi memang benar aku ini anak Ibu."
"Kauuu!!!"
Ariela tertawa melihat ibunya yang biasanya selalu diam jika tidak ada dirinya. Tapi jika sudah bertemu, Elise merasa semua penyakitnya sudah sembuh. Padahal ia jarang sekali bisa jalan lama seperti ini. Jika tidak ada Ariela, Elise hanya akan makan dan tidur saja. Kehidupannya sangat membosankan sekali.
"Ariela …, kau di sini?" panggil seseorang yang langsung membuat wanita itu melihat siapa pria yang memanggilnya.
Kedua mata Ariela membola saat melihat pria yang jelas saja pernah ia temui. Pria itu pernah memakai jasanya untuk bercinta.
Ariela nampak kikuk. Ia sangat takut jika ibunya sampai tahu kalau dirinya adalah seorang wanita malam.
Pria itu bisa melihat raut wajah Ariela yang sedikit ketakutan. Ia langsung tersenyum dan mengerti saat melihat ada wanita paruh baya di samping Ariela.
"Siapa, Nak? Apa dia teman kamu?" tanya Elise.
Ariela tersenyum canggung. "Hmmm, iya Bu. Dia temanku," jawab Ariela.
"Kalian ingin ngobrol dulu? Biar Ibu menunggumu," ucap Elise.
"Tidak, Bu. Saya hanya menyapanya saja. Maaf jika sudah mengganggu Ibu dan Ariela." Ucap pria itu ramah.
Ariela merasa bersyukur. Ia senang karena pria itu bisa mengerti kondisinya. Untung saja masih ada orang baik seperti pria itu.
Kalau Ibu tahu, kondisi tubuhnya pasti akan langsung drop. Aku tidak ingin sampai terjadi sesuatu dengan ibuku.
Ariela tersenyum ramah ke arah pria yang ada di hadapannya. Ia benar-benar mengucapkan terima kasih di dalam hatinya.
"Sampai bertemu besok, Ariela. Saya permisi dulu," ucap pria itu dan jantung Ariela seketika langsung melonjak. Berarti dia besok akan datang ke club, batin Ariela.
Ariela kembali melangkahkan kakinya lagi. Ia sudah merasa lelah sekali. Sebenarnya kedua tangannya sudah tidak kuat membawa banyaknya belanjaan yang ada di kedua tangannya. Dan Ariela juga harus menuntun ibunya agar tidak terjatuh atau menabrak seseorang.
Akhirnya Ariela bisa bernapas dengan lega saat ia berada di dalam mobil. Elise juga terlihat sangat kelelahan karena satu hari ini ia benar-benar menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama dengan putrinya.
***
Di sisi lain.
"Jadi nanti malam dia tidak datang?"
"Tidak, Tuan Rey. Hari ini memang dia sudah meminta izin karena ingin mengantar ibunya ke rumah sakit. Dan kami selalu memberikan mereka izin satu minggu sekali. Mereka juga membutuhkan tenaga, jika tenaga mereka terlalu di forsir, mereka pasti akan kelelahan dan tidak bisa bekerja."
Rey menganggukkan kepalanya. "Jadi, bagaimana dengan tawaran saya? Saya sudah melunasi hutang Ariela. Apa saya sudah bisa membawanya?"
Madam membuang napasnya panjang. "Itu semua tergantung dengan Ariela. Saya tidak pernah memaksa kehendak siapa pun. Saya tahu kalau Ariela adalah primadona di tempat ini. Tapi saya juga tidak bisa melarang kalau dia ingin pergi meninggalkan tempat ini. Tapi nanti saya akan membicarakannya dengan Ariela. Anda tidak perlu cemas."
Madam sendiri terlihat kaget saat tahu Rey mau membawa salah satu pegawainya. Ia jelas merasa sangat senang jika Ariela bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Bagi Madam, Ariela sudah seperti saudara, adik dan bahkan anaknya sendiri. Dia benar-benar merawat Ariela dengan sangat baik.
Dan Madam juga sangat kaget saat tahu pria yang ada di hadapannya ini ingin dekat dengan Ariela. Padahal selama ini yang ia tahu kalau Rey sangat tidak suka tidur dengan wanita yang sama. Tapi Madam bisa melihat sinar mata Rey yang berbeda. Seperti ada sesuatu yang memang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.
Bersambung