"Kau tidak ingin istirahat lebih dulu?" tanya Rey yang melihat Ariela masih merapihkan riasannya.
"Tidak, aku akan tetap pulang."
Rey membuang napasnya panjang. "Aku akan mengantarkanmu besok pagi. Tidurlah lebih dulu."
Entah kenapa, Rey ingin sekali menahan wanita itu. Ia merasa tidak ingin melihat wanita yang sudah memuaskannya itu pergi meninggalkannya.
"Aku hanya memiliki waktu lima jam untuk melayani kamu."
"Aku bisa menambah bayarannya. Kemarilah," pinta Rey lembut. Jarang-jarang ia menahan wanita seperti ini. Biasanya dialah yang selalu meninggalkan para wanita itu setelah menuntaskan hasratnya.
Tapi melihat Ariela, ia seperti menemukan sesuatu yang tak bisa diungkapkan. Rey sendiri juga tidak tahu kenapa ia melakukan hal bodoh seperti ini.
Gila, maksa banget dia. Lagi pula kenapa harus sampai pagi? Biasanya juga langsung pergi, batin Ariela yang masih tidak percaya dengan semua ini.
Ariela mendengkus kesal. Menatap pria mesum yang masih menunggu jawabannya.
"Aku tidak akan menyentuhmu. Temani aku untuk ngobrol saja."
Mungkin dengan cara seperti ini, ia bisa menghabiskan waktu bersama dengan Ariela. Wanita itu sungguh membuatnya jadi gila hanya dalam waktu beberapa jam saja.
Ariela mendesah. Ia tahu dan sadar kalau dirinya membutuhkan banyak uang. Tapi … Bagaimana cara menolaknya? Hari ini Ariela memang benar-benar merasa lelah. Permainan yang diberikan Rey sang sangat kasar itu sangat membuatnya kelelahan.
"Kemarilah, kau tidak perlu takut. Aku akan berbicara dengan Madam nanti."
Entah kenapa Ariela jadi melangkahkan kakinya lagi untuk menuju ranjang tidur yang sudah berantakan itu. Walau ragu, tapi Ariela hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan oleh pelanggannya. Lagi pula, Rey memang sudah membayarnya dengan harga yang cukup tinggi.
Ariela mulai merasakan debaran di dadanya. Ia sendiri tidak menyangka bisa merasakan hal berbeda seperti ini. Apa mungkin karena hari ini ia tidak langsung pergi? Jadi membuat dirinya bisa menatap pria yang memiliki sejuta pesona itu.
Ariela mendesah. Ia melihat pria yang di sampingnya sedang menatap layar televisi yang menyala.
Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Rey sendiri jadi merasa bingung kenapa ia bisa menahan wanita seperti Ariela.
Rey tertawa di dalam hatinya. "Serpertinya, aku memang sudah gila. Tapi, baru kali ini aku menemukan wanita yang cuek dan acuh terhadapku. Biasanya wanita yang lain akan selalu berusaha mencari perhatianku. Tapi tidak dengannya. Kenapa dia berbeda? Apa karena dia berbeda makanya aku jadi tertarik dan ingin mengenalnya lebih dalam lagi?" ucap Rey di dalam hatinya.
"Soal tawaranku—"
"Saya akan memikirkannya. Dan jujur saja, saya bukan tipe wanita yang suka terikat. Saya lebih suka dengan kehidupan bebas," potong Ariela dengan nada yang sangat tegas. Jelas saja ia tidak ingin sampai terjebak dalam sebuah pernikahan atau kontrak lainnya.
Ariela hanya merasa hidupnya sudah hancur dan juga tak layak untuk mendapatkan cinta. Biar bagaimana pun. Seorang laki-laki yang melihatnya sudah pasti akan memandangnya dengan rendah. Dan Ariela tidak ingin hal itu terjadi.
Menjalani kehidupannya seperti saat ini justru membuatnya jadi bahagia. Ia tidak perlu terikat dengan satu pria. Ia bisa menikmati kehidupan bebasnya dan bisa mengenal banyak pria dengan karakter yang berbeda.
Ariela menundukkan wajahnya. Ia semakin tak sabar menunggu pagi datang. Rasanya, ingin sekali pergi dari tempat ini.
"Ok, kamu bisa memikirkannya lebih dulu," ucap Rey.
Tapi aku akan meminta Madam untuk melepaskan kamu, batin Rey sambil tersenyum dengan penuh kemenangan. Tentu saja, ia hanya melakukannya di dalam hatinya saja. Tidak mungkin dia memperlihatkan senyumannya pada orang asing.
Walau Ariela orang asing, tapi Rey terlihat sangat berbeda. Kali ini setiap ucapan yang terlontar dari bibirnya terdengar sangat lembut. Tidak seperti saat baru bertemu. Yang dengan seenaknya menyuruhnya dengan nada yang dingin.
Rey melirik wajah Ariela yang sudah terlihat lelah. Wanita itu sudah mulai memejamkan kedua matanya sambil menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang tidurnya.
Ariela merasa sangat lelah sekali, bukan hanya tubuhnya yang lelah. Tapi kepalanya juga sangat lelah, padahal ia ingin sekali pulang dan melihat ibunya. Pasti wanita paruh baya itu kesulitan karena tidak ada dirinya di sisi wanita itu.
Ariela tertidur. Rey yang melihatnya langsung terkekeh sendiri. Dengan hati-hati, ia membenarkan posisi tidur wanita itu. Rey menyelimutinya lalu memandangi wajah cantik Ariela.
"Cantik," gumam Rey lalu tanpa ia sadari pria itu mengusap lembut pipi Ariela.
Ariela merasa terusik saat ada tangan dingin mulai menyentuhnya.
Rey yang menyadarinya langsung menegakkan tubuhnya. Ia turun dari ranjang tidurnya lalu mengambil minuman beralkohol yang ada di atas meja.
Rey menatap keluar jendela, memerhatikan indahnya Ibu kota di malam hari. Rey melirik wanita yang sedang terbaring di ranjang tidur. Ia tersenyum tipis lalu menenggak minumannya lagi.
Rey mengambil ponselnya. Baginya, apa yang diinginkannya harud ia dapatkan. Termasuk Ariela, menurutnya sangat mudah mendapatkan wanita itu.
Rey berbicara dengan seseorang dengan nada yang begitu dingin. Wajah mengintimidasinya mulai terlihat. Wajahnya benar-benar tidak bersahabat.
Rey mematikan sambungan teleponnya. Ia kembali menikmati minuman beralkohol itu hingga tersisa sedikit.
Dirasa sudah cukup lelah. Rey memilih untuk menuju ranjang tidur. Ia membaringkan tubuhnya di sana. Menatap sejenak wanita yang ada di sampingnya dan Rey langsung merasakan debaran yang hebat saat tangan mungil Ariela mulai memeluk perutnya.
Rey menatap lagi wanita yang ada di sampingnya. Ia benar-benar tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.
"Ouh, shitt!!! Kenapa jantungku jadi seperti ini?" ucap Rey di dalam hatinya. Rey memegang dadanya yang sudah berpacu dengan tidak normal. Ia mencoba mengatur napasnya yang sudah mulai memburu.
Ariela semakin mendusel, mencari posisi nyaman untuk tidurnya.
Apa yang dilakukan Ariela membuat desiran di dada Rey semakin tak karuan. Pria ini terus mengumpat di dalam hatinya. Entah kenapa, sejak pertama menatap kedua bola mata wanita ini. Rey merasakan sesuatu yang berbeda, yang tidak ia ketahui sama sekali.
Rey benar-benar jadi sulit memejamkan kedua matanya. Padahal sejak tadi, ia sudah merasa lelah dan ingin tidur. Tapi sialnya wanita ini justru membuat debaran di dalam dadanya semakin tak menentu.
"Menarik, aku semakin tidak sabar ingin membawa kamu pulang. Dan aku pastikan, kamu tidak akan bisa menolaknya sama sekali," ucap Rey di dalam hatinya dan sekali lagi ia mencoba untuk memejamkan kedua matanya. Berharap jika ia bisa tidur nyenyak malam ini. Sudah lama juga Rey tidak pernah merasa senyaman ini.
Beberapa saat kemudian, akhirnya Rey tertidur. Ia merasa nyaman saat memeluk tubuh mungil Ariela. Aroma tubuhnya yang harum membuat Rey merasa jadi nyaman. Rey bahkan tersenyum saat pria itu sudah berada di alam bawah sadarnya.
Bersambung