Mentari pagi mulai bersinar menyinari ruang kamar yang begitu dingin ini. Rey mulai bergeliat, mengusap ranjang tidur yang ada di sampingnya.
Dingin …
'Di mana wanita itu?'
Rey bergeming, memerhatikan sekitarnya yang ternyata tidak ada siapa-siapa. Senyum di wajahnya langsung terlihat saat ia mendengar suara percikan air dari dalam kamar mandi.
Rey menyinakkan selimutnya. Ia langsung menghubungi pihak restoran. Rasanya ia sangat gila hari ini. Bisa-bisanya ia memikirkan hal seperti ini.
Tak lama, memperlihatkan sosok yang sangat ia nantikan. Wanita yang sudah membuatnya mabuk akan kehadirannya.
"Aku harus segera kembali, jika tidak bisa mengantarkanku tidak masalah. Aku bisa pulang naik taksi."
"Aku akan mengantarkanmu. Dan aku sudah memesan sarapan untuk kita berdua. Kau harus menemaninya lebih dulu."
"Ta—"
"Aku tidak menerima alasan. Setelah sarapan, aku berjanji akan mengantar kamu pulang," potong Rey yang memang tidak suka dibantah sama sekali.
Ariela tidak bisa menjawab lagi usai mendengar suara pintu kamar mandi yang ditutup dengan kencang. Ariela memegang dadanya, ia benar-benar sangat kaget sekali.
Ariela memilih untuk merias diri saja. Mana ia tidak membawa pakaian ganti. Rasanya sudah tidak nyaman sekali. Tapi untungnya ia sudah terbiasa melakukan hal seperti ini.
Ariela sudah merasa gelisah. Ia berharap bisa cepat kembali. Wanita itu terus memikirkan kondisi ibunya. Walau ia sudah meminta seseorang untuk menjaganya. Tetap saja, sebagai seorang anak. Ia akan selalu mencemaskan kondisi ibunya yang sedang tidak baik-baik saja.
Ariela mendengar suara bel pintu. Akhirnya ia membukanya, tidak mungkin jika harus menunggu Rey yang masih berada di dalam kamar mandi.
Arielan mengambil makanan yang tadi dipesan oleh Rey. Tapi pandangan Ariela justru ke sebuah bunga mawar yang berada di atas trolly makanan itu.
Ariela menaikan kedua bahunya dengan acuh. Ia tak ingin terlalu memikirkannya. Lagi pula yang ada di kepalanya saat ini adalah ingin cepat kembali.
Rey keluar dari dalam kamar mandi. Ia melihat Ariela yang sedang berdiri di dekat jendela. Pria itu langsung mendekatinya dan memeluknya. Entah kenapa ia ingin sekali memeluk tubuh langsing wanita yang sudah memuaskannya tadi malam.
Rey mencium leher jenjang Ariela yang terlihat sangat menggoda. Ia sangat suka aroma tubuh wanita yang sedang didekapnya itu.
Ariela merasa risih, tapi ia tidak bisa menolaknya. Karena ia harus professional.
"Kenapa tidak makan lebih dulu?"
"Aku menunggumu. Cepat ganti pakaianmu."
Rey tidak membantah. Waktunya dengan Ariela memang sudah habis. Dan Rey masih saja mencari cara untuk menahan wanita itu.
Rey mengajak Ariela untuk sarapan di balkon. Mereka berdua menikmati pagi yang indah. Rey merasa jika dirinya sudah seperti memiliki seorang istri saja. Rey tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Karena menurutnya jika ia terikat dengan wanita maka itu hanya akan menyulitkannya saja.
Makanya selama ini Rey tidak pernah ingin tidur dengan wanita yang sama dan selalu menolak ajakan para wanita yang terus mengejarnya.
Tapi Rey merasakan desiran yang berbeda saat ia sedang bersama dengan wanita yang ada di sampinya. Rasa penasarannya terus menghantui pikirannya. Rey tidak sabar ingin memiliki wanita ini.
Ariela mengernyitkan dahinya saat melihat Rey yang terus menatapnya. Pria itu sungguh aneh sekali. Kenapa tiba-tiba ia menjadi baik? Padahal sebelumnya ia sangat acuh dan mengerikan.
Ariela semakin penasaran, apa mungkin pria ini memiliki kepribadian ganda?
Ariela mengangkat kedua bola matanya dengan acuh. Ia lebih memilih untuk cepat menghabiskan santapannya saja.
Rey mengambil sebuket bunga yang tadi dipesannya juga. Ia memberikannya ke Ariela.
"Ini, terimalah. Hanya sebagai ucapan terima kasih saja karena kamu sudah mau menemaniku sampai pagi."
DEG!
Entah kenapa jantung Ariela justru berpacu begitu cepat. Ia merasa sangat aneh sekali. Sebelumnya banyak pria yang memperlakukannya seperti ini. Tapi, Ariela tidak merasakan debaran yang begitu hebat seperti saat ini.
Ariela menerimanya dengan tersenyum kikuk. Ia tidak tahu apa maksud pria ini. Padahal kata Madam, pria ini sangat keras dan susah diajak bicara baik-baik. Tapi menurutku dia tidak seperti itu. Yah, walau awalnya ia merasa ketakutan juga sih, batin Ariela.
Ariela sudah menghabiskan sarapannya. Ia membersihkan mulutnya lalu menatap ke arah langit yang cerah.
"Di mana rumah kamu?"
"Mmm, turunkan aku di halte buss saja."
"Tidak, aku akan mengantar kamu!"
Ariela merasa ragu. Tidak mungkin juga ia membawa pria asing ke rumahnya. Sedangkan ibunya sedang membutuhkannya saat ini.
'Bagaimana caraku agar bisa membuat pria ini menuruti keinginanku?'
Ariela mendesah pelan. "Bisa kita pulang sekarang?"
Rey menaikan sebelah alisnya. "Kenapa buru-buru? Apa kau memiliki janji dengan pria lain?"
'Kenapa dia bertanya seperti itu? Apa dia sedang cemburu? Tapi untuk apa juga dia cemburu dan ingin tahu apa urusanku?'
Ariela menarik napasnya lalu membuangnya pelan. Ia menatap Rey yang terus menatap ke arahnya.
"Ibu ku membutuhkanku. Dan aku harus segera kembali!"
Rey menaikan sebelah alisnya. Entah kenapa ia jadi tertarik dengan kehidupan Ariela. Sepertinya isi kepalanya mulai memiliki banyak ide cemerlang agar wanita ini bisa tinggal di rumahnya.
Senyum penuh kemenangan langsung terlihat di wajah tampannya. Ariela tentu saja tak menyadari akan hal itu. Ia masih memikirkan agar dirinya bisa cepat sampai di rumah.
"Ayo kita pergi. Apa ada yang tertinggal?"
Ariela berdiri dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar hotel.
"Aku rasa tidak ada."
Rey mengambil bunga yang tadi ia berikan ke Ariela. "Ini tidak kau bawa?" tanya Rey sambil menaikan sebelah alisnya.
Ariela mengambilnya. Ia tidak ingin berdebat atau nanti Rey berpikir yang bukan-bukan mengenai dirinya.
"Terima kasih," ucap Ariela dan ia langsung mengekori tubuh Rey yang sudah jalan lebih dulu.
Hening …
Saat ini Ariela dan Rey sedang berada di dalam lift. Mereka hanya berdua. Rey yang melihatnya ingin sekali menarik pinggang wanita yang ada di sampingnya. Tapi entah kenapa ia merasa jika Ariela akan menolaknya?
Rey menepiskan pikirannya yang bisa membuat dirinya jadi gila dengan sendirinya. Pria itu langsung merangkulkan sebelah tangannya ke belakang pinggang Ariela.
Ariela yang merasakannya merasa sangat nyaman sekali. 'Entah kenapa aku merasa hangat. Perasaan apa ini? Tidak mungkin kan aku sudah merindukan sentuhan tangannya?' pikir Ariela sambil berusaha membuang jauh pikirannya.
Ariela dan Rey sudah masuk ke dalam mobil. Rey melirik wanita yang ada di sampingnya. Ia masih belum mendapatkan jawaban di mana Ariela akan turun nanti.
"Di mana rumah kamu, sayang?"
Ariela membuyarkan lamunannya. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Ia merasa debaran yang begitu hebat.
Ariela langsung menyebutkan alamat rumahnya. Ia bisa turun di dekat rumahnya saja. Tidak harus sampai masuk ke dalam rumah juga, pikirnya sambil sesekali ia melirik pria yang ada di sampingnya dari pantulan kaca jendela yang ada di sampingnya.
Bersambung