Chapter 5 - Motive 2

Alexander mengeluarkan dua buah map berlapis kulit berwarna hitam yang ia simpan di laci kerjanya. William menatap kedua map tersebut dengan penuh rasa penasaran. Ia menelan ludahnya ketika Alexander membuka kedua berkas tersebut di hadapannya.

"Bacalah," pinta Alexander.

William melirik ayahnya sekilas sebelum ia mengambil salah satu berkas yang ada di hadapannya dan mulai membacanya. Keningnya langsung berkerut ketika ia membaca berkas yang ada di tangannya. Setelah selesai, ia mengambil berkas lain yang sudah disiapkan ayahnya dan kembali membacanya.

Alexander menunggu reaksi William setelah ia selesai membaca berkas yang kedua. Begitu William menutup berkas tersebut dan meletakkannya di atas meja kerjanya, Alexander kembali berbicara pada William. "Sekarang semuanya tergantung pada pilihanmu."

William segera menatap ayahnya. "Kenapa kau membuat dua versi surat wasiat?"

"Tingkah lakumu kerap kali mempermalukan keluarga ini. Skandalmu dengan beberapa artis cukup mencoreng nama baik keluarga Hunter. Aku tidak ingin mewariskan kekayaanku pada orang yang melemparkan kotoran ke wajahku," jawab Alexander.

William terkekeh setelah mendengar jawaban yang diberikan oleh ayahnya. "Lihat. Siapa yang berbicara tentang moral di sini?"

William kemudian menatap tajam ayahnya. "Menurutmu, tingkah laku siapa yang aku contoh selama ini?"

"Aku tidak pernah membuat diriku menjadi headline berita karena rekaman video seksku beredar luas," sahut Alexander.

William berdecak pelan. "Karena kau pandai menutupi keburukanmu."

"Tapi mengingat kinerjamu yang luar biasa dalam mengelola jaringan hotel kita di Manhattan, aku mau memberikan sebuah kesempatan untukmu. Skandalmu itu ternyata cukup membantu," sindir Alexander sambil tertawa pelan.

William mendengus kesal mendengar nada bicara ayahnya yang terdengar meremehkannya. "Aku masih bisa menggunakan otakku."

"Aku tahu itu," sahut Alexander.

"Aku tidak akan membiarkan hakku kau rampas begitu saja," timpal William.

"Kalau begitu, kau harus menjalankan tugas yang aku perintahkan."

"Aku tidak punya waktu untuk tugas remeh temeh. Pekerjaanku di Manhattan sudah cukup banyak. Langsung saja pada intinya. Apa yang harus aku lakukan?" tanya William.

Alexander kembali mengeluarkan sebuah berkas dari dalam laci kerjanya. Kali ini berkas tersebut berisi rencana pembangunan hotel baru di wilayah dataran Alsace. "Aku ingin membangun sebuah hotel di Riquewihr. Seharusnya aku sudah mulai bisa membangun hotel tersebut. Namun ada sedikit kendala."

Sementara Alexander berbicara, William membaca berkas rencana pembangunan hotel di Riquewihr. Riquewihr merupakan salah satu desa wisata di Perancis yang berada di wilayah dataran Alsace dan puncak pegunungan Vosges.

Sejak abad pertengahan, Riquewihr terkenal sebagai salah satu desa penghasil anggur di Perancis. Bangunan di desa itu didominasi oleh rumah setengah kayu beraneka warna yang sudah berdiri sejak abad ke-15. Jalan-jalan berbatu dan bangunan tua yang dilestarikan dengan baik membuat Riquewihr bagaikan sebuah desa dalam dongeng yang menjadi nyata.

"Potensinya sangat besar jika kita membangun hotel butik di sana," ujar Alexander.

William masih membaca rencana pembangunan hotel di Riquewihr sementara Alexander melanjutkan ucapannya. "Aku bisa membayangkan pengalaman yang didapatkan para tamu ketika menginap di Riquewihr. Dengan jendela kamar yang menghadap ke perkebunan anggur, tur untuk menyaksikan proses pengolahan anggur dan mencobanya langsung."

"Sepertinya orang akan rela mengeluarkan banyak uang demi mendapatkan pengalaman bermalam di desa dongeng," ujar William setelah ia selesai membaca rencana pembangunan hotel di Riquewihr.

Alexander tertawa pelan melihat respon William terhadap rencana pembangunan hotel di desa Riquewihr. "Tapi aku belum bisa memulai pembangunannya. Ada satu pemilik toko yang tidak mau menjual tempatnya. Aku tidak masalah jika bangunannya berada di pinggir. Yang menjadi masalah adalah, bangunan miliknya berada di tengah-tengah blok. Itu akan sangat mengganggu."

William menghela nafas panjang. "Aku mengerti. Aku harus membujuk pemiliknya agar mau menjual tempatnya, kan?"

"Lakukan apapun agar mereka mau menjual tempatnya dan aku akan menjadikanmu pewaris keluarga Hunter. Terlepas dari skandalmu yang memalukan itu," jawab Alexander.

"Itu bukan hal yang sulit," sahut William.

"Aku tidak memberikan tenggat waktu. Tapi semakin cepat kau melakukannya akan semakin baik. Karena kita bisa segera memulai renovasi bagian dalam bangunan-bangunan itu dan mengubahnya menjadi sebuah hotel," ujar Alexander.

"Baiklah. Aku minta semua data tentang tempat itu. Aku akan mempelajarinya sebelum aku pergi kesana."

"Tenang saja, aku akan meminta Naomi untuk mengirimkan semua datanya padamu."

William lalu berdiri dari kursi yang ada di hadapan ayahnya. "Aku rasa pembicaraan kita sudah selesai. Selamat malam."

Alexander berdecak pelan ketika William berlalu begitu saja dari hadapannya. Ia kemudian segera menghubungi sekretarisnya untuk mengirimkan semua data mengenai pembangunan hotel butik di desa Requewihr.

-----

Charles langsung menghampiri William ketika ia melihatnya keluar dari ruang kerja Alexander Hunter. "Apa yang kalian bicarakan? Dia benar-benar membuat dua surat wasiat?"

William melirik sebentar pada Charles dan menghela nafas panjang. "Sepertinya aku tidak bisa kembali ke Manhattan dalam waktu dekat."

Charles mengerutkan keningnya. "Kau ingin tinggal lebih lama di Paris? Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting sampai kau menunda untuk kembali ke Manhattan."

"Aku terpaksa menjalankan perintah ayahku agar aku tidak kehilangan semua warisanku," sahut William.

William kemudian berjalan cepat di selasar rumah keluarganya. Ia menoleh pada taman yang ada di tengah manor keluarganya itu. "Apa kau bawa rokok, Charl?"

Charles langsung meraba saku celananya. "Aku tidak membawanya."

William mendengus kesal dan mulai menggerutu. "Pak Tua sialan! Seenaknya saja dia memaksaku melakukan apa yang dia inginkan."

"Memangnya apa yang Ayahmu perintahkan padamu?" tanya Charles.

"Dia memintaku untuk menyelesaikan masalah di Riquewihr. Naomi akan mengirimkan semua datanya padamu. Segera berikan padaku begitu kau mendapatkan datanya dari Naomi," ujar William.

Charles menganggukkan kepalanya.

"Minta Dimitri untuk menyiapkan mobilku," pinta William.

"Kau mau ke mana?"

William mempercepat langkahnya. "Rasanya kepalaku mau pecah setelah berbicara dengan Pak Tua itu."

Charles hanya bisa menghela nafas panjang begitu melihat William masuk ke kamarnya. Meski sudah lewat tengah malam, namun sepertinya hal itu tidak menghalangi William untuk segera keluar dari manor milik keluarganya. Setelah ini William pasti akan mendatangi club mewah di kota Paris untuk melepaskan penatnya setelah berbicara dengan ayahnya.

"Halo, Dimitri. Aku harap kau belum tidur. William meminta kau untuk menyiapkan mobilnya. Ia ingin pergi keluar," ujar Charles begitu Dimitri menjawab panggilan telponnya.

Dimitri mendesah pelan di telepon. "Baiklah, akan aku siapkan."

"Terima ka—" Charles tidak melanjutkan kata-katanya karena Dimitri langsung mematikan sambungan telepon mereka.

Charles kemudian segera bergegas ke kamarnya. Ia harus mengikuti William dan mengawasinya agar ia tidak membuat keributan di club yang akan ia datangi. Karena jika William membuat masalah, maka ialah yang harus membereskannya saat itu juga agar masalahnya tidak sampai tersebar ke media.

Meskipun William bukan seorang publik figur, namun nama besar keluarga Hunter membuatnya harus berada di bawah sorot lampu kamera. Terlebih lagi, William kerap kali berkencan dengan artis atau model. Itu menjadikannya sebagai sasaran empuk paparazzi. Apapun yang William lakukan akan selalu menarik perhatian dari paparazzi.

Apalagi jika ia membuat keributan. Image sebagai Milyuner arogan sudah tersemat pada William. Namun hal itu tidak menghalangi wanita untuk memujanya. Wajah tampan dan kekayaan yang William miliki membuatnya menjadi idola para wanita. Maka tidak heran, jika William mudah sekali mendapatkan wanita yang mau menemaninya.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. I was hoping you could share your thought in the comment section and let me know about them. Don't forget to give your support through votes, reviews, and comments. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.