William tersenyum lebar ketika akhirnya Esmee menghampirinya yang sedang duduk di meja bar. Esmee membawakan semangkuk oeufs cocotte, sebuah hidangan berbahan dasar telur yang dimasak dengan campuran keju, bacon serta rempah-rempah lainnya dan dipanggang sebentar. Ia juga membawakan sepiring crouton untuk melengkapi oeufs cocotte yang ia buat untuk William.
"Kelihatannya sangat lezat," ujar William.
"Kau tidak akan tahu rasanya kalau belum mencobanya," sahut Esmee. Ia kemudian duduk di sebelah William dan menunggunya memakan sarapan yang sudah ia buatkan.
"Selamat makan," timpal William. Ia mengambil sepotong crouton dan mencelupkannya ke dalam oeufs cocotte.
Mata William berbinar ketika ia mengunyah makanan yang sudah disiapkan Esmee untuknya. Ia hendak membuka mulutnya untuk memuji Esmee, namun Esmee dengan cepat meletakkan jari telunjuknya di bibir William.
"Jangan bicara. Nikmati saja makanannya," ujar Esmee.
William tersenyum dengan mulut penuh crouton. Ia menganggukkan kepalanya dan kembali menikmati sarapannya. Esmee yang melihat William sangat menikmati makanan yang sudah ia buatkan, akhirnya mulai menyantap makanannya. Keduanya tidak banyak bicara dan hanya menikmati sarapan yang disiapkan oleh Esmee.
----
"Sepertinya aku tidak akan keberatan kalau kau memintaku untuk membantumu berbelanja setiap hari," ucap William setelah ia menghabiskan makanan yang dibuatkan Esmee untuknya.
"Apa kau berharap aku akan membuatkanmu sarapan setiap hari?" tanya Esmee.
William terkekeh mendengar pertanyaan yang diajukan Esmee. "Rupanya kau bisa membaca pikiranku juga."
Esmee menghela nafas panjang. Ia meraih gelas air putihnya dan langsung meminumnya. Setelah itu ia kembali berbicara pada William. "Aku senang jika melihat seseorang menikmati makanan yang aku buat."
"Karena itu kau membangun restoran ini?" tanya William.
Esmee menggelengkan kepalanya. "Kakekku yang membangun restoran ini. Nama restoran ini diambil dari nama nenekku, Amelie."
William menganggukkan kepalanya. "Aku tebak, bakat memasakmu pasti menurun dari nenekmu? Benar?"
Esmee tertawa pelan. "Awalnya aku tidak bisa memasak. Tapi melihat Ibu dan nenekku yang selalu berada di dapur, akhirnya aku ikut mempelajarinya."
Esmee kemudian menoleh dan menatap William. "Aku belum banyak tahu tentangmu. Bagaimana kalau sekarang kau menceritakan tentang dirimu. Anggap saja ini wawancara kerja."
William balas menatap Esmee sambil tertawa pelan. "Sepertinya aku tidak siap untuk wawancara kerja."
"Katakan saja darimana kau berasal. Aku tahu, kau pasti pendatang di tempat ini," ujar Esmee.
William bergumam sebentar sebelum ia berbicara pada Esmee. "Aku lahir di Paris. Keluargaku tinggal di pinggiran kota Paris."
"Apa yang kau lakukan sebelum datang ke sini?"
"Aku bekerja pada sebuah hotel di Paris," jawab William.
Esmee menganggukkan kepalanya. "Pantas, kau terlihat cepat beradaptasi dengan lingkungan di sini. Selain itu?"
William mengangkat bahunya. "Tidak banyak yang aku lakukan. Aku hanya bekerja, dan sesekali bersenang-senang bersama teman-temanku."
"Lalu, kenapa kau datang ke sini?"
"Aku ingin membuatmu menjual restoran kecilmu ini," batin William.
William tertawa pelan. Ia menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Esmee tentang tujuannya datang ke Riquewihr. "Terlalu banyak kenangan menyakitkan di Paris dan aku ingin sedikit menghirup udara segar."
"Padahal kau kelihatannya sangat menikmati hidupmu di Paris," sahut Esmee.
William meraih gelas air putih dan kembali meminumnya. "Sejujurnya, aku tidak ingin kembali ke Paris."
"Kau akan tinggal di sini?" tanya Esmee.
William menggelengkan kepalanya. "Aku berpikir untuk pindah ke Manhattan."
"Aku pikir kau akan tinggal di sini," sahut Esmee.
William tertawa pelan dan menggoda Esmee. "Apa kau sedih kalau aku akhirnya pergi dari sini?"
Esmee mengangkat bahunya. "Tidak juga. Aku sudah banyak melihat pekerja yang datang dan pergi. Itu hak mereka. Aku tidak pernah menahan pekerjaku untuk tetap bekerja di sini. Terlebih lagi, suasana restoran saat ini sedang sepi."
William kemudian tergelitik untuk menanyakan alasan Esmee yang tidak menjual restoran miliknya meskipun bangunan lain di sekitar restoran sudah dijual oleh pemiliknya. "Kenapa kau tidak menjualnya saja? Aku dengar pemilik toko di sekitar sini sudah menjual tokonya."
Esmee menghela nafas panjang. "Aku tidak bisa melakukannya."
William menatap Esmee dengan sedikit kebingungan. "Apa yang menghalangimu untuk menjual restoran ini?"
Esmee tertawa pelan. "Ibuku. Aku sudah berjanji untuk tidak menjual restoran ini."
Seketika William terdiam setelah ia mendengar alasan Esmee yang tidak mau menjual restorannya. Sementara itu, Esmee kembali berbicara pada William.
"Restoran ini sangat berharga bagiku karena ini adalah peninggalan keluargaku. Aku menghabiskan separuh hidupku di restoran ini. Bisa dibilang, restoran ini sudah seperti bagian dari keluargaku. Bagaimana aku bisa menjual keluargaku sendiri?" Esmee balik bertanya pada William.
William kembali terdiam dan mencerna jawaban yang diberikan Esmee. Sebenarnya banyak yang ingin ia tanyakan pada Esmee. Akan tetapi jawaban Esmee tentang alasan ia tidak menjual restorannya membuat lidah William terasa kelu hingga ia tidak bisa bertanya apa-apa lagi.
Esmee tiba-tiba saja menepuk bahu William. "Tidak usah terlalu dipikirkan. Yang jelas, aku memang tidak berencana melepaskan restoran ini pada siapapun. Kau tenang saja. Kau bisa bekerja di sini selama yang kau inginkan. Aku akan terus mempertahankan tempat ini."
Esmee kemudian merapikan sisa bekas makan pagi mereka. Ia lalu membawa mangkuk dan piring kotor itu ke dapur.
William memperhatikan punggung Esmee yang sedang berjalan ke arah dapur. Ia bergumam di dalam hatinya. "Kenapa tiba-tiba aku merasa jadi orang yang jahat?"
William kemudian berdecak pelan. Ia lantas segera mengeluarkan ponselnya dan memberitahu Charles untuk menjalankan rencana yang ia rencanakan tadi malam.
"Bagaimanapun juga, aku harus merebut restoran ini agar aku bisa mendapatkan hak atas warisanku," ujar William mantap.
----
Menjelang jam makan siang, Charles mendatangi restoran D'Amelie seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Begitu ia melangkah masuk ke dalam restoran ia langsung disambut oleh Pelayan wanita yang tersenyum ramah padanya.
"Untuk berapa orang?"
"Aku sendiri," jawab Charles.
"Silahkan."
Charles kemudian berjalan mengikuti Pelayan yang menyambutnya. Pelayan itu mengantarnya ke meja kosong yang terletak di dekat jendela. Setelah Charles duduk di tempat duduknya, Pelayan itu segera memberikan buku menu kepada Charles.
"Anda ingin langsung memesan atau mau melihat daftar menunya terlebih dahulu?"
Charles membuka buku menu yang diberikan padanya sambil berbicara pada Pelayan tersebut. "Aku lihat daftar menunya terlebih dahulu."
"Baiklah. Anda bisa langsung memanggilku jika Anda sudah ingin memesan makanan."
Charles menganggukkan kepalanya. "Ngomong-ngomong, apa aku boleh memotret bagian dalam restoran ini?"
Pelayan yang melayani Charles menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Tidak ada larangan memotret di sini."
"Terima kasih," ujar Charles.
Pelayan itu kembali mengangguk pelan. Ia kemudian segera pergi meninggalkan meja Charles. Begitu Pelayan itu pergi, Charles segera mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada William.
"Aku sudah berada di restoran."
Tidak lama setelah Charles mengirim pesan, William membalas pesannya. "Lakukan tugasmu dengan baik. Aku sedang membersihkan sayuran."
Charles mengulum tawanya setelah membaca pesan balasan dari William. Selama ia bekerja untuk William, ia tidak pernah sekalipun melihat William melakukan pekerjaan domestik. William bahkan tidak perlu repot-repot memasak karena ada chef pribadi yang selalu melayaninya.
"Sepertinya dia cukup menikmati pekerjaan barunya," gumam Charles sambil menahan tawanya.
Charles kemudian segera memotret bagian dalam restoran. Ia mengambil foto beberapa sudut restoran yang terlihat sangat cantik dan klasik. Setelah selesai mengambil foto, Charles kembali memanggil Pelayan dan segera memesan makanan.
****
Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. I was hoping you could share your thought in the comment section and let me know about them. Don't forget to give your support through votes, reviews, and comments. Thank you ^^
Original stories are only available at Webnovel.