Chereads / I'll Kill You With My Love / Chapter 9 - Bab 9. Pengkhianatan Fellix.

Chapter 9 - Bab 9. Pengkhianatan Fellix.

Truk kontainer yang dikemudikan Evan berhasil disalip oleh mobil yang dikemudikan oleh anak buah Fellix, dan masih terus menghujani kontainer berisi emas itu dengan tembakan peluru.

Peter terus menekan perutnya yang terkena tembakan, dengan tujuan untuk mengurangi pendarahan. Wajah pria itu terlihat pucat karena darahnya tak juga berhenti mengalir, dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, Peter berusaha menembak mobil yang ditumpangi Fellix menggunakan pistolnya.

Gagal! Tembakan Peter meleset, karena laju truk kontainer semakin kencang dan berguncang saat melewati jalanan yang beraspal yang bergelombang dan tidak rata.

Sepersekian detik berikutnya, 7 mobil berwarna hitam bergerak menyebar mencoba menyalip mobil yang ditumpangi Fellix dan berusaha melindungi container yang dibajak Evan dengan berondongan peluru.

Mereka adalah anak buah Evan, mereka datang sesuai dengan skenario yang sudah Evan susun sebelumnya, tapi sayangnya rencana Evan sedikit meleset dan menyebabkan Peter terkena tembakan Fellix.

"Evan! Kurangi kecepatan! Aku akan habisi Fellix sekarang juga," pinta Peter dengan ekspresi wajah yang terlihat sedang menahan rasa sakit.

"Kamu diam saja, Peter. Kamu akan kehilangan banyak darah kalau kamu terus bergerak, aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang, biarkan mereka yang mengurus Fellix dan anak buahnya," timpal Evan yang masih fokus dengan kemudinya dan semakin tancap gas.

Satu tembakan menyasar hampir mengenai kepala Evan, untungnya Evan reflek menghindar sehingga pimpinan Cosa Nostra itu berhasil selamat. Tak mau tinggal diam, Peter kembali fokus membidikkan pistol tepat ke kepala anak buah Fellix yang sedang mengemudi mobil tepat di samping kontainer.

Peter berusaha fokus meski pemglihatannya mulai kabur, pria itu kemudian menarik pelatuk dan ....

Peluru berdesing melesat kencang lalu menembus kepala dada anak buah Fellix, mobil yang ditumpangi oleh Fellix akhirnya oleng kemudian membentur badan kontainer lalu terguling sehingga bodi mobil menjadi ringsek dengan pecahan kaca yang berhamburan di atas jalanan beraspal.

Meski sang pimpinan telah berhasil dilumpuhkan, akan tetapi anak buah Fellix terus saja melakukan perlawanan. Baku tembak antara kedua kubu masih terus berlanjut hingga satu per satu mobil yang dikendarai anak buah Fellix mengalami kecelakaan karena anak buah Evan berhasil menembak sang pengemudi hingga tewas.

Mata Peter terpejam, pria yang selalu bisa membuat Evan tersenyum itu sekarang tidak sadarkan diri.

Tidak berapa lama kemudian, terdengar suara ledakan yang berasal dari mobil yang Fellix tumpangi. Kobaran api terlihat membesar dengan asap hitam pekat yang membumbung tinggi ke udara, netra Evan sekilas melirik ke spion untuk memastikan mobil Fellix benar-benar hancur.

Kemampuan menembak Peter memang tidak perlu diragukan lagi, meskipun Peter sedang tidak dalam kondisi yang baik. Tapi tidak berpengaruh sedikit pun terhadap kemampuan menembaknya, pantas kalau Peter mendapat julukan mata elang karena ketajaman penglihatannya.

"Peter!! Peter, sadarlah. Peter!!" Evan berteriak memanggil Peter berulang kali, tapi Peter tetap tidak menyahut.

Rasa takut kini bergelayut di pikiran Evan, ia tak mau lagi kehilangan orang yang dikasihinya. Evan lantas menghentikan kontainer di tepi jalan yang terlihat lengang di samping hutan yang lebat diikuti mobil anak buah Evan di sampingnya.

"Kamu bawa kontainer ini dan lakukan sesuai dengan rencana yang sudah kuatur sebelumnya, setelah selesai memindahkan emas-emas itu segera hancurkan kontainer ini agar tidak meninggalkan sedikitpun bukti," titah Evan yang segera dijalankan oleh anak buahnya.

Dengan sangat berhati-hati, Evan membopong tubuh Peter dan memindahkannya ke dalam salah satu mobil anak buahnya, ia meletakkan kepala Peter di atas pangkuannya dan menekan luka tembak di perut Peter untuk mengurangi pendarahan.

"Cepat, kita pergi ke rumah sakit!"

Anak buah Evan langsung tancap gas, dan mobil pun melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit.

10 menit kemudian ....

Sampai di rumah sakit, tubuh Peter segera dipindahkan ke atas brankar dan langsung di bawa ke ruangan gawat darurat untuk segera mendapat penanganan medis. Tak lama kemudian, tubuh Peter akhirnya dipindahkan ke ruang operasi untuk menjalankan operasi pengangkatan peluru.

Evan hanya bisa pasrah menyaksikan tubuh Peter dipindahkan, otaknya tak mampu berpikir saat ini setelah melihat baju Peter basah karena berlumuran darah.

Evan menatap pias kedua tangannya yang kini berlumuran darah Peter, Ia sedang duduk di bangku dan sedang menunggu Peter yang sedang berada di ruang operasi. Lelaki itu tidak beranjak satu centi pun dari tempat duduknya, ia dengan setia menunggui Peter.

Beberapa jam kemudian ...

Malam berganti pagi, sinar matahari perlahan-lahan muncul menerangi langit kota Roma, Italia. Evan pun tertidur lelap di bangku dengan posisi duduk dengan punggung menyandar ke tembok, meskipun terasa tidak nyaman di tubuh Evan tapi lumayan ampuh kalau hanya untuk sekedar mengusir rasa kantuk setelah selesai melakukan misi penting.

Beberapa saat kemudian, seorang dokter laki-laki yang masih mengenakan baju operasi datang menghampiri Evan. Salah satu anak buah Evan kemudian menepuk pelan pundak sang pimpinan untuk membangunkannya.

"Dokter, bagaimana keadaan Peter? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Evan sambil berdiri dengan muka yang masih terlihat lelah dan mengantuk.

"Pasien kehilangan banyak darah, tapi untung saja peluru itu tidak mengenai organ vital pasien sehingga tidak terlalu mengancam nyawanya. Sebentar lagi, pasien akan dipindahkan ke ruang perawatan," jelas dokter kemudian berlalu pergi meninggalkan Evan yang terlihat sedang memijat kepalanya yang terasa sangat berdenyut.

****

Kediaman keluarga Zeus ....

Pagi-pagi sekali, saat Juulian masih terlelap tidur di kamarnya. Ia tiba-tiba mendapat kabar mengejutkan dari anak buahnya yang mengabarkan tentang berita kecelakaan yang menimpa sang paman–Fellix.

Mau tidak mau, Julian pun terbangun dari tidurnya. Meskipun merasa sangat kesal, tapi kalau sudah menyangkut urusan keluarga, Julian pun akhirnya bisa membuka matanya lebar-lebar.

"Apa kamu bilang? Paman Fellix mengalami kecelakaan? Apa yang sebenarnya terjadi?" cecar Julian yang terlihat sangat terkejut dengan kabar yang baru saja diterimanya dari salah satu anak buahnya.

"Sebenarnya bukan kecelakaan? Tapi lebih tepatnya diserang oleh pimpinan Cosa Nostra, " jawab anak buah Julian.

"Evan?! Evan menyerang paman Fellix? Kenapa Evan lebih memilih untuk menyerang paman Fellix, bukannya menyerangku yang sedang melakukan pengiriman senjata?" Julian menatap anak buahnya dengan ekspresi wajah bingung dan dahi mengernyit.

"Tadi malam saat tuan Julian sedang berada di gudang, di saat yang sama juga tuan Fellix bergerak memindahkan semua emas dan harta yang dimilikinya dari hasil menjarah klan lain dan dari hasil penggelapan harta milik tuan Julian. Sepertinya rencana tuan Fellix sudah terlebih dulu diendus oleh Evan, makanya pimpinan Cosa Nostra itu lebih memilih untuk menyerang tuan Fellix dan menjarah emas dari pada menyerang tuan Julian," papar sang anak buah yang membuat muka Julian berubah merah padam.

"Apa kamu bilang? Paman Fellix melakukan penjarahan emas dan menggelapkan hartaku?! Pasti informasi ini salah, karena tidak mungkin paman menipuku mentah-mentah seperti ini," bentak Julian sambil mencengkeram erat kerah kemeja anak buahnya saking kesalnya.

"Lalu ... dimana paman sekarang? Aku ingin bertemu dengannya," tanya Julian dengan rahang yang mengeras.

Anak buah Julian langsung tertunduk dan menggelengkan kepalanya. " Kami juga tidak tahu, Tuan. Tubuh tuan Fellix tidak ditemukan dan hilang tanpa jejak, yang ditemukan hanyalah jasad anak buah tuan Fellix saja," jelas sang anak buah yang semakin membuat kepala Julian terasa berdenyut.

Julian melepaskan cengkeraman tangannya dari kemeja anak buahnya lalu ia kembali terduduk lemas di atas ranjangnya yang super empuk.

"Cari paman Fellix! Kalau perlu kerahkan semua orang untuk mencari keberadaan paman Fellix, bawa paman Fellix hidup-hidup agar aku bisa bertanya langsung kepadanya," titah Julian yang kini sedang menatap lantai dengan tatapan nanar.

"Baik, Tuan." anak buah Julian pun segera pergi untuk menjalankan semua perintah Julian.

Julian tertawa kencang lalu wajahnya menyeringai. "Evan, paman Fellix! Kalian pasti akan kuhabisi dengan tanganku sendiri. Terutama kamu, Paman! Kamu telah berani menipuku yang sudah mempercayaimu, tunggu saja pembalasanku," ujar Julian penuh kebencian sambil mengepalkan tangannya.

Lalu ... dimana keberadaan Fellix saat ini? Kenapa Fellix tega mengkhianati Julian?

To be continued.