Chereads / Kill My Beloved Wife / Chapter 28 - Sudahlah kembali lah.

Chapter 28 - Sudahlah kembali lah.

"Tan" panggil nya.

"Mau apa kamu kesini?" Jawabnya dengan ketus.

"Mau jemput kamu Tan" imbuhnya dengan mata sendu.

"Gak aku gak mau balik, aku mau tetap disini"

"Daddy kamu hubungin aku Tan, kita harus cepat kembali, perusahaan membutuhkan kita"

"Kamu saja yang pulang duluan, aku belum mau, masih mau disini, hiks ibu katakan padanya Tan belum mau pergi dari sini, belum mau ibu, di sana isinya neraka semua, gak ada yang benar benar sungguh sungguh sayang sama Tan ibu?" Lirih nya, berhamburan kedalam pelukan sang ibu.

Pria itu hanya terdiam membeku satu titik menatapnya dalam rasa yang entah bagaimana, ibu Asih memandang nya dengan datar, penuh arti, sembari mengusap usap rambut Tanisha di pelukan nya.

"Nak tidak ada lagi alasan untuk tinggal disini, Gavin sudah mati, sudah ibu bilang lanjutkan hidup kamu, jangan mati karena orang yang belum tentu peduli sama kamu, apa yang kamu lihat dan hadapi saat ini belum tentu sesuai dengan apa yang ada di dalam pikiran kamu, semua manusia keseringan memasang topeng kepolosan, tapi ibu tau kamu tidak seperti itu, sekalipun kamu yang sudah membunuh putri ibu, ibu tidak akan pernah membenarkan sebuah dendam menghancurkan seseorang hanya karena takdir yang kebetulan mengarah di tangan kamu, janji nya dengan Tuhan di dunia ini telah usai, ini bukan salah nya kamu, hanya orang orang yang memiliki hati dan nurani yang sempit yang tidak pernah melihat sisi baik dari gadis semulia ini, kamu ngerti kan?" Tuturan ibu Asih sedikit tegas, mengerlingkan kedua bola matanya pada pria tersebut, pria itu tertegun bimbang saja dalam gurat dinginnya.

"Tapi Tan benci disana?"

"Tidak ada kebencian yang bisa mengalahkan kasih sayang, ketulusan pasti akan menang, hidup lah dengan tulus, tunjukkan siapa kamu sebenarnya, dan ingat pesan ibu hati hati dalam jatuh cinta, jangan sampai buta dan luput dari kebenaran, cukup saja satu putri ibu menjadi korban cinta buta, kamu jangan, yah?"

"Ikut bareng Tan ibu?" Isak tangis nya lagi.

"Gak bisa sayang? Ayo sana sekarang Tan ganti pakaian, pulang lah dengan nya, kalau boleh ibu tau dia siapa kamu? Rekan bisnis? Pengawal? Hm? Pengawalmu setampan ini?"

Tanisha mendongak mendengar gurauan secuil dari sang ibu, dia menyeka air matanya, lalu sekilas menatap pria itu yang hanya seperti patung berdiri, tak mau menghampiri tak juga mau mendekati, seperti nya dia sangat canggung berada di antara ibu dan anak tersebut.

"Dia bukan siapa siapa" ketus nya sambil memanyunkan bibirnya. Dahi sang ibupun berkerut.

"Kalau bukan siapa siapa kenapa dia kesini, jemput kamu?"

"Gak tau, dia sok care aja, udah sana usir dia ibu, Tan malas liat mukanya, lagian Tan bisa pulang sendiri" rungutnya dengan sangat manja.

"Tan kesini, melarikan diri darinya atau bagaimana ini? Bukankah Tan mau nya tinggal di bungalow?" Sebuah ungkapan yang membuat Tanisha sedikit mencalang

"Gak??" Elaknya.

"Hah? Ibu juga pernah mengalami yang namanya masa muda loh, apa dia pria yang sudah mengganggu tidurnya kamu? Gak nyenyak gitu?" Ucap sang ibu lagi, sambil menahan senyumnya, wajah sang nona memerah, pria itu malah jadi salah tingkah sendiri, pikiran nya kok ibu ini bisa tau, apakah Tanisha begitu jujur padanya menceritakan kejadian semalam yang di alaminya? Hah? Ini sangat memalukan? Pikir pria tersebut.

"Nak jangan berdiri, duduk disini?" Pinta sang ibu kemudian kepada pria tersebut, dengan kepala tertunduk pria itu mencoba melangkah dalam kecanggungan yang luar biasa menderanya hari ini. Lantas hempas pelan pantat nya pada sofa butut tersebut.

"Siapa nama kamu?" Tanya ibu Asih padanya. Tanisha hanya seperti gadis manja bergelayut di pergelangan sang ibu dengan bibir mengerucut.

"Saya Vin ibu?" Jawabnya gugup dengan kepala yang masih menunduk.

"Vin apa? Vin banyak, Gavin bahkan juga di panggil Vin?" Sebuah ungkapan tegas yang membuat pria itu langsung angkat kepalanya, kekikukan campur aduk dengan rasa canggung nya. Sang nona tersentak lalu mengerinyit.

"Bukan Vindra maksud nya, saya Vindra Dravinda bu, saya rekan bisnis nya Tanisha, sekaligus hm gimana yah ngejelasin nya?" Ocehnya dengan nada terbata bata, sampai menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal, Tanisha semakin mengerucut kan bibirnya dengan tingkah pria tersebut.

"Sudahlah ibu sudah tau?" Sergah sang ibu dalam senyuman samar

"Tan, ayo sana siap siap" titahnya kembali kepada sang anak, Tanisha akhirnya terpaksa mengangguk lambat, sembari mengerlingkan matanya yang bulat ke arah pria tersebut.

"Ya udah ibu bikinin minum dulu buat dia yah?" Desah sang ibu.

"Ngapain dia gak penting?" Ketusnya lagi.

"Hei..." Ancaman halus dari gurat sendunya sang ibu, mendiamkan mulut ketus itu seketika. Wanita setengah abad itupun lantas angkat kaki ke arah dapurnya.

"Ngapain kamu kesini? Dari mana kamu tau tempat ini?" Ketus nya langsung pada pria tersebut, selepas kepergian ibu Asih.

"Petugas bungalow yang ngasih tau, ini rumah calon mertuanya Gavin, aku sudah tau semuanya dari cerita Amber, kau bodoh ngapain kau ingin menggantikan posisi orang lain? Kau tidak punya tujuan sendiri kah? Dia bukan ibumu, dia ibu dari gadis yang telah di tabrak oleh Rud, benar kan? Untuk apa kau sejauh ini demi menebus kesalahan yang Rud lakukan, nasib baik si Gavin mati, kau tidak jadi terjerumus ke dalam jerat nya, apa kau tau sebenarnya Gavin itu bajingan" ocehnya dengan semangat.

"Heh? Kenal darimana kau dengan Gavin? Kau yang bajingan bukan dia?" Ketusnya, sudut bibirnya tampak terangkat ke atas, meremehkan lawan bicara nya.

"Hei atas alasan apa kau sangat mencintai Gavin, kau bahkan belum pernah ketemu dengan nya? Kau begitu membelanya, dia tidak lebih baik dari ku Tan?" Tegas pria tersebut.

"Kenapa kau malah membandingkan dirimu dengannya?" Ketusnya kemudian, Vin terbungkam, seperti nya sedikit salah bicara, akhirnya Vin kikuk sendiri untuk ngeles dari ungkapan nya tersebut.

"Ya iya, aku temanmu, kita saling kenal, dia belum sekalipun kau temui, kenapa bisa kau pengen jadi miliknya kan gak masuk akal? cuman gara gara rasa bersalah saja, itu bukan salah mu, suruh si Rud lah yang nikahi dia, ngapain kamu? Atau jangan jangan memang kamu yang sudah membunuh anaknya ibu Asih?" Tuduh Vin berbarengan dengan Ravennya yang mendadak menajam.

Sang nona sontak mencalang, gerakan tangan dan tubuh nya mulai meresah, aliran darahnya rasa mengalir lebih deras, degupan jantung nya pun bergemuruh seirama dengan pucatnya wajah cantik itu.

"Apa maksud mu?" Balasnya kemudian memalingkan wajahnya. Gelak tawa Vin sontak menyembur dari mulutnya yang semula terlihat serius itu.

"Haha.. aku hanya bercanda, Tan bukan lah pembunuh aku tau itu, but sekarang sudah cukup, perasaan mu tentu sudah lega kan? Aku pun juga, akhirnya aku tau alasan mu menempatkan Gavin sebagai pria teristimewa dalam hidup mu, sayang dia sudah mati, dan kau harus kembali melanjutkan hidup mu, dengan ku hm?" Ocehnya sembari menaik turun kan alisnya, kembali menggoda sang nona dengan kata kata percaya dirinya yang selalu tinggi melebihi angkasa itu.