Chereads / Kill My Beloved Wife / Chapter 34 - Akhirnya happy ending?

Chapter 34 - Akhirnya happy ending?

Pikiran campur aduknya berkobar hebat bak bara api yang membakar hatinya saat ini, di kendaraan yang melaju lewat kecepatan yang cukup tinggi itu dia sempat menyeka kristal bening di ujung kelopak mata tegasnya yang di hiasi dengan wings eyeliner andalan sehari hari nya.

Sang nona memutar setir nya menuju kantor Dhanda niat kembali, namun di perjalanan meragu semakin membara, apalagi kobaran api ini kian panas bahkan sesak sampai ke ubun-ubun nya.

Dia mendesah sangat kasarnya, memutar kembali setirnya, pada akhirnya menuju arah Bandara.

Pikirnya kalau di tunggu entah kapan dia akan kembali, rasanya untuk menunggu lebih lama lagi itu teramat sulit hutang harus segera di bayar lunas oleh pria tersebut, hutang nya yang sangat besar harus berakhir di persidangan KUA ups!

"Hallo, kau bilang dia ada dirumah nya, dia ternyata ke airport penerbangan tujuan Hongkong, sekarang jujur sama saya apa yang sebenarnya terjadi?" Rutuk nya di telpon, Anton kembali kena tumbuk olehnya.

"Hah? Tapi dia belum pernah membicarakan ini, saya sungguh sungguh tidak tau soal ini nona Tan?" Balas Anton dengan wajah yang memucat.

"Kalau sampai saya tidak sempat ketemu dengan nya, kau dan Annita akan tamat" tegasnya kemudian lantas mematikan teleponnya.

Disana Anton nyaris saja mematahkn meja kerjanya akibat tendangan bebas kakinya yang kuat itu, kenapa harus dirinya dan cinta nya yang jadi korban ulah dua manusia egois itu? Tidak adil sama sekali, pikir pria tersebut.

"Tapi aku akan tetap mempertahankan kamu Annita, my love love, hmm" sesal pria tersebut dengan kepala yang menelungkup putus asa di meja kerjanya tersebut.

Rud keheranan dahi nya sampai berkerut, menunggui sang nona yang sedari tadi tak kunjung kembali, dia juga tidak bilang kemananya hari ini, padahal sebentar lagi ada meeting dengan klien, berkali kali Rud tampak melirik arlojinya.

Sampai pada akhirnya Rud berinisiatif bertanya pada sekretaris CEO yang cantik, manis dan ayu tersebut.

"Kemana nona Tan, Ann?"

"Aku dengar dari Anton sih dia mau kebandara katanya, nyamperin CEO Dravinda, dia bilang meeting hari ini kamu dan aku aja yang handle, kemungkinan dia lama katanya, aku juga bingung Rud ada urusan apa kedua CEO itu, aku curiga ini bukan soal perusahaan, mereka berhati sekarang Rud, mungkin mau nyatuin Dhanda dan Dravinda beneran jadi Vintan deh Rud" Oceh sang sekretaris sembari mengedikan kedua bahunya.

Rud pun tersenyum pahit, hambar rasanya hidup sontak menyelami hatinya, inilah saat terberat bagi nya, untuk benar benar merelakan pujaannya selama ini ke tangan yang di anggap nya tepat itu.

"Kejar cinta kamu Tan, pergilah kemanapun dia pergi" batinnya, mata Rud pun tampak berkaca kaca.

Sementara nona Dhanda, telah sampai di bandara, dia bergegas terjun dari mobil nya berlari sana sini mencari keberadaan pria tersebut.

Di bandara yang seluas itu dia harus lebih teliti di mana tepatnya pria itu saat ini tengah menunggu jadwal keberangkatan nya, hebatnya sang nona sempat melupakan satu hal, kalau pria yang tengah di carinya adalah pengusaha kelas Raksasa, mana mungkin dia terbang menggunakan pesawat komersial.

"Kenapa mendadak bodoh begini Tan?" Rutuk nya terhadap diri sendiri dengan nafas yang sudah sangat ngos-ngosan, akibat berlari kecil kecilan sana sini, dia baru sadar akan hal itu.

"Dia pasti berada di lounge sekarang" batinnya, ponsel di tangannya juga masih berusaha memanggil kontak pria tersebut, Tanisha telah melupakan harga diri kelas tingginya bahkan sikap songong nya disini, tidak mengapa betapa derasnya keringat menerpa dahi mulus itu demi tujuan nya saat ini.

Dan benar saja akhirnya dia sampai di ruangan dengan fasilitas serba mewah itu, sambil mengatur nafasnya yang terngongos hebat.

Mata bulat kebiruan yang indah itupun melirik di sepanjang ruangan tersebut, namun serasa kosong dan senyap, dimana dia? Apa dia sudah berangkat? Dia melirik arloji mahal di pergelangan tangannya sesuai apa yang di ketahui nya dari Ningtam masih ada waktu sekurang nya lima menit menjelang keberangkatan pria itu, tapi dimana dia sekarang? Pikirnya.

Dia mencoba kembali menghubungi nya dan akhirnya tersambung, air mata sang nona sampai berguguran tumpah menjatuh begitu saja, tanpa di sadari oleh nya, mungkin sebagai bentuk kelegaan sesaat nya, setidaknya kalau di angkat dia bisa tau kejelasan mengenai pria itu saat ini.

"Tan???" Jawaban lembut dari balik telepon nya tersebut, suara indah berciri khas si pemilik hutang, sang nona auto tersenyum lega, lebih manis ketimbang gula Jawa.

Meskipun keringat di wajahnya sampai menyatu dengan guguran air matanya saat ini.

"Dimana kamu?" Ketus nya, seperti biasa suaranya selalu saja keras, sekeras kepala nya.

"Di belakang kamu?" Jawab pria tersebut, sontak sang nona langsung mencalang lebar, diapun berbalik badan dan benar saja pria itu berdiri dengan kerennya sambil tersenyum manis.

Tak peduli apapun, mungkin lupa diri, atau lupa tahta dan kasta nya sendiri, dia langsung saja berhamburan melingkar kan kedua tangannya di leher pria tersebut, sampai pria itu terkaget nyaris roboh akibat pelukan kuatnya itu, supaya seimbang pria itu berbalik membalas nya, melingkar kan tangan kokohnya di pinggang ramping itu sambil mengusap punggung nya.

"Kamu mau kemana?" Hardiknya lagi, tampa melepaskan pelukannya.

"Hongkong sih? kenapa emangnya?" Jawab pria tersebut dengan nada yang lembut tentunya.

"Gak usah pergi" timpal nya lagi. Pria itu pun mengerinyit kebingungan, kenapa malah manja begini? Pikirnya.

"Emang gak jadi kok, batal Tan keberangkatan ku aku batalin, semua baik baik saja kok" jawabnya.

Sang nona langsungĀ melepaskan pelukannya, wajah cantiknya memerah dia merasa canggung sendiri, membuat pria itu mengheran aneh.

"Tan, hei kamu keringatan begini sih? Sejak kapan nona Dhanda yang terhormat berantakan begini, Ampe keringetan? Kamu habis lari maraton Tan?" Godanya, sembari mengeluarkan sapu tangan dari kantong nya, lantas mengelapin keringat di sekujur wajah sang nona, Nono Dhanda malah mengsalting gak karuan.

"Ningtam bilang kamu pergi, makannya aku kesini nyariin kamu, aku kira kita gak bakalan ketemu lagi, kamu beneran niat ngejauhin aku, kamu menghindari beberapa kali meeting, cara kamu membuatku jauh dan melupakan kamu itu gagal Vin" ucapnya, kali ini nada sang nona menurun drastis, sambil menatap lekat kedua Raven pria itu.

"Kamu gagal membuat aku benci Vin, kamu gagal Vin, gagal total" sambungnya lagi dengan suara lirih, netra kebiruan yang memerah mengandung embun, Vin sejenak tertegun.

Pria itu tak mampu menjawab sepatah katapun, lantas saja wajah tampannya Vin perlahan mendekati wajah cantik itu, Tanisha mulai merasakan desahan nafas pria itu bertebaran pelan menghangatkan wajah nya, lantas menutup netra indah nya hingga begitu saja kedua bibir merah mereka saling melindas. sampai biar kan sikap dan hati yang bicara, tak perlu ada kalimat apapun lagi, air mata kini saling menyatu pelukan hangat sekali lagi, yang pada akhirnya membuat senyum keduanya merekah.