Setelah mengantar Rud kembali kerumah tercinta nya dengan selamat nona Dhanda langsung menuju mansion nya yang super duper megah itu, wajah tuan Dhanda tampak mendatar menyambut nya di depan pintu kamarnya.
"Kenapa Dad?" Tanya nya dengan dahi berkerut.
"Boleh Daddy bicara nak?" Jawab pria paruh baya tersebut. Tanisha mengangguk bingung.
Mereka pun mengobrol di sisi ranjang. Tanisha merasa sedikit canggung dengan sikap serius nya sang ayah yang penuh tanda tanya besar baginya.
"Gavin yang kamu cari keberadaan nya itu Daddy dengar udah gak ada kan?" Ucapnya. Tanisha tercagun sejenak sebelum akhirnya mengangguk pilu.
Sang ayah pun merangkul nya, mengusap bahu nya, sang nona mulai menitikkan setetes aliran hangat itu dari kedua matanya sebagai wakil luapan lukanya. Dengan kepala yang kini tersandar di bahu sang ayah.
"Rud sudah bebas juga kan?"
"Udah Dad, tadi Tan sendiri yang jemput dia dari sana" Lirihnya.
"Apa kata orang tua nya Rindu?"
"Dia sangat sayang sama Tan Dad, dia menjadikan Tan layaknya anak sendiri, dia wanita terbaik setelah mommy yang pernah Tan kenal Dad"
"Lalu apakah masih harus menyesali segalanya, ibunya Rindu sudah ikhlas, Rud pun bebas, apalagi masih belum mau melanjutkan hidup?" Sang ayah kini menatap nya dengan nanar, kedua bola mata indah yang penuh dengan genangan duka, memerah sendu dalam senyuman pahit nya, dia mengangguk pelan pelan.
"Meskipun Tan menolak, hidup akan terus berjalan kan? Tan memilih bertahan, Tan menjalani apa yang sudah Allah gariskan untuk hidupnya Tan, Tan yakin semuanya akan baik baik saja, Dad, sumpah Tan sudah di kelar kan sendiri oleh waktu, maafin Tan selama ini berbohong, menolak banyak pria baik karna sumpah itu"
"Is okay, sekarang Tan sudah bisa bebas mencintai siapapun, yang Tan anggap bisa memberikan kenyamanan bagi hidupnya Tan, jangan terkungkung terhadap pilihan nya Daddy ataupun mommy Arkandra, jangan menyiksa diri lagi" nasehat sang ayah.
"Untuk saat ini Tan belum yakin Dad, ada yang benar benar meluluhkan hati Tan, lagian Tan mau fokus ke Vintan dulu aja"
"Is okay, terserah Tan, tapi ingat pesan Daddy jangan menahan perasaan nya, itu sangat menyakitkan menderita nya yah pasti Tan sendiri, orang lain gak bakalan mengerti nak!"
Sang nona menarik nafas dalam dalam, menyeka dengan kasar air matanya, beranjak menatap jendela kaca itu, seandainya sang ibu masih hidup mungkin teruk tidak akan seberasa ini, ingin sekali bahagia sesuai porsinya, menerima kehendak hati, tapi entah kenapa dia meragu, ada detak jantung khusus yang mengalir tanpa bersuara.
Dia mencoba mempertahankan rasa itu, sangat bimbang, sampai sang ayah melangkah keluar dari ruangan nya tersebut, meninggalkan kalimat di depan pintu.
"Seseorang yang seperti apalagi yang Tan tunggu, seseorang yang rela mengorbankan nyawanya demi kamu, adalagi kah yang lebih mencintaimu sebesar dia?"
Tanisha termangu di sana, bertirai air mata, dia tidak yakin atas rasanya sendiri, serasa kehancuran yang akan datang jika meyakini perasaan ini, entah sebab apalagi, perasaan ini terlalu tidak nyaman.
"Saya rasa tidak ada yang lebih tepat menemani hidup nona selain dia, apa yang kurang darinya, dia tampan, kaya raya, dia sebanding dengan nona, sikap nya yang pengertian terhadap nona, bukti apa yang hendak nona cari darinya, dia rela mati demi nona, ayolah nona, come on, live your life reach your happiness, biarkan waktu berlalu yang mengeringkan luka itu, sudahlah saya mendukung nona bersama nya, jika apa yang nona bicarakan tentang nya itu semua benar, tidak ada alasan lagi untuk menolak nya" begitu untaian kata beberapa saat lalu dari Rud sang asisten, yang meski wajah pria itu tampak menyendu dalam mengutarakan nya.
Tanisha tidak menyadari sama sekali ada guncangan batin yang terjadi pada pria itu kala dirinya dengan semangat nya mencurahkan isi hatinya mengenai sosok Vindra yang belakangan menemani perjalanan nya, meski dia menolak sangat keras.
"Aku sadar, aku harus sadar dia bukan sasaran yang tepat bagiku, kenapa hatiku hancur sekali, aku sudah tau dari awal tidak mungkin memiliki nya, tapi kenapa aku masih bersikeras untuk mengikuti perasaan ku, siapa aku, aku bukan siapa siapa" batin Rud dari sana.
Rupanya perasaan Rud tersembunyi untuk nona nya tersebut, jauh sebelum ini, bahkan sepertinya jauh sebelum Tanisha mengenal sosok Vindra, tapi Rud sadar ketipantasan dirinya memiliki atasannya tersebut, kasta yang berbeda, wanita yang selama ini selalu di jaga nya, dia real berbuat apa saja serta merta bukan hanya sebagai tugasnya tapi juga perasaan dari lubuk hati terdalam nya, yang hanya bisa di kuburnya selama ini.
Rud menggelayangi beberapa tahun silam, ketika penglihatan sang nona mengalami kerusakan, dia sendiri yang telaten menjaga nya, saban hari menghibur nya agar jangan sampai menyerah dan berlarut karna keadaan.
"Nona tenang saja, saya Rud asisten terbaik nona yang akan terjun sendiri, sebagai mata untuk nona, nona mau kemana saja saya siap menjadi mata untuk nona ok!" Oceh Rud kala itu, mata Tanisha kala itu benar benar sudah gelap tidak memiliki cahaya nya lagi.
"Terimakasih Rud, tapi saya baik baik saja, jika memang ini takdir saya apa boleh buat saya pasrah Rud" jawab sang nona sambil tersenyum pahit, tongkat pemandu nya berjalan tampak di pegang erat oleh tangan kanannya saat ini.
"Jangan pasrah dong nona, pasti ada donor terbaik dari mata terindah untuk nona, nona harus semangat dong" balas Rud dengan ceria. Berusaha menghibur nya.
"Yah saya tidak terlalu mengharapkan itu, buat apa saya bisa melihat lagi? Buat ngejalanin Dhanda? Atau buat apa? Buat menyaksikan ibu tiri yang kejam? Atau Daddy yang sudah tidak sayang lagi terhadap saya, meminta kalian semua menjaga saya, kamu, Pare, siapa lagi, dia sibuk dengan ibu tiri penggila hartanya saja, untuk apa saya bisa melihat lagi Rud, gak ada gunanya, semenjak kematian mommy saya bukan hidup lagi, saya sudah hancur Rud, gak ada yang ingin saya lakukan lagi dalam hidup ini, gak ada, saya mampu kuliah di luar negri, sampai lulus dengan nilai terbaik, membanggakan semua orang, satu Indonesia saya banggakan, tapi untuk diri saya sendiri? Kamu liat seperti apa kebahagiaan saya? Hah rasanya kebutaan ini lebih baik bagi saya"
Rud meneteskan luka dari sela sela kelopak matanya yang sendu kala itu melihat kehancuran sang nona yang tampak nyata di depan matanya.
Namun Tanisha yang buta kala itu tidak akan bisa melihat buliran airmata yang menyembul keluar bahkan menetes turun mengejar rahang pria itu.
"Cairan bangsat itu menghancurkan hidup dan juga masa depan kamu Tan, tidak akan ku ampuni siapapun pelaku biadap itu, siapa yang dendam padamu, sedangkan kau kuliah di luar negri, siapa yang sudah kau sakiti hatinya, hingga tega berlaku demikian, mungkinkah nyonya Arkandra? Atau pesaing bisnis Dhanda? Atau kau punya kekasih secara diam diam?" Pikir Rud.
Rud mengira setelah nona nya tersebut mendapat kan donor mata masalah yang di hadapi serta juga luka yang di deritanya akan segera pulih justru malah menimbulkan masalah baru.
Justru Rud akhirnya terlibat dengan hukum rela mendekam di penjara sebagai tameng nona tercinta nya tersebut, yang telah menabrak anak ibu Asih hingga meninggal karna nekat menyetir di saat matanya sedang dalam masa pemulihan.
Sang nona kabur dari rumah sakit lantaran kecewa karna mereka memaksa melakukan transplantasi itu tanpa persetujuan darinya, karna Tanisha sendiri tau kalau pendonornya merupakan pendonor yang masih hidup, dia tidak tega harus merusak penglihatan gadis lain demi cahaya terang bagi dirinya, yang sebenarnya hidup sangat hampa.