"Tidak nak kamu yang harus pergi dari sini, dia suami ibu, setelah hasrat nya terpenuhi dia akan pergi, dan ibu akan baik baik saja, jika kamu tetap mengotot disini dia akan mencelakakan kamu, ibu tidak mau kejadian masa lalu terulang lagi" papar ibu Asih lewat tatapan sendu yang menggenangkan luka di dalamnya.
"Ayo Tan, percaya pada ibu Asih, demi keselamatan kamu Tan, ikut dengan ku sekarang kita pulang yah, kita kembali, ini urusan orang tua Tan, percaya sama aku ibu Asih tidak akan kenapa kenapa ok!" Nasehat Vin.
Sang nona terbungkam sambil menatap semua orang, Vin tampak kan gurat serius yang penuh harap padanya, sedangkan pria yang sudah tersingkur di lantai itu kembali berdiri lalu tersenyum seringai padanya sambil menggigit bibir bawahnya hal itu membuat sang nona merasa semakin jijik, gimana kalau ucapan nya benar dia lakukan.
Setelah tadi pengakuan nya tentang Rindu yang begitu baik dalam melayaninya, seakan kata kata tersebut seperti sebuah isyarat laknat perbuatan biadab dan hina.
Tanisha berat dalam bernaluri di dalam dadanya itu tengah berkecamuk ribuan persepsi, selain mengkhawatirkan keselamatan ibu Asih, dia juga mengkhawatirkan dirinya sendiri, yang mana gadis yang di luarnya tampak liar dan nakal, sombong angkuh itu, diam diam sangat menjaga kesucian dirinya, meski semua orang tidak mempercayai hal itu.
Tanisha kembali menatap tuan muda Dravinda, mungkin sekelas pria itu bahkan tidak di ijinkan menyentuh nya kecuali kelak menjadi suaminya, apalagi manusia jahannam terkutuk yang ada di hadapannya, tapi berat langkah nya karna takut wanita paruh baya yang sudah di anggap nya layaknya ibu sendiri itu, akan di celakakan.
Namun jika tetap disini bahaya bagi dirinya, Vin mungkin bisa menolong nya namun dia tidak yakin Vin sanggup menghadapi pria bertubuh besar itu, Tanisha juga sangat tidak ingin pria itu terluka.
"Pergilah nak, apalagi yang kamu pikirkan?" Ucap ibu Asih kemudian.
"Tapi yakin kan? Ibu tidak apa apa?" Jawabnya dengan lirih setetes pedihpun merembes ke pipi mulusnya. Ibu Asih lantas menyekanya dengan telapak tangan kasarnya.
Vindra akhirnya menarik tangan sang nona pelan pelan, dia tampak melunak, meski tatapan nya masih enggan meninggalkan ibu Asih, hingga pria itu berhasil membawa nya keluar dari rumah tersebut, Vindra menutup kembali rapat rapat pintu utama nya.
"Aku gak ngerti kenapa ibu Asih menyerah begitu saja Vin? Pria itu jelas sangat berbahaya, apa kau kenal dia Vin?" Ujarnya di mobil yang melaju pada kecepatan sedang.
"Aku gak kenal Tan, tapi aku tau mana yang berbahaya dan mana yang tidak" jawab Vin dengan nada yang mendatar sementara matanya tampak gersang mengarah ke arah jalan terbentang yang mereka lalui itu.
"Dia kenal wanita rongsokan itu juga, dia mengenali ku sebagai anak nya wanita murahan itu, apa hubungannya dengan ibu tiriku itu Vin?"
"Aku gak tau Tan, mungkin dia pernah liat lewat TV, sosmed, kau ini seperti gadis biasa aja, kau itu bukan kalangan biasa kan? Wajar dia mengenal keluarga mu dunia juga kenal, apa kau juga akan menanyainya satu persatu kenal dari mana mereka dengan mu hm?" Gurau Vin mencoba mengalihkan perhatian dan pikiran yang menyesak benaknya tersebut.
"Kau ada benarnya juga, ibu tiriku siapa yang tidak mengagumi nya, semua pria tergila-gila, dia jalang nomer satu di dunia, ayahku saja yang cinta mati dengan ibu ku sampai kesengsem, heh? Dasar jalang rongsokan" sarkasnya.
"Hei gak boleh ngomong gitu, gimanapun dia itu ibu kamu Tan?"
"Heh sosok ibu itu seperti itu ibu Asih, dia pantas menjadi ibuku, bukan Arkandra busuk itu" ketus nya.
"Heh? Terserah kau saja" Vin mendesah kasar.
Namun jangan kira dengan kepergian ini, semua nya baik baik saja, Justru saat ini bahaya sungguhan tengah menghadang keduanya.
"Vin???" Pekik sang nona, tak kalah pria itu ngerem secara mendadak karena sosok berjubah hitam serta wajah yang di tutupi masker hitam tengah menghadang jalan nya.
Pria berjubah hitam itu mulai menggedor gedor keras kaca mobil mereka, Tanisha sampai menggigil ketakutan, cobaan apalagi ini? Pikirnya kenapa akhir akhir ini terlalu banyak kejahatan yang secara mendadak menghampiri nya, setelah beberapa waktu lalu dirinya di culik oleh seseorang tak dikenal. Untungnya tuan muda Dravinda lekas siap menolong nya kala itu, sehingga dia bisa terselamatkan di waktu yang tepat.
"Ya Allah Tan takut... Selamat kan kami ya Allah" Gumamnya. Tuan muda Dravinda termangu mendengar suara samar samar yang tengah menggigil ketakutan itu, sembari mengucapkan kalimat doanya, dia bak gadis polos yang ketakutan akan terjangan badai, siapa sangka Tanisha sesungguhnya bukan apa yang terjadi selama ini, di sana lah wajah pucat pasi nya itu membuat Vin merasa iba, lantas meraih jemari2 lentik yang gemetar ketakutan itu, menggenggam nya dengan telapak tangan nya yang hangat.
"Tenang aku akan hadapi dia" ucap Vin dengan lembut, suara gedoran kaca itu semakin kencang saja, hingga bukan hanya sang nona yang gemetar justru mobil nya juga ikut bergetar.
Tanisha pun menggeleng sembari menarik genggaman tangan pria itu.
"Tenang aku bisa, paling dia cuman mau minta duitnya kita aja, hm? Hei tenang, mana nona Tanisha yang songong dan angkuh itu, ayo berani, Tan gak kalah kok sama yang beginian, dunia aja takluk sama kamu hm?" Bujuk pria tersebut, berusaha memberikan nya keyakinan.
"But hati hati" rengeknya. Telapak tangan yang hangat itu tampak menangkup sejenak di puncak kepala sang nona, sebelum akhirnya Vin membuka pintu mobil itu dengan sikap gagah berani nya.
"Apa mau mu?" Bentak nya.
"Serahkan wanita itu padaku?" Teriak sosok berjubah hitam tersebut.
"Heh? Kau rupanya mau mati hari ini juga" timpal Vin dengan tegas nya.
Pria itu tampak mengeluarkan belati dari kantong jubahnya, namun seperti dalam tatapan nona Dhanda dari atas mobilnya, sedikit pun tuan muda Dravinda tak getir menghadang senjata tajam yang hendak menusuk tubuh nya itu.
Sampai akhirnya baku hantam tak terelakkan, Vin sangat ahli bela diri, di luar dugaan nona Dhanda sendiri, yang semula beranggap bahwa pria itu hanya lah anak manja, kaya raya, yang hanya mengandalkan kemampuan para bodyguard semata, rasa kagum melihat aksi hajar menghajar pria itu melukis senyum melengkung indah di bibirnya, tubuh nya terbuai pemandangan teruk itu, sehingga lupa kalau beberapa saat lalu dirinya pesimis hingga menggigil ketakutan.
Pria berjubah hitam itu berhasil tersungkur oleh tendangan terakhir tuan muda Dravinda, sang nona auto berhamburan keluar hendak menuju pria tersebut, refleks dirinya hendak menjumpai pria itu mungkin sebagai ekspresi dari rasa leganya, karna mengira dia sudah berhasil meringkus begal berjubah tersebut.
Namun naas tak dapat di tolak, akibat terlalu gegabah menuruti hawa kesenangan nya, akhirnya suara ledakan peluru mendahului dirinya darahpun seketika menyiprati wajah cantik nya.