Pelayan warungpun datang mengantarkan makanan yang telah sebelumnya di pesan oleh tuan muda Dravinda, betapa kaget nya sang nona melihat begitu banyaknya tumpukan makanan di meja, membuat nya menelan sebelum mengunyah serta mata yang cantik melebar besar bak biji salak.
"Why? Haha... Kau kaget?" Ucap Vindra sembari menahan tawanya.
"Ini kebanyakan? Aku gak makan semua ini Vin? Ini lemak semua, berapa kalori nya ini, bisa lari maraton tujuh keliling kalau aku makan yang kayak beginian?" Jawabnya dalam dahi yang berkerut.
"Lupakan semua itu, kau tidak akan gendut hanya karna makan yang seperti ini sekali saja, percaya deh, apa aku gemuk gak kan? Hm, sesekali is okay aja? Lagian kalau gemuk pun Tan tetap seksi kok hm?"
"Keterlaluan kamu Vin? Kau mengerjai ku hah?"
"Gak Tan, coba deh enak kok, ayo di coba" tuan muda Dravinda semakin menggoda gadis tersebut, dia mencocol secubit ikan bakar memaksa sang nona untuk menelan nya.
"Ihh Vin gak mau Vin apakah itu di bakar dengan cara yang baik Vin?" Ucapnya sembari memegangi tangan Vin yang hendak menyuapi nya tersebut.
"Sudah pasti baik kok ini higienis you know, coba dulu kalau proses bakar nya gak baik gak mungkin dia bisa matang seperti ini kan?"
"Itu masih ada batok nya gak Vin?" Ucapnya dengan nada yang terbata bata serta serta wajah yang memucat ketakutan, itu ikan bakar di matanya saat ini sudah seperti genderuwo saja sangat menyeramkan.
"Gak ada, ini di bakar pakai api loh?"
"Yah pakai api lah? Maksudnya, itu jorok gak Vin?" Melasnya, keringat sampai mengucur deras di dahinya, rasanya tuan muda Dravinda ingin tertawa sampai berguling guling di tempat itu kala melihat ekspresi pucatnya sang nona saat ini.
"Gak ini bersih, percaya sama aku, mana mungkin pria level seribu seperti ku makan makanan yang tidak terjamin kualitasnya" ucapnya sembari menahan tawanya. Lantas memaksa sang nona untuk membuka mulutnya dia tetap menggeleng, pria itu terus memaksa.
"Kalau gak mau buka mulut, aku yang akan membukanya dengan mulut ku?" Ancaman mengerikan itu akhirnya datang juga, sang nona tetap melakukan penolakan.
"Jadi gak mau nih? Hah, hm mau coba, mau coba gak? Hah?" Pria itu semakin mendesak nya mendekat ke arah bibir merah muda itu.
"Ihh jangan Vin kau tidak sopan?" Protes nya dengan ketus.
"Ya sudah buka mulutnya? Kalau gak aku maksa aku tetap memaksa nih hm?" Pria itu semakin mendekat ke arah bibir nya.
Dari pada pria ini kembali lolos menyosor sangat keterlaluan, lebih baik ikan bakar itu saja yang lolos di mulutnya ketimbang perasaan aneh yang menggerogoti secara tidak sengaja seperti ini, pikir sang nona.
Akhirnya terpaksa membuka mulutnya dan menerima suapan tersebut, awal nya ragu ragu untuk mengunyahnya, Vin lantas tersenyum melihat ekspresi polos polos gak karuan itu, sangat pelan resa nya itu cuman secubit ikan mengunyah nya saja hampir satu jam. Puas seperti meraba raba sebuah rasa, matanya yang indah seketika melebar kembali, batinnya ini tidak seburuk yang ada di benaknya, ini enak melebihi bintang lima, Vin ternyata benar.
"Gimana? Enak tidak?" Tanya pria itu kemudian. Sang nona sangat merasa gengsi untuk mengakui sehingga pelan saja dia mengangguk dengan pipi yang merona.
"Ya sudah lanjut makan sendiri, atau mau aku suapin sampai makanan nya habis hm?" Goda Vin lagi.
"Big no, aku bisa sendiri, mana sendoknya?" Ketus sang nona.
"Sendok? Gak ada, makan pake tangan?"
"Aku gak bisa?"
"Haha... Ya sudah aku suapin kalau gitu?"
"No way, gak Sudi"
"Ya sudah makan sendiri" ucap pria tersebut sembari memulai menyantap makanan nya, membiarkan sang nona melakukan eksperimen nya sendiri dengan makanan itu, dia mencocol, kadang mencolek satu persatu, kadang menjumput nasinya kemulut, dia beneran tidak mengerti caranya makan pakai tangan.
Sampai menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal, Vindra membiarkan nya saja sembari menggeleng gelengkan kepala serta menahan tawanya.
Perlahan lahan dengan memperhatikan cara makannya tuan muda Dravinda, nona Dhanda mulai bisa mengerti dan mulai menirukan pria tersebut, lucu nya apa yang di ambil oleh pria itu dia malah ambil di piring yang sama, padahal semua yang tergeletak itu sudah pada porsinya masing-masing. Dia mengikuti setiap gerakan tangan pria tersebut, pria itu ambil ayam dia ikut ambil ayam, pria itu ambil ikan dia juga ikuti dengan wajah nya yang polos itu.
Tuan muda Dravinda rasanya tidak kuat menahan tawanya, melihat nona yang biasanya songong, egois, angkuh berpatokan makan lewat diri nya, penolakan nya yang keras selama ini, rasanya sangat tidak sepadan dengan apa yang di saksikan pria itu saat ini, sangat jauh berbeda, apa ini aslimu Tan? Sepolos itukah kamu? Itulah batin tuan muda Dravinda saat ini.
Ketika pria itu selesai dia juga ikut selesai, pria itu cuci tangannya, dia juga ikut mencuci tangannya namun kali ini mulut manja itu protes
"Mana hand shoap nya?"
"Heh? Tan... menggemaskan tau gak?" Gumam pria tersebut. Lantas memanggil pemilik warung, agar menyediakan hand shoap untuk sang nona. Beneran lebay dan rempong nya wanita manja satu ini bikin tuan muda Dravinda serasa ingin menggigitnya saja, oh tidak?
*
Bukannya membawa nona Dhanda kembali ke bungalow, justru tuan muda Dravinda malah mengajak nya menikmati deburan ombak di malam hari, sweet place bersama terpaan gemulai malam, keduanya duduk pada sebuah saung yang tergeletak di bibir pantai.
Pantulan cahaya malam membuat warna lautan di sekitar pantai itu menjadi kebiruan pekat, keindahan yang cukup membuat Tanisha sedikit terkagum kagum.
"Amber bilang kau mencari Gavin kesini? Apa itu benar? Apa hubungan mu dengan nya?" Tanya tuan muda Dravinda dengan mode serius.
Sang nona seketika sirap darah mendengar pertanyaan tersebut, siapa sangka si Amber wanita bermata menonjol itu mengadu pada atasannya.
"Bukan urusan mu?" Ketusnya, kemudian membuang muka.
"Jika tidak ada hubungannya, tidak mungkin kau sampai jauh jauh datang kesini? Seorang nona Tanisha Dhanda tidak akan melakukan hal konyol seperti ini, kau mengganti semua gaya hidup mu disini, kau mengganti penampilan mu, kau berusaha membuat dirimu senyaman mungkin dengan desa ini, tapi aku tau bagaimana kau sangat tertekan tinggal lebih lama disini, kau bilang ibumu ada disini, apa itu ada hubungannya dengan Gavin?"
"Aku bukan siapa siapa bagimu, kau tidak perlu tau apa pun urusanku" ketusnya lagi, deburan ombak terdengar keras menyapa pantai nya. Helaian rambut sang nona tampak menyebar menutupi separuh wajah nya.
"Tatap aku Tan, Jawab lah dengan jujur perasaan apa yang tengah kau sembunyikan dariku?" Ucap tuan muda Dravinda dalam nada yang mulai terdengar dingin.