Vindra memasuki sebuah kamar dengan konsep interior berwarna biru muda, sangat elegan.
Setiap sisi kamar dipenuhi dengan beberapa bingkai serta pigura photo seorang wanita cantik, rambut sebahu, berkulit putih bermata biru.
"Hai Asha, aku kembali, bagaimana kabarmu?" Ocehnya sambil tersenyum, menuju salah satu potret.
"Aku semakin dekat dengan tujuanku, kau pasti senangkan? Hm penyebabnya akan segera berakhir lebih menyedihkan di bandingkan dirimu, mata dibalas dengan mata, iya kan Asha?" Gelagatnya bicara sambil tersenyum dingin disertai oleh tatapan bak Elang yang begitu tajam, misterius cenderung sangat berbahaya.
Dia lantas memejamkan mata tajamnya itu, sekilas sebuah lintasan masa lalu tengah menggelayangi dalam kegelapannya.
"Apa yang terjadi Asha? Siapa yang melakukan ini padamu?" Vindra bersimbah air mata, memandang seorang wanita dalam pangkuannya yang nyaris mandi dengan darah dari tubuhnya sendiri, Vindra pun meraung raung meratapi wanita itu.
"Vin, balaskan dendamku, ambil kembali mataku dari mereka, mereka tega mengambilnya dengan paksa Vin, balaskan mereka Vin" lirih gadis itu, suaranya terdengar hilang timbul ditelinga Vin.
"Aku akan membalasnya Sha..." Tegas sang tuan muda Dravinda dengan airmata yang tak hentinya mengalir.
"Katakan siapa orangnya?" Sambungnya lagi. Wanita itu lantas membisikkan sebuah kata kata ditelinga Vin.
"Jadi itu No polisi kendaraannya? Akan ku hancurkan mereka semua, aku bersumpah demi kamu Sha, aku akan mengambil kembali matamu dari mereka, sepertinya mereka tidak tau tengah berhadapan dengan siapa saat ini, mereka melupakan satu hal kalau kau adalah tunangannya Vindra Dravinda, mereka rasakan akibatnya, kematian tidak akan mengampuni mereka" wajah tampan Vin sontak mengganas dipenuhi bara api amarah.
"Vin haus" lirih wanita itu lagi.
"Sebentar sayang aku ambilkan minum dulu di mobil" Vindra lantas berdiri dari jalan tempat sang gadis terkapar tak berdaya itu melangkah pergi mencari minuman di mobilnya.
Namun ketika ingin membuka pintu kendaraan mewahnya, terdengar suara pekikan keras, beradu bersama jeritan rem mobil, berkecut keras di aspal.
Vindra langsung berteriak sekencang mungkin, sembari berlari menuju sumber suara.
"Asha...." Vindra berlutut dihadapan gadis yang kini bukan hanya matanya yang telah lenyap, gadis itu bahkan terkapar, terbujur kaku di pinggir jalan yang lumayan sepi tersebut.
Vindra menatap murka sebuah kendaraan roda 4, mobil berkelas tinggi melaju sangat kencang di aspal, meninggalkan tempat gadis itu terkapar, saat ini No Polisi kendaraan berwarna merah tersebut berhasil berada diluar kepala sang tuan muda Dravinda.
Dengan geraham yang menggerutuk serta mata melotot tajamnya. Vindra bertekad sekali lagi.
"Akan ku bunuh kau, siapapun kamu yang telah menabrak Asha ku, aku tidak akan segan segan membunuh mu, kaburlah dari maut mu sekarang manusia terkutuk, sebelum kehancuran bahkan sampai kau sendiri yang meminta kematian padaku." Kepalan tuan muda Dravinda mengeras kuat melebihi batu.
Hingga kini dia membuka mata merahnya yang murka itu.
"Cukup setahun aku memberikan kalian hidup yang nyaman selama ini, mulai hari ini pembalasanku akan dimulai, selamanya tidak ada satupun yang bisa mencegahku" tekad serta dendamnya.
*
Di kediaman Dhanda, nona yang terhormat sombong angkuh tapi manis itu tengah berguling guling heboh di kasur, membayangkan wajah tampan yang beberapa saat lalu mengantarnya pulang kerumah.
"Benarkah pria setan itu berhasil merebut pandangan pertama dari ku? Ah haha" dia tertawa tawa sendiri, senyum senyum tidak jelas sembari memainkan ponselnya.
"Gila Tanisha, baru kali ini nona sepertimu bisa senyum senyum sendiri seperti orang gila begini?" Ocehnya lagi, dia berdiri membuka dress mewahnya, menyisakan inner hot seksi yang melekat sempurna di tubuhnya yang indah, lalu berkaca mengagumi sendiri kecantikan dan keseksian tubuhnya.
"Benarkah dia tipe mu Tanisha? Pria pertama yang tidur denganmu oho... but no, karna sebenarnya aku juga percaya dengan sebuah pernikahan, cih mana sudi melakukannya diluar nikah, meski aku gila dan terlihat liar, but etika dan moral masih tersisa jauh dibalik mulut kasarku" dia kembali tersenyum manis.
Sang nona terjingkat dari hayalannya, seseorang menggedor gedor pintu kamar itu dengan sangat keras.
"Wanita rongsokan itu lagi, kapan aku Bebas darinya Tuhan?" Keluhnya, dia bergegas mengenakan jubah mandi lantas melangkah menuju arah pintu kamar.
"Apalagi hah?" Melasnya di ambang pintu.
"Penjaga bilang kau di antar seorang pria, apa itu benar?"
"Yeah kenapa emangnya? Dia pacarku?" Jawabnya dengan santai saja.
"Kau sudah dijodohkan, kau ingat itu kan?" Sang ibu tiri melotot sangat tajam bak silet yang akan segera menyayat mulutnya.
"Aku tidak sudi dijodohkan dengan pria pilihanmu itu, seleramu rendah, semua pria yang pernah kau jodohkan denganku selama ini banci semua tidak ada yang benar, aku tidak mau kau jodohkan lagi, kalau mau kau nikahi saja mereka sendiri, merekakan seleramu iya kan? Lagian aku punya pacar dan aku tidak akan pernah menikah seumur hidup, pacaran lebih nikmat kau tau itu kan haha???" balasnya lalu tertawa jahat.
Sontak sang ibu langsung naik spaning hingga mengangkat tangannya, berniat melayangkan kepipi sang anak sambung, namun gagal mendarat karna Tanisha berhasil menampisnya.
"Kau tidak akan kubiarkan lagi sedikitpun menyentuhku, apalagi menamparku, jalang pungutan" ucap Tanisha diiringi oleh tatapan yang berapi-api.
"Dengar nona Tanisha Dhanda, kau tetap akan menikah dengan laki laki pilihanku, sekuat kau menggagalkan perjodohanmu, maka aku lebih gigih lagi untuk menyatukanmu dengan pria pilihanku itu, paham heh?" Jawab sang ibu tiri, seraya melenggang pergi.
"Ih... awas aja kau Arkandra tidak berguna, kau tidak akan berhasil, rencanaku lebih licik dari yang kau duga itu, kekasihku akan segera membawaku kabur dari sini, haha, Vindra, haha eh apa aku gila sekarang? Atau mendadak menjadi Bucin?" Dia tertawa sendiri lalu memasuki kamar mandi, gurat senyum indah tak lepas dari bibir seksinya itu, menambah kecantikan yang sudah tidak manusiawi sama sekali.
Ketika hendak mengguyur diri pada shower bayangan tak di undang hadir menggoda.
"Rindu, jangan pergi nona jangan, jangan jadikan aku pembunuh, maaf aku tidak sengaja kau bangunlah Rindu, aku bukan pembunuh sekejam ini, aku tidak sengaja hiks.. bangunlah hiks..." Tanisha menjerit jerit tangis, di hadapan sesosok gadis yang tubuhnya dipenuhi lumuran cairan merah, kondisi wajah yang hancur, serta tubuh kaku yang tak bernyawa lagi.
Pada sebuah kamar jenazah, rumah sakit ternama dalam negri, dan disana wanita itu terkapar, sementara sosoknya nyaris tidak bisa dikenali lagi.
"Kenapa kau berkorban sejauh ini hanya demi aku? Demi menebus apa? Apa kesalahannya? Pria yang mencintaimu? Dia melakukan apa padaku nona Rindu hiks.. tolong jangan jadikan aku sebagai pembunuh seperti ini? Tolong bangunlah nona Rindu?" Jeritan tangis Tanisha semakin keras memecah hening serta mencekamnya ruangan beberapa meter persegi itu.