Tuan Abrar nyaris saja pingsan dan jantungan ketika melihat putri semata wayangnya, ternyata tengah bergerumul dengan seorang pria diranjang tanpa pakaian sehelai benangpun.
Pecahan beling tajam itu terlepas dari tangan istrinya, sementara sang putri terlihat biasa saja dengan senyum kecut di bibirnya yang menawan.
"Tan, apa ini semua nak?" Suara tuan besar sudah bergetar saat ini. Sementara tamu spesial itu terpelongo kaget dan syok berat.
"Daddy... I am sorry, Tan gak sengaja" jawab Tanisha kemudian menundukkan kepalanya dalam dalam.
"Apa apaan ini tuan Abrar? Begini kelakuan putrimu yang akan kau jodohkan dengan putra kami hah? Kau tau kami keluarga terhormat, ini penghinaan besar bagi kami, kami tidak bisa melanjutkan lagi perjodohan ini, putri anda terlalu murahan, tidur dengan pria yang bukan suaminya itupun di rumahnya sendiri, dan anda tidak tau menahu soal ini, benar benar keluarga gila, ayo kita pergi dari sini, tidak ada gunanya menjalin hubungan dengan keluarga yang tidak bermoral seperti ini" ketus pedas nyonya Mahavira kemudian.
"Tapi mam, Ahkeel suka Tan mam, dia gadis pujaan Ahkeel dari dulu, mam" tolak putranya yang manis dan lebih terkesan polos itu.
Tanisha yang mendengar ucapan itu langsung berkerut dahi, dia terkenal judes sedunia ternyata ada pria yang diam diam mengidamkannya selama ini. Ini sungguh tidak masuk akal baginya. Surprise mendunia bisa dikatakan begitu?
Sementara pria yang mengaku kekasihnya sang nona itu hanya tersenyum seringai saja sambil mengalihkan pandangannya.
"Kamu buta, apa kamu tidak lihat dia tidak memiliki moral sama sekali? Dia tidur dengan laki laki disini, kamu lihat sendiri kan? Ayo kita pergi, tempat ini tidak pantas mendapatkan hati kita" Hardik nyonya Mahavira menasehati putra lugunya.
"Tega kamu Tan!" Gumam tuan muda Mahavira itu kemudian menuju Tanisha, dia memperlihatkan wajah kecewanya pada gadis yang terlihat santai bersama kekasihnya diranjang.
"Hei, jangan bodoh lu jadi cowok, sana cari cewek lain, dia milik gue, ngerti?" Sambar kekasih sang nona dengan gayanya yang sok keren itu. Entah di mana muka kedua manusia itu saat ini, mereka tidak punya rasa malu sama sekali, benar benar gila?
"Tutup mulutmu pria bajingan" ketus nyonya Arkandra.
Keluarga Mahavira akhirnya hengkang dari tempat itu dengan mengantongi rasa marah serta kecewanya.
Setetes air mata menetes di ujung kelopak mata tuan muda Mahavira, sambil berlalu dia berucap pada pria yang terlihat santai di ranjang.
"Aku tidak akan diam saja" tegasnya dan berlalu. Pria di ranjang itu hanya tersenyum seringai menanggapi.
"Daddy Tan minta maaf" Tanisha kemudian mengatupkan kedua tangannya di hadapan sang ayah.
"Daddy tidak melarang kamu berpacaran dengan siapapun kan? Kenapa kamu lakukan ini?"
"Itu karna pendapat Tan tidak penting disini Dad?" Protesnya dengan bibir mengerucut.
"Sudahlah kenakan pakaian kalian, dan kamu Vin saya akan menghubungi orang tua kamu sekarang juga, mereka harus kembali ke Indonesia membicarakan pernikahan kalian" Tegas pria paruh baya itu kemudian, dengan rasa sesal yang menggerogoti sangat dalam nuraninya.
"Ok, siapa takut" jawab Vin dengan santainya. Rasa tak berdosanya. Muka temboknya.
Sedangkan si nona songong mulutnya terbuka lebar nyaris seperti O besar disertai oleh kedua mata bulat yang melotot sempurna, setelah mendengar penuturan sang ayah barusan.
"Sejak kapan putri kita pacaran dengan Vindra Dravinda itu mi?" Sesal pria paruh baya berbadan tegap itu setelah keluar dari kamar sang anak.
"Aku juga tidak tau, yang jelas kemaren asisten bilang pria itu mengantarnya pulang, mungkin kah mereka dekat karna kerjasama bisnis?" balas sang istri, wajah nyonya Arkandra tampak sangat mengusut.
"Setau aku Vindra itu tidak pernah komunikasi langsung dengan Tan, mereka beda proyek mi?"
"Aku curiga ini hanya taktik putrimu itu untuk menolak perjodohannya, kau terlalu memanjakan dia, ini akibatnya dia bertingkah semaunya, berdoa saja semoga Tuan dan Nyonya Mahavira tidak menyebarkan aib keluarga kita, nama baik keluarga kita bisa hancur ulah tingkah murahan ini?"
*
Dua manusia level Raksasa itu kembali bertemu di restoran hotel tempat pertama kali mereka saling bertatap muka.
"Ini tidak benar, aku tidak sudi menikah, kita hanya pura pura, kau harus membantuku menjelaskan kesalahpahaman ini" Tegas Tanisha.
"Haha... siapa yang memulai harus terima resikonya" jawab pria itu dengan santai.
"Kau mau menikah denganku? Kau percaya ikatan konyol itu?" Nada nona Dhanda mulai naik satu tingkat.
"Dari awal bukankah sudah ku tawarkan hm?" Balas Vin. sambil tersenyum seringai.
"Bangsat aku tidak mau menikah, apalagi denganmu, tidak akan ada pernikahan dalam kamus hidupku, kau mengerti?" Tanisha mulai membentak.
"Sayangnya kali ini aku tidak bisa membantu mu, nona Tanisha yang terhormat, kau harus menjelaskan sendiri pada ayahmu, orang tua mana yang sudi melihat putrinya membawa laki laki dan tidur bersamanya tanpa ikatan pernikahan, hah aku terjebak sial gara gara dirimu, harga diriku hancur, but is okay karna sebentar lagi kau beneran menjadi istri ku haha" Vin tertawa puas.
"Fuck, aku tidak sudi" sergahnya.
"Hei beberapa saat lalu kita tidur berdua, Btw, bibirmu manis juga heh!" Tuan muda Dravinda malah semakin menggodanya.
"Anjing pria sialan" Rutuk Tanisha, tas branded melayang di wajah tuan muda Dravinda dengan keras.
"Aw.. pukulan mu nona sangat romantis" balas Vin dengan selengeknya, lalu tersenyum gila.
"Hentikan gilamu Vin, aku tegaskan tidak sudi menikah denganmu, atau dengan pria manapun di dunia ini, aku menolak pernikahan dengan banci itu bukan berarti harus menikah denganmu, kau tau kita tidak melakukan apa apa, aku masih mengenakan baju saat itu, kau tidak melihat apapun dari tubuh ku, dan kau juga mengenakan celana pendek, kita hanya pura pura melakukannya, kau ingat kan?"
"Hm lupa, gimana yah Tan? Tapi yang aku ingat cuman gerakan bibir mu saja, sangat panas, boleh ulang sekali lagi?" Vin masih saja bertingkah seperti pria tidak waras. Membuat nona Dhanda semakin mengamuk murka.
"Pria kurang ajar, kau tau kau bicara dengan siapa? Aku Tanisha Dhanda yang terhormat, kau brengsek Dravinda tidak berguna, pokoknya kau harus membantu ku menggagalkan pernikahan konyol kita" sang nona berteriak teriak di hadapan pria itu, namun Vindra cukup tersengir penuh arti, seakan mulut songong itu sudah makanan sehari hari baginya.
"Berapa kali aku harus membantumu, aku berhasil menggagalkan perjodohanmu, ini rencanamu, tugasku selesai, perjanjian kita hanya sampai disitu saja, tapi kalau ada akibat dari rencana kita itu bukan salahku, itu salahmu dari awal aku sudah menolak tapi kau mengancam ku, sekarang apa ini salahku hah?" jelas Vin, raut wajahnya mulai terlihat serius dan tegas.
Mereka mulai mengingat kembali kejadian sebelum pura pura kepergok berduaan di kamar, bagaiman cara Vindra bisa memasuki kamar Tanisha?