Tanisha menelpon Vindra siang itu, setelah mengetahui kalau pertemuan keluarga ternyata di percepat, meski terlihat cuek terhadap segala sesuatu yang terjadi di rumah nya, seakan tidak peduli, bukan berarti dia tidak tau dengan semua pembahasan dan apa yang terjadi di dalam rumah itu, termasuk rencana perjodohan nya.
"Aku sudah mengirimkan seseorang untuk memberikan bingkisan padamu, jalan satu-satunya agar kau bisa memasuki rumah ini" tegasnya di telpon.
"Tapi aku sibuk nona, hari ini ada meeting dengan client" tolak pria itu.
"Kau mau perusahaan mu rugi sekali saja, atau harga diri dan kehormatan keluarga mu tercoreng di depan mata dunia hah?"
"Kau mengancam ku, heh? Ok baiklah demi dirimu" kekehan kecil terdengar dari bibir misterius nya pria itu. Tanisha rasa mau muntah dengan rayuan nya tersebut.
"Diam kau, segera kesini sebelum mereka datang, aku tidak mau kau telat, kalau yeah kau akan menyesal telah pernah mengenal wanita terhormat sepertiku, understand?"
"Haha..." tawa khasnya terdengar cukup unik di telinga sang nona, sehingga mampu membuat nya sedikit tersenyum di wajah cantik nya yang jutek itu.
Betapa terkejutnya pria tampan dan seorang CEO perusahaan besar menerima bingkisan yang ternyata berisi uniform mansion Dhanda.
"Aku menginginkan kau berpura pura menjadi salah satu staf mansion ini, kenakan segala atribut penyamaran itu, awas saja kalau kau sampai ketahuan, seseorang akan membantu mu memasuki gerbang mansion ku, paham?" Isi pesan dalam kertas bersamaan dengan uniform tersebut.
"Huh! Nona Tanisha yang terhormat apa yang tidak untuk mu, segalanya akan iya bagi mu hm" pria itu tersenyum miring, sangat tampan dan kerennya dia.
*
Nyonya Arkandra keheranan melihat staf yang berlagak sedikit aneh, dia mengenakan masker di dalam rumah, sambil berjalan membawa paper bag kecil.
"Eh, mau kemana kamu? Apa itu? Kau mengenakan masker di dalam rumah?" Tanya sang nyonya dengan wajah heran.
"Maaf nyonya saya sedang terkena Flu, tapi nyonya tenang saja kata dokter ini hanya Flu biasa, bukan varian Omicron, hm! Saya membawakan pesanan nona Tanisha, dia meminta di belikan Martabak, maaf apa boleh saya mengantar nya nyonya?" Ucap pria itu dengan merubah nada suaranya.
"Owh, tapi tumbennya dia meminta martabak? Bukankah dia sedang diet?" Dahi sang nyonya berkerut. Darah pria itu mengalir deras seketika, rasanya alasan ini salah sasaran.
"Hm! Tapi tadi nona sendiri yang memintanya, katanya lapar, habis ini mau lari keliling mansion katanya buat membakar kalori akibat Martabak ini" alasan yang sedikit konyolnya, tapi sang nyonya malah tertawa renyah bukannya curiga.
"Haha... dasar gadis sok cantik, sok sok an diet segala, hah sudahlah buruan sana antarkan padanya, tidak sabar rasanya pengen liat putri cantik ku berlarian keliling mansion ini haha" oceh sang nyonya, gurat tawa yang indah bersama raut seksinya, membuat pria itu terkesan, selepas itu dia juga pengen mendengar ada seseorang ibu yang memanggilnya demikian.
Lantas dia menundukkan kepalanya untuk berpamitan pergi dari wanita yang rentang usianya sekitar pertengahan 40 tahunan itu, yang masih cantik, awet muda bak seumuran dengan anak tirinya.
"Wanita ini sepertinya baik, tapi entahlah kenapa Tanisha membenci nya? Atau dia hanya bertopeng buruk tapi sebenarnya baik kalau topeng nya terlepas, hah Tanisha Dhanda yang terhormat, keluarga yang aneh" batinnya.
Pria itu mengetuk pintu kamar sang nona, Tanisha langsung berhamburan turun dari ranjang untuk membuka pintu tersebut.
Mata bulat tajam sang nona melirik sekitar terlebih dahulu sebelum akhirnya menarik tangan pria itu masuk dan mengunci rapat pintu kamarnya.
"Hah? Ibu tirimu bikin aku terkesan nona, dia sangat cantik dan menawan?" Ocehnya sambil melepaskan masker nya, ketara lah wajah tampan dan gurat memikat itu.
Sang nona sedikit canggung ketika pria itu melangkah menghampiri dirinya yang duduk di sisi ranjang.
"Kau tertarik dengan peliharaan ayahku itu?"
"Tidak aku menganggapnya layak nya ibuku sendiri, apa kau tau tadi di hadapan ku dia memanggil mu dengan sebutan putri cantikku, aku terharu mendengar nya, dia hanya seorang ibu tiri tapi sepertinya dia sayang padamu nona yang terhormat" ocehnya.
"Kau hanya tertipu, semua staf disini juga bilang begitu, heh? Dia hanya ingin menguasai ayahku, dan seluruh harta keluarga Dhanda, wanita itu Ular, Ular betina yang tidak berguna" jawabnya dengan wajah songong seperti biasanya, dan tuan muda Dravinda tidak akan heran lagi dengan keangkuhan sang gadis. Sehingga nya dia hanya menampakkan senyum miring saja menanggapi jawaban tersebut.
Tanisha membuka tirai kacanya, dari jendela itu dia dapat melihat sebuah kendaraan mewah telah memasuki gerbang Mansion nya.
Lantas dia mengarah ke arah balkon pura pura merenung di balkon itu agar staf yang tengah menjaganya dari bangunan sebelah berasumsi kalau sang nona berada di kamarnya dan tidak akan melarikan diri hari ini.
Segalanya telah matang di rencanakan sang nona, jika sang ibu tiri licik dia bahkan lebih licik lagi, guna menggagalkan perjodohan nya, yang hanya atas dasar pandangan ibu tirinya saja, pendapat nya tidak pernah mereka indahkan.
Dia mengetahui segala rencana nyonya Arkandra sebelumnya bukan karna apa apa, salah satu asisten yang setiap hari menjadi ekor sang nyonya Arkandra Dhanda adalah wanita kepercayaan nona Tanisha Dhanda, setiap perkataan dan rencana yang ibu tirinya lakukan dia akan mendapatkan laporan dari asisten tersebut.
Wah asisten udang ini, bersembunyi di balik bakwan, dia mengekor nyonya Arkandra mendapatkan kepercayaan wanita itu ternyata aslinya pesuruh handal nona Dhanda yang angkuh.
Menarik, ternyata bukan hanya angkuh sombong tapi nona Dhanda juga memiliki akal yang licik.
Setelah dirasa cukup menampakkan diri pada staf yang berjaga khusus untuk dirinya, Tanisha kembali menuju ranjang, pria itu malah dengan santai nya berbaring di ranjang itu sambil main game dengan ponsel nya.
"Hei Dravinda tidak punya malu, apa kau merasa ini kamarmu hah?" Tegasnya dengan berkacak pinggang.
"Yeah tentu, ini kamar calon istri ku, nanti juga akan jadi kamar kita iya kan?" Jawabnya sambil menaik turun kan alisnya, dengan sengiran menggoda di bibir indah nya.
"Menjijikkan, tidak Sudi, kau bermimpi terlalu tinggi, hati hati kau bisa musnah jika terus terusan berada di samping ku, karna aku adalah Natural born killer" ucapnya dengan nada yang halus dan tatapan mata yang yang tajam, meski begitu tuan muda Dravinda hanya tersengir saja dalam menanggapi nya.
"Dan aku penjinak mu, haha" jawab sang pria sambil tertawa ngakak, sangat berciri khas, matanya menyipit hampir tenggelam bersama tawanya yang lepas itu, Tanisha menatap tawa itu sampai lupa berkedip, rasanya begitu terlena melihat gurat tampan yang natural apa adanya.
Pintu kamar bergetar kemudian, keduanya tersentak, sang nona bergegas memasuki kamar ganti, dia keluar mengenakan kemben senada dengan warna kulitnya, tuan muda Dravinda sempat terpelongo dengan keindahan tubuh wanita itu, lekukan yang sangat seksi, padat dan tidak berlebihan, wajahnya terlihat lebih cantik dalam pandangan matanya saat ini.
Tanisha merasa kikuk sendiri dengan tatapan pria itu yang sepertinya begitu mengagumi nya, bukan seperti tatapan seorang pria yang tengah di penuhi gairah begitu tanggapan awal sang nona.
Lalu kembali Tanisha menguasai diri dan tersadar, dia melempar pria itu dengan bantal hingga tuan muda Dravinda tersadar dari lamunan indahnya.
"Cepat kau buka bajumu, cepat" desak sang nona kemudian dengan nada tergesa gesa, sembari menarik tangan pria itu.
Tuan muda Dravinda sontak kembali terperangah kaget dengan mata yang melebar dan mulut yang lupa mengatup sambil menelan Saliva nya dalam dalam, setelah mendengar desakan sang nona barusan, sungguh dia tidak tau seperti apa rencana dari nona songong ini sebenarnya.