Betapa cantiknya nona Tanisha Dhanda hari ini dengan gaun malamnya berwarna hitam selutut, berbentuk off shoulder.
Bibir merah mudanya berganti warna dengan orange hambar, tidak terlalu mencolok dandanan yang membuat nona seperti dirinya lebih terlihat girly namun berkelas rambut di sasak semua ke atas menampakkan leher jenjang nya yang mulus, dia sangat istimewa di malam spesial ini yang di anggap nya sebagai malam terburuk sepanjang masa.
Wajah menunduk di meja makan, menyantap dengan diam, tak seperti biasanya sikap buruk nya datar, dia seperti gadis baik baik, tapi senyum nya melenyap di curi entah oleh siapa.
Nyonya Dravinda sempat bertanya jawaban nya hanya ya atau tidak saja, namun wanita paruh baya seksi dan cantik tersebut tidak peduli yang dia tau kebahagiaan mendatanginya karna pada akhirnya bisa berbesan dengan manusia kaya raya sepadan dengan nya. Bonusnya punya mantu cantik cerdas dan terkenal sedunia.
Setelah beberapa tahun yang lalu Vindra begitu mengotot untuk menikahi kekasihnya, sikap keras kepala Vindra terpaksa meluluhkan hati nyonya Dravinda kala itu, wanita yang hanya dari kalangan menengah sangat membuat geram hati nyonya Dravinda pada masanya, karna wanita itu telah mencuri hati putranya hingga tergila gila.
Tuan Dravinda pun begitu dia sangat puas dengan malam ini, pelayanan keluarga level Raksasa tentu nya tidak kekurangan apapun sedikitpun.
Menatap kepala tertunduk seorang Tanisha serta wajah yang di tekuk nya, mata yang selalu besar membulat selama ini tegas penuh ke angkuhan, membuat Vindra merasa canggung.
Semua terasa berbeda tak seperti awal mereka berkenalan dulu, hari ini nona Dhanda tersebut memang sangat pendiam, biasanya selalu berkicau sekenak hati saja, hingga orang lain merasa ilfeel dan akhirnya memutuskan untuk tidak mengenal nya lagi, ataupun menjodohkan seorang pria dengannya.
Tuan muda Dravinda terus saja menatap datar wanita yang kini duduk di sofa sambil termenung, iya iya aja dengan semua perkataan ibu tiri, sang ayah dan kedua orang tua Vindra tersebut.
Apa dia begitu tertekan nya dengan pernikahan ini? Atau saat ini ada ancaman apa yang membuatnya tak berkutik? Atau saat ini mulut sang nona tengah di jahit ibu tirinya? Ah itu sangat tidak mungkin pikir tuan muda Dravinda saat ini.
"Tan, kamu setuju menikahi Vin kan nak? Kalian akan melangsungkan pertunangan Minggu depan ok!" Ucap tuan Dhanda kemudian.
Tanisha cukup mengangguk pelan saja, nyonya Dravinda mendekati calon menantu nya tersebut, meraih pipinya lantas tersenyum sumringah setelah mendapat menantu secantik itu.
"Vin, kau setuju nak?" Pertanyaan tuan Dhanda sekarang mengarah pada tuan muda Dravinda.
Lama sekali Vindra tertegun, seperti memikirkan sebuah beban berat di benaknya, tidak seperti Tanisha yang langsung mengangguk pasrah.
"Vin.." sahut nyonya Dravinda kemudian.
Vindra pun tersentak, lantas dengan lantang berucap.
"Vin menolak perjodohan ini pi, mohon maaf om Abrar, Vindra tidak bisa menikahi anak om"
"Apa yang kamu katakan Vin? Kamu seenaknya membatalkan perjodohan ini setelah kamu meniduri anaknya tuan Dhanda? Kau laki laki macam apa hah?" Bentak tuan Dravinda dengan emosi yang mulai meluap.
"Itu semua sandiwara pi, Vindra tegaskan, sebenarnya Vin dan Tanisha itu tidak pernah punya hubungan apa apa, kami hanya sebatas rekan kerja, yang kebetulan Tanisha meminta tolong Vin untuk membatalkan perjodohan nya dengan pria yang tidak dia cintai, semuanya hanyalah sandiwara, Vin tidak pernah menyentuh Tanisha ataupun meniduri nya." Jelas tuan muda Dravinda dengan tegas.
Tanisha langsung mendongak, berfikir dia Kesambet apa? Kok berubah secepat ini? Kemaren saja tetap ngotot ingin menikah dengannya kok hari ini seperti ada yang aneh?
"Cobalah berhenti memaksakan kehendak terhadap anak sendiri, kami sudah besar bukan anak kecil lagi yang bisa kalian atur, kami punya pilihan hidup sendiri, kenyataan lebih tepatnya om Abrar, Tan itu belum siap menikah, dia masih ingin bersama om dirumah ini, dia belum mau meninggalkan om disini, dia menyayangi om sangat menyayangi om, karna itu dia menghalalkan segala cara untuk bisa membebaskan diri dari perjodohan itu, dan sekarang karena kesalahan nya yang begitu gegabah dalam bertindak akhirnya kembali membuat nya terjebak dalam sebuah perjodohan baru, ini tidak adil untuk Tan om, cobalah tanya kan apa keinginan nya putri om sendiri, tanyakanlah dia mau menikah kapan dan dengan siapa jangan memutuskan sendiri itu tidak adil om"
Sebuah penjelasan dan pembelaan yang membuat nona songong menjadi terharu, dia sampai menitikkan setetes air mata.
Mungkin baginya perasaannya terhadap sang ayah bisa terwakili oleh ucapan tuan muda Dravinda tersebut.
Menyerah dengan keputusan Vindra membuat hubungan Tanisha dan ayahnya sedikit membaik, belakangan keduanya semakin akrab, tuan Dhanda tak lagi memaksa kan kehendak nya pada putri semata wayangnya tersebut.
Dia juga enggan mendengar hasutan hasutan dari istri mudanya, ibu tiri Tanisha itu sampai menggeram dengan keadaan yang tidak berpihak padanya tersebut.
"Terimakasih, semoga kita tidak pernah bertemu lagi Vin, kau sudah menjadi pria sejati di hadapan orang tuaku, pertemuan singkat kita, semua yang terjadi mari sama sama kita lupakan, aku doakan semoga kamu bahagia" ucap Tanisha, nada ketus nya kepada pria itu telah mereda saat ini.
"Sepertinya ini bukan terakhir Tan, kau lupa kita punya hubungan, bisnis pasti akan kembali mempertemukan kita"
"Baiklah jika bisnis sempat mempertemukan kita lagi mari sama sama kita beranggapan kalau kita hanya sebatas rakan tidak pernah terjadi apapun di antara kita, want to promise me?" Sang nona tersenyum sambil mengulurkan tangannya, Vindra membalasnya dengan senyuman yang tak kalah manisnya, sangat keren.
"Baiklah Promise" Jawabnya.
Vindra lantas mengeluarkan kertas yang di tulis oleh Tanisha waktu itu dan memberikannya kepada sang nona tersebut.
Nona Dhanda tergelak kecil setelah melihat nya, lalu merobek robeknya sambil tersenyum.
"Bukan I hate you lagi, but i admire you, sampai jumpa lagi Vindra" ucapnya dalam senyum yang tak lepas.
"Sampai jumpa lagi Tanisha Dhanda yang terhormat hehe.."
Akhirnya keduanya sepakat untuk saling melupakan, namun apa benar setelah ini tidak ada buntut apapun yang terjadi, sebab sebelumnya nona yang songong itu sempat berguling guling baper memikirkan wajah tampannya Vindra Dravinda tersebut.
Namun kembali lagi tidak semudah itu meluluh kan hati seorang Tanisha Dhanda yang seperti batu karang sangat kokoh, tapi ingat batu karang perlahan bisa terkikis jika ombak tidak pernah bosan menerjang nya.
Kabar dari sang sekretaris proyek baru yang hendak mereka jalani mendapatkan sedikit bentrokan perihal nama dari gedung tersebut, di anggap terlalu mendominasi sepihak padahal proyek pembangunan hotel itu merupakan bentuk kerjasama antara Dhanda dan Dravinda.
Mungkin kah kedua manusia level dewa tersebut kembali di pertemukan? Atau justru Tanisha kembali menghindar seperti hal waktu itu.