Siang itu cuaca lumayan bersahabat sejati, seutuhnya bangunan mewah bak istana kediaman Dhanda. Semakin sempurna oleh pantulan cahaya sang Surya.
Melintas diantara rindangnya pekarangan mewah Dhanda mansion, sebuah kendaraan kelas sultan berhenti tepat di parkiran rumah para raja tersebut.
"Good evening, tuan dan nyonya Mahavira silahkan masuk" sambut nyonya Arkandra Dhanda dengan ramah kepada tamu spesialnya itu.
Sementara Tuan Dhanda menunggu berdiri didepan kursi berlapis emas mereka yang tergeletak manja diruang tamu.
Para asisten mulai menyibukkan diri menyiapkan segala sesuatu menyambut kedatangan tamu istimewa tersebut.
Tiga orang itu menyalami tuan Abrar Dhanda, yang paling berkesan adalah pria manis direntang usia sekitar 27 tahunan, dia terlihat sangat ramah, sopan serta santun.
Gurat tampan masih terlihat cute meski usianya sudah bisa dikatakan matang, dia pemilik gurat baby face yang unyu bak bayi, defenisi para pria K-POP.
Postur tubuhnya tinggi, berkulit putih, gagah, tapi menggemaskan.
"Bagaimana perjalanan anda tuan Mahavira? Anda terkesan kembali dengan Indonesia? Setelah kurang lebih saya rasa sudah 20 tahunan anda tidak menjejaki lagi negri ini" basa basi tuan Abrar, para istri mereka saling lempar senyum.
"Yeah begitu lah, Tuan Dhanda, demi sesuap nasi kami tinggalkan negri tercinta, haha..." gurau pria paruh baya berbadan sedikit berisi itu.
Para pelayan Dhanda mulai mengantarkan minuman dan hidangan kecil dimeja, menundukkan kepala menghormati para tuan dan nyonya mereka.
"Silahkan tuan dan nyonya diminum dulu" oceh nyonya Dhanda yang hari ini bibirnya dipertegas dengan gincu merah merona.
"Terimakasih nyonya Dhanda" jawab istri dari tuan Mahavira tersebut, wanita paruh baya berparas ayu, gayanya simple, namun berkelas, keibuan, bisa menjadi jabaran ibu terbaik didunia.
Beberapa detik obrolan demi obrolan basi basi mereka berlangsung termasuk membicarakan masalah bisnis keluarga besar Mahavira yang merupakan pemilik perusahaan properti cukup terkenal di negri Belanda.
Perusahaan Mahavira sudah merambah dunia seperti halnya Dhanda Development, maupun Dravinda Corp. Hanya saja Mahavira bukan rekan bisnis dari Dhanda seperti halnya Dravinda yang selama ini saling memajukan satu sama lain.
"Hei, sweet boy, siapa nama mu tadi?" Ucap nyonya Dhanda sambil tersenyum manis mengarah pada tuan muda Mahavira.
"Ahkeel Mahavira, tante" jawabnya dengan wajah yang sedikit malu malu.
"Hm sebelumnya apa kamu sudah pernah dengar tentang anak gadis tante?"
"Siapa yang tidak kenal dengan nona Tanisha Dhanda, wanita berprestasi dari keluarga Dhanda, yang mendapat julukan Ratu sukar takluk, sekaligus pebisnis wanita yang merupakan CEO dari Dhanda Development Tbk. yang mendapat predikat CEO wanita paling berprestasi tahun ini." Urai nya sambil tersenyum manis.
"Haha... itu kan dari luarnya, mau kan kenalan dari dalamnya?" Gurau nyonya Arkandra.
"Siap tante" tegasnya, dengan anggukan pasti.
Semuanya tersenyum merekah, nyonya Arkandra lantas memanggil salah satu asisten cantiknya lalu meminta untuk segera membawa nona Dhanda turun.
Berkali kali pintu digedor dan diketok asisten seksi itu, tetap saja tidak ada sahutan apapun dari dalam.
Wanita itu kembali turun dan melaporkan kalau sang nona kabur, tapi Arkandra tidak percaya, dia memastikan sendiri.
Gelagat itu sempat membuat Tuan dan Nyonya Mahavira curiga namun berkat tuan Dhanda yang pandai mengalihkan perhatian, mereka kembali tenang.
"Tanisha... keluar..." teriak wanita itu sembari menggedor gedor pintu kamar sang anak dengan kerasnya.
Tapi tidak ada jawaban apapun, sang nyonya lantas menelpon penjaga mansion, mereka mengatakan kalau sang nona tidak tampak keluar hari ini, bahkan baru saja dari bangunan sebelah yang sejajar dengan kamar nona Dhanda tersebut, staf pria melihat kalau nonanya itu sempat duduk merenung di balkon.
"Sepertinya dia sengaja menghindari perjodohan ini, lihat saja kamu anak tidak tau diri, sampai mana kamu sanggup lari dariku" batin sang nyonya.
Dia melangkah gegas menuju tempat penyimpanan semua kunci duplikat rumah mewahnya.
Sambil tersenyum licik dia kembali menuju kamar putri tirinya tersebut, membuka dengan semangat handle pintu ruangan itu.
"Astaghfirullah" pekik asisten seksi yang sedari tadi mengekor dibelakang sang majikan.
Mata tajam nyonya Arkandra langsung membelalak sempurna tak kala menyaksikan di atas ranjang, putri tirinya itu tengah tidur berbaring mesra bersama seorang pria, bukan itu saja jelly kenyal keduanya tengah menyatu seperti tengah saling bertukar saliva, dalam kondisi tubuh tanpa busana yang mereka tutupi dengan sehelai selimut satin putih.
"Tanisha..." Arkandra spontan berteriak sangat lantang.
Dua manusia itu sontak terjingkat kaget, sang pria nyaris melompat dari ranjang tapi urung karna menyadari dirinya tak berpakaian sehelaipun sedangkan selimut hanya satu berdua dengan wanitanya.
Akhirnya dia tetap tinggal bersama gurat tampan yang memucat pasi, seperti pelaku mesum yang ketahuan pak RT.
Tanisha terlihat santai, tersenyum seringai sambil memeluk selimut kebagian dadanya, disaat pria itu tengah kebakaran jenggot di sampingnya pria itu berbaring separuh dengan punggung yang menempel pada dinding ranjang.
Padahal dia tidak punya jenggot apa yang mau terbakar?
"Apa maksudnya ini gadis murahan?" Sarkas nyonya Arkandra membentak.
"Hei, nyonya Arkandra tidak berguna, welcome, ini kamarku, apa yang kau katakan itu hah? Kami sedang menikmati hidup disini kenapa kau malah mengganggu kami hah?" Tanisha terdengar menjawab santai saja tanpa rasa malu ataupun bersalah.
"Anak terkutuk," Plak... telapak tangan halusnya nyonya Dhanda mendarat sempurna hingga meninggalkan jejak kemerahan pada pipi mulusnya sang putri.
Tak seperti biasanya Tanisha tidak menampis tangan halus itu, kali ini sepertinya dia sengaja membiarkan sang nyonya menyentuh pipi mulusnya, hingga membuatnya meringis perih.
"Beraninya kau menampar kekasihku, nyonya Arkandra?" Sang pria meradang tidak terima. mata Raven saat ini melotot dengan tajamnya menuju nyonya Arkandra.
"Bajingan.. kau menjebak putriku" Bentaknya.
"Heh? Putri? Aku bukan putrimu Jalang Rongsokan, aku tidak sudi menjadi putri mu" balas Tanisha. Sang nyonya semakin terhasut emosi hingga kembali melayangkan tangannya pada pipi sisi lain Tanisha, Tanisha kembali meringis kesakitan lantas malah memeluk pria yang mengaku sebagai kekasihnya tersebut. Sementara wanita asisten mungil yang berdiri dibelakang nyonya Arkandra sampai memicing micing ketakutan tak berani ikut campur.
"Jaga tanganmu nyonya Arkandra?" Hardik pria itu menuju Arkandra, kemudian meraih gelas yang tergeletak pada meja nakas lalu melemparkannya ke lantai, dengkingan keras, sampai terdengar kelantai bawah, mengagetkan tuan Dhanda dan tamu spesial mereka.
"Siapa kau pria murahan? Lepaskan pelukanmu dari putriku, pergi kau dari sini" teriaknya, sepertinya nyonya Arkandra mulai lupa mengendalikan diri.
"Tidak dia kekasihku kami saling mencintai, kau tidak berhak memisahkan kami" Sergah Tanisha. kedua tangannya masih bergelayut manja di pinggang pria tampan itu.
"Anak biadap, cepat kenakan pakaianmu, atau kau akan tamat sekarang juga?" Nada Arkandra tiba-tiba saja mendadak dingin disertai dengan tatapan mata yang menggelap.
"Kau mau apakan aku? Jika aku tidak sudi melakukan perintah mu itu hah?" Hardik sang putri, Tanisha justru semakin memancing ibu tirinya tersebut.
Arkandra mengambil pecahan gelas di lantai lalu mengarahkan beling tajam itu ke mata putri tirinya tersebut.
"Matamu yang indah akan segera menyusul ibumu, kau mau mencoba hah?" Desisnya. Pria yang mengaku kekasih Tanisha itupun sontak menampik
"Sekali saja kau menyentuh matanya nyonya Arkandra, aku akan membunuhmu" Ancamnya dengan tegas. Namun nyonya Arkandra tak menghiraukan.
Sambil tersenyum seringai dia kembali mengarahkan pecahan beling tajam itu ke arah mata putri tirinya tersebut.
"Aku ibu tiri yang kejam haha, kalau kau tidak juga mengenakan pakaianmu, maka jangan salahkan mommy mu nak haha..." desisnya lagi, lalu tertawa sangat jahat.
"Aaaaaaakhh...." Tanisha sontak berteriak sekencang kencangnya, hingga terdengar menggelegar ke segala penjuru mansion, nyaris gempa dahsyat terjadi di kediaman mewah itu, tidak terkecuali ruang tamu gelas gelas mahal yang berisi suguhan minuman dimeja sampai bergoyang.
Tuan Dhanda langsung berhamburan menuju arah kamar sang putri.
Bahkan tamu istimewa yang seketika panik mendadak kelimpungan itu ikut mengekor langkah tuan Dhanda dibelakang.