Vindra kembali kerumahnya yang tak kalah megah, memang dia termasuk kedalam deretan pria level Raksasa, jika mereka disatukan dengan wanita yang baru saja di temui nya pasti akan terjadi sebuah bentrokkan kekayaan.
Seperti yang di katakan sang nona yang sombong serta angkuh itu, mereka bisa menguasai dunia.
Istana megah, dominasi warna Dark Grey, terkesan elegan sekaligus kalem, bumbu misterius juga sedikit menyelip di lahan yang sangat luas ini, mungkin bisa jadi seluas satu distrik?
Anggaplah begitu, karna sangking besar dan luasnya pekarangan yang bermerek gerbang "Dravinda Mansion" tersebut, entah dari mana asal duitnya itu?
Beberapa ajudan sekaligus asisten rumah mewah tampak antusias menyambut kedatangan sang tuan muda mereka dengan kepala tertunduk.
Vindra Lewat begitu saja dalam wajah datarnya.
"Vin...??" Panggil seorang wanita tua renta, keriput berhasil menguasai wajah cantiknya, matanya sudah menyipit dan kurang jelas lagi dalam memandang keindahan yg ada di sekitarnya.
"Ningtam" Vindra mengejar nenek rentah tersebut, dan memeluknya.
"Dari mana saja kamu nak?"
"Tidak Ningtam, Vin hanya bergurau saja di luar? Ningtam sudah makan kah?"
"Belum menunggu kamu pulang"
"Ok! mari Vin suapin ok!" Dia membimbing nenek itu menuju meja makan dan mendudukkannya dengan hati hati di kursi mewah berlapis emas putih, yang telah di tarik oleh seorang asisten muda, Vindra membuka jasnya lalu memberikan pada asisten lainnya yang berdiri dibelakangnya.
Sementara asisten yang cukup terlihat cantik, muda, masih gadis, seksi mempesona tengah menyiapkan makanan pada piring.
"Silahkan tuan muda, seperti biasanya makanan khusus untuk nenek anda" gadis itu menyerahkan piring yg telah terisi makanan tersebut kehadapan Vindra.
Tak menjawab apapun, sikapnya benar benar acuh kepada semua asisten rumah ini, meski dia tidak keras namun juga tidak ramah kepada mereka semua, dia cukup bicara seperlunya saja.
Sepertinya rumah mewah itu hanya di huni oleh kebanyakan asisten, sedangkan tuannya cukup lah nenek dan cucunya tersebut.
Berarti Vindra Dravinda merupakan pria kesepian tanpa orang tua di sampingnya.
Kemana kira kira Tuan Dravinda dan sang nyonya?
Dua manusia kaya raya itu tengah bergerumul harta mengurusi bisnisnya di luar negri, entah kapan akan kembali, rasanya Vindra tidak membutuhkan mereka lagi, manusia yang paling mengacuhkan dirinya dari kecil hingga dewasa saat ini.
"Makan yang banyak Ningtam sayang aku, sehat sehat yeah, aku selalu ada disini untuk mu hm!" Ocehnya sambil menyuapi sang nenek.
Beberapa asisten tersenyum manis menanggapi sikap tulus Tuan muda terhadap neneknya, meski tuan muda Dravinda tidak ramah terhadap mereka, tetap saja mereka beranggapan dia majikan terbaik di dunia.
"Ningtam tidak mungkin selamanya ada di dekat kamu sayang, Ningtam ini sudah tua, sebentar lagi Tuhan akan menjemput Ningtam, Vin menikahlah segera sebelum Ningtam di panggil Tuhan, Ningtam ingin melihat mu hidup bahagia nak, dan tidak kesepian lagi disini" ucap wanita tua itu dengan suara yang terdengar bergetar disertai oleh kedua mata sendu yang tampak mulai berkaca-kaca.
"Ningtam jangan ngomong gitu, Vin akan berdoa untuk umur panjangnya Ningtam, Vin gak mungkin bisa hidup tanpa Ningtam"
"Tidak nak, kita semua mempunyai jatah umur, Tuhan terlalu baik memberikan Ningtam nikmat umur panjang, sehingga Ningtam bisa melihat kamu tumbuh dewasa, gagah dan tampan seperti sekarang ini"
"Pokoknya Ningtam tidak boleh pergi, titik, cukup jangan bicara lagi, sekarang habiskan makanannya, ayo hm" dia kembali menyuapi wanita tua itu, setetes air matapun jatuh tanpa disadari mengejar rahangnya yang tegas.
Satu ruangan mendadak mengharu biru hingga tampak menyeka air mata masing-masing, konyolnya gadis asisten cantik itu sampai tak sengaja mengusap matanya dengan kain serbet dapur.
"Ahhh perih" sontak saja gadis itu terpekik, sepertinya itu serbet bekas cipratan cabai, air matanya sampai berguguran membasahi uniformnya.
Dia berteriak teriak bahkan menjerit-jerit gak karuan sembari mengucek kedua matanya, semua terpegun bingung termasuk sang majikan pria itu di buat berguling akalnya nyaris saja dia murka.
"Hei Ros bodoh, apa yang kau lakukan bukan begitu caranya terharu, kau lihat tuan muda bisa memarahi mu, kau bakalan dipecat dengan sikap mu ini?" Bisik salah satu asisten yang datang menghampirinya.
"Ahhh perih, mataku aku tidak terharu, aahhh, air mataku bisa habis, bola mataku bisa keluar ini ahk..." dia terus memekik sangat keras.
Sampai rahang sang tuan muda mengeras karna geram, sang nenek memegang lengannya berusaha membuat pria itu mengontrol emosinya.
Suasana yang berawalan hening mendadak ramai dan riuh ulah teriakan asisten cantik itu.
"Tuan muda tolong saya, tolong saya, mata saya perih aahk, anda harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu dengan mata saya???"
Dengan beraninya gadis polos itu medekati sang majikan sampai mengguncang guncang lengan pria itu.
Yang lain justru bergidik dengan aksi spontannya, dia sudah tau majikannya itu pemarah, tapi seolah lupa sang gadis malah bertindak konyol seperti itu.
"Sebelum aku murka dan benar benar mencongkel matamu itu, pergi dari hadapanku sekarang juga" Hardik sang tuan muda kemudian, namun wanita itu bersikukuh tetap menarik narik lengannya, sampai wajah sang Pangeran tahta memerah padam.
Semuanya hanya tertunduk saja, tidak ada yang berani mencegah.
"Ros, apa yang kamu lakukan?" Ucap sang nenek.
"Ningtam, mataku perih karna tuan muda, dia harus bertanggung jawab" Teriaknya dalam mata yang sudah terpicing tak bisa terbuka lagi, hanya airmata yang terus mengguyur pipinya.
"Ros lepaskan saya, atau kau akan saya tendang dari rumah ini, jangan menunggu sikap iblis ku mencuak Ros??" Tegas pria itu lagi. Ros tetap saja bergelayut di pergelangan kokohnya.
"Ros lepaskan nak, cukup, nanti Vin marah nak? Kemarahannya tidak bisa dicegah nantinya, akibatnya kalian semua bisa di pecat, Ningtam akan kesepian lagi disini, cepat Ros, lepaskan tangannya" titah sang nyonya sesepuh.
"Rodul....Rodul.... come here???" Teriak sang tuan muda kemudian. Sontak pria berbaju hitam pekat menghadap sembari membungkuk.
"Iii..ya tuan muda" jawabnya terbata bata.
"Enyahkan wanita sialan ini dari hadapan ku sekarang juga" Titah sang tuan muda dalam nada yang keras.
"Baik tuan" Rodul merupakan ketua pasukan khusus keluarga Dravinda, pria bertubuh besar itu kemudian menarik tangan Ros dengan kuat, hingga mengangkat tubuh Ros agar segera enyah dari sang tuan muda Dravinda.
"Rodul lepaskan aku, tuan muda harus mengobati mataku, mataku hampir meledak rasanya Rodul" ronta Ros sambil memukuli bertubi tubi punggung Rodul yang lebar, saat ini tengah menggendongnya menuju tempat terjauh dari sang tuan muda.
Vindra menarik nafas dalam dalam lantas hempaskan dengan kasar.
"Bawa Ningtam ke kamarnya, pastikan dia istirahat dengan benar" perintahnya dengan tegas.
"Baik tuan muda" jawab salah satu asisten, wanita itupun sontak berhamburan menuju Ningtam lalu memapahnya.
Sang tuan muda Dravinda lantas membawa gurat murkanya menuju tempat persemediannya.