Shi Xi melihatnya, "Kamu sedang apa?"
"Ke kamar mandi." Jawab Xie Yunzhou sambil berusaha bangun.
Shi Xi merentangkan tangannya dan menunjuk ke arah kamar mandi, "Kamar mandi ada di sebelah kiri tangga."
Xue Yunzhou berusaha bangun, dia merasakan rasa sakit yang hebat setiap kali dia bergerak.
Shi Xi tidak tega, dia bergerak dan membantunya untuk turun dari ranjang sambil bertanya, "Mau kubantu?"
"Tidak perlu." Saat jarak mereka sudah semakin dekat, Xie Yunzhou dapat mencium wangi lembut yang menguar dari tubuh gadis itu.
Melihat Xie Yunzhou yang masih bisa berjalan, akhirnya Shi Xi melepaskannya.
Xie Yunzhou berjalan keluar ruang infus dan pergi mencari kamar mandi.
Saat sampai di depan sebuah ruangan, Xue Yunzhou mendengar sebuah percakapan di dalamnya.
Nyonya Ning berkata dengan nada menyesal, "Aku tidak menyangka akan membuat kedua anak ini kebingungan."
Tuan Ning menghiburnya, "Ini bukan salahmu, kedua anak ini bukanlah milik kita, kita juga tidak bisa membeda-bedakan mereka. Tapi, kedua anak ini sama baiknya. Kedepannya, kita bisa menganggap diri kita memiliki dua orang putri."
Nyonya Nin menghela napas, "Aku juga tidak tahu jika Xiao Xi tidak terbiasa tinggal di sini. Apa menurutmu dia datang ke sini karena telah diganggu di kediaman Shi?"
"Keluarga Shi sangat berkuasa, mereka tidak akan membiarkan Xiao Xi kelaparan." Sebenarnya Tuan Ning sudah mengantuk. "Jangan terlalu banyak berpikir. Ayo tidur."
Setelah mendengar kata-kata Tuan Ning, Nyonya Ning masih terus mengoceh, "Entah siapa yang telah tega membuang anak yang telah ia lahirkan sendiri. Bukankah anak ini sangat baik? Dia sangat cantik dan berbakti!"
"Sudah, sudah. Jika mereka tidak menginginkannya, kita yang menginginkannya, kita bisa membesarkannya."
Ruangan itu menjadi hening.
Xie Yunzhou mengerutkan kening setelah mendengar semua percakapan tersebut dari luar.
'Apakah Shi Xi bukanlah anak Tuan dan Nyonya Ning?'
Kembali dari kamar mandi, Xie Yunzhou memasuki ruang infus lagi dan melihat Shi Xi tengah bermain ponsel.
"Apa kamu mendapat gangguan di kediaman Shi?" Tanya Xie Yunzhou.
Shi Xi mendongak kaget, "Tidak, kok."
Xie Yunzhou lanjut bertanya, "Kalau begitu kenapa kamu ada di sini?"
Shi Xi tiba-tiba merasa tersanjung melihat kekhawatiran bos besar penjahat ini, "Bukankah ini masa liburan, jadi apa aku tidak boleh main ke sini untuk beberapa hari? Kenapa?"
Xie Yunzhou mengingat kembali kekhawatiran sepasang suami istri itu, dia jadi merasa jika kekhawatiran mereka terlalu berlebihan.
"Bagaimana keluarga Shi menyadari kalau kamu bukanlah putri kandung mereka?" Xie Yunzhou menjadi penasaran.
Shi Xi berpikir sejenak sebelum menjawab, "Saat itu, aku pingsan di lokasi syuting dan dilarikan ke rumah sakit. Kakak-ku menemukan bahwa golongan darahku tidak sama dengan kedua orang tuaku, eh, Tuan dan Nyonya Shi. Mereka melakukan tes DNA dan mengetahui bahwa aku bukanlah putri kandung mereka."
"Setelah itu, ayahku menemukan rumah sakit tempat Ibu melahirkan dan berhasil menemukan Ning Yu. Mereka melakukan tes DNA dan menyadari bahwa Ning Yu-lah putri kandung mereka."
Xie Yunzhou naik ke atas ranjang, "Apa kamu juga melakukan tes DNA dengan kedua orang tua kandungmu?"
Shi Xi menatapnya seperti menatap seorang idiot, "Di hari itu, ada dua anak perempuan yang lahir bersamaan. Kalau aku bukan putri dari keluarga Shi, maka tentu saja aku adalah putri dari Ayah dan Ibu Ning."
Diam-diam Xie Yunzhou mengutuk Shi Xi bodoh saat melihat tatapan gadis itu.
'Tapi sepertinya Shi Xi masih belum tahu jika dirinya telah dibuang oleh orang tua kandungnya.'
"Bukan apa-apa." Xie Yunzhou berbaring di atas ranjangnya dan berkata lirih, "Tidurlah."
Shi Xi tidak berkata apa-apa.
'Apa aku baru saja membuat penjahat ini marah?"
Shi Xi diam-diam mematikan ponselnya, menarik selimut hingga menutupi kepalanya dan menyembunyikan diri di balik selimut.
Xie Yunzhou menarik kedua sudut bibirnya saat melihat tindakan gadis itu.
Dia sudah menyadari sejak awal jika Shi Xi tampak sedikit takut padanya.
'Kenapa, ya?'
***
Keesokan paginya, dering ponsel Shi Xi berhasil membangunkan kedua orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
Xie Yunzhou tidak bisa tidur hingga tengah malam karena lukanya dan juga keberadaan Shi Xi.
Saat dia membuka matanya, dia melihat gadis itu sedang menarik selimut hingga menutupi kepalanya, berusaha tidur lagi dan mengabaikan suara alarm dari ponselnya.