Aku memperhatikan struk pembelian, dari kotak misterius itu, tertulis 1 pasang bikini 2 pieces benoa x pyzel seperti yang aku pakai seharga tiga juta sembilan ratus delapan puluh tujuh ribu enam ratus lima puluh rupiah tercap 'lunas'.
Aku penasaran apa maksudnya dari struk pembelian itu, setelah aku membuka amplop berisi surat dan kartu kunci kamar hotel barulah aku mengerti apa maksudnya. di surat itu tertulis
'Dearest Vita,
Kalau kamu tertarik. Kutunggu kamu dikamarku. Jangan ganti seragam dinasmu.. Kamu cantik pakai itu. Aku sudah lunasi seragam dinasmu. Biar tidak keninginan pakailah mantel yang baru saja aku beli untukmu.
Salam Hormat,
Syahrul Gunawan. '
Aku perhatikan kunci kamar itu, oh My God, ini adalah kartu kunci khusus untuk kamar presidensial suit lantai 25. Benar dugaanku, Syahrul ini pasti anak konglomerat. Dan dari namanya aku sepertinya familiar dan sering dengar, tapi karena otakku sudah terlalu banyak komsumsi alkohol malam itu membuat ingatanku agak terganggu.
Aku tidak terlalu peduli dengan siapa, asal usul dari Syahrul malam ini. Yang aku pikirkan saat ini bagaimana melampiaskan nafsu birahiku yang sudah tidak tertahankan selama aku kerja sebagai usher barusan. Yang aku pikirkan saat ini adalah aku sangat- sangat tidak sabar ingin merasakan hangatnya tusukan dan terjangan 'benda tumpul keras yang bisa berdenyut' milik Syahrul didalam liang peranakanku, pasti sangat lezat dan nikmat.
Aku lalu memakai mantel panjang coklat muda pemberian Syahrul, lalu memasukan bra dan celana dalam kain renda- renda warna coklat muda, baju crop top pinkku, celana mini pants warna hitamku, yang semuanya aku pakai saat berangkat ke acara pool party, ke dalam tas sling bag bahan canvas warna hitamku.
"Gue cabut duluan ya Cin.." Ujarku pada Cindy yang duduk di sampingku sedang membersihkan makeupnya.
"Kemana loe Vit? Masi pake daleman gitu.. Mau ada sampingan kayanya ni?" tanya Cindy penasaran kepadaku karena tau dibalik mantel panjangku, aku hanya mengenakan bikini 2 pieces yang kami pakai saat event berlangsung.
"Biasalah.." jawabku tersenyum.
"Bagi- bagilah kalo ada gadun yang butuh anak asuh.. Gue lagi kering ni.. Butuh banyak asupan.." ujarnya padaku.
"Bener mau ni? Tar gue kenalin, lo kaya waktu kemarin lu lepehin lagi" ujarku protes.
"Ya lu kebangetan, ngasi uda aki- aki gitu, mana bau balsem lagi, loe kan tau, gue paling enek nyium bau- bau kaya begituan" ujar Vita membela diri.
"Lah kan loe minta gue cariin yang kaya, oriental.. Loe kaga bilang maunya yang kinyis- kinyis gitu.. Ya bukan salah gue lah gue kasi yang kaya gitu.. Padahal uda duda tu orang, ga punya anak pula, lo kawinin setahun dua tahun juga dapet warisan. Kurang baek apa coba gue ke lo.." ujarku membela diri.
"Iya.. Emang si, bo lui, bo ciak.. Tapi ya gue malu sama followers gue.. Sebagai selebgram kan gue harus jaga image lah bo.." ujarnya ga mau kalah.
*bo lui, bo ciak (hokkien) yang artinya tidak ada duit, tidak makan*
"Ah lo mah terlalu picky.. Ya udah tar kalo ada yang sesuai kriteria loe, gue oper ke loe deh bestie" ujarku
"Nah gitu.. Kamsia.. Kamsia" ujar Cindy berterimakasih kepadaku.
"Ya udah gue cabs dulu ya.. Bye" ujarku meninggalkan Cindy untuk menuju kamar presidensial suits Syahrul di lantai dua puluh dua hotel bintang lima ritz carlton.
‐-------
Aku masuk ke dalam kamar presidensial suit yang setahuku harga sewanya diatas 100juta permalam. Saat pintu masuk kamae aku buka, terpampanglah ruangan tamu dengan sofa yang mewah dan angkuh dengan belakang latar ruang tamunya adalah pemandangan Jakarta dari ketinggian lantai 25.
Aku berjalan masuk ke ruangan disebelah ruang tamu, dimana sepetinya itu adalah ruang makan
dengan meja makan berbentuk bulat besar dari kayu jati dengan 10 kursi kayu jati di sekelilinginya. Disisi samping meja makan terlihat sebuah mini bar, yang saat itu diatas meja mini bar itu ada 1 ember berisi penuh es batu dan sampanye 1820 Juglar Cuvee yang kalau tidak salah satu botolnya empat puluh tiga ribu dollar atau setara tujuh ratus lima puluh juta rupiah.
Aku berjalan masuk lebih dalam ke dalam presidential suite itu, diruangan berikutnya setelah ruang makan adalah ruang tamu lagi, namun berbeda dengan ruang tamu di depan pintu masuk, ruang tamu kedua ini dilengkapi televisi flat ukuran sekitar 40 inchi dan disisi samping terdapat sebuah meja kerja. Aku lihat diatas meja kerja ada sebuah macbook pro 16 inchi dengan warna 'space grey' yang dalam keadaan menyala dan sedang terbuka app mail dengan inbox yang kebanyakan dari rekan- rekan bisnis Syahrul yang rata- rata menggunakan bahasa rusia dan huruf katakana.
Saat aku sedang sibuk memperhatikan isi inbox email yang terpampang di monitor macbook pro 16 inchi milik Syahrul, tiba- tiba pintu kamar tidur utama yang berada di sisi samping kananku terbuka. Dari dalam keluar sosok laki- laki bertelanjang dada dengan dada bidang dan perut six pack dan bercelana dalam versace Barocco Animalier brief dan memakai luaran bath robe putih yang tidak diikat, dialah Syahrul Gunawan yang mengundang Vita ke kamar presidential suitenya malam itu.
"Hai cantik.. Aku kira kamu tidak datang" sapa Syahrul sembari tersenyum lalu datang memelukku.
"Hai.. Tentu aku datang sayang.." jawabku sembari membalas pelukan dari Syahrul.
"Kamu sudah makan? Mau makan dahulu? Aku ada pizza di microwave kalau kamu mau" tawar Syahrul basi- basi sembari melepas pelukannya lalu berjalan ke arah dapur yang berada di sisi terluar di ruang makan.
"Iya aku lapar, tapi aku juga bawa hidangan lezat buat kita berdua" ujarku yang mengikuti Syahrul berjalan ke arah ruang makan di ruang sebelah ruang tamu dalam.
"Hidangan apa?" tanya Syahrul yang sudah ada didepan meja bar, dimana posisi dapur tepat di ruangan belakang meja bar, sembari membalikan kepala menengok ke arahku yang posisinya dibelakang dia dan berada tepat di depan meja makan.
Aku mendengar pertanyaan Syahrul bereaksi dengan melepas mantel panjang coklat muda pemberian Syahrul ke lantai dibawah meja makan. Setelah itu naik ke salah satu kursi makan, duduk diatas tepi meja makan, membuka lebar kedua pahaku, kedua tungkai kaki ku angkat dengan lutut ditekuk berpijak diatas sisi tepian meja makan. Tidak hanya selesai sampai disitu, jari tangan kiriku menarik sisi kanan g string thong berwarna ungu yang aku kenakan, sehingga gundukan kemaluan dan lubang kenikmatan yang bersih polos tanpa bulu kelamin sedikitpun terpampang menantang Syahrul.
"Diriku" ujarku penuh aura sensual dan binal sembari menunjukan organ paling intim didepan Syahrul menantangnya untuk berbuat hal mesum yang memang aku sudah nantikan.
Syahrul tersenyum padaku.. Lalu melepas bath robe putih yang dipakainya ke lantai, berjalan ke arahku. Setelah persis berada didepanku Syahrul lalu menunduk merendahkan dirinya memposisikan mulutnya didepan kemaluanku.
"Mari kita teruskan apa yang belum selesai di dance floor tadi sayangku.. Let's have fun tonight" ujar Syahrul dan setelah itu mengeluarkan lidahnya untuk memulai menjilati kemaluanku dengan penuh nafsu.
Sluuurrpp.. Sluurrp.. Sluurrpp.. Jilatan lidah Syahrul pada kemaluanku menandakan cinta satu malam bersamanya telah dimulai.