Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 13 - The Escape Plan

Chapter 13 - The Escape Plan

Tok.. tok.. tok..

"Siapa itu?"

"Toto pak bawa 5 koper yang bapak minta"

"Ok, taruh saja diluar To.. Saya lagi sibuk. Oh iya, nanti kamu tinggal saja saya, besok jemput saya jam 11 pagi. Malam ini saya menginap disini. Kalau ibu tanya, bilang saja saya pergi ke pusat diminta menghadap ketua komisi 2 mendadak, ada urusan penting"

"Baik pak, izin saya pergi ya pak"

"Ok. Terimakasih"

Toto adalah supir kepercayaan Arif sejak lama, segala rahasia Arif, Toto sebenarnya tahu. Tapi dia tipe orang yang sangat memegang rahasia dan sangat setia. Apapun yang diminta oleh Arif bisa Toto selesaikan dengan baik. Sehingga Arif sangat percaya dan mengandalkan Toto.

Sebenarnya selain setia dan sanggup memegang rahasia, Toto juga handal dalam bela diri. Namun saat itu didalam kamar 202 selain diikat, pisau yang dipegang Ida menempel di tongkat kejantanan Arif selain itu Fahmi juga menempelkan pisau di leher Arif. Dan bila Arif masih nekad teriak atau tidak kooperatif, Robert siap mengayunkan tongkat bisbol ke kepala Arif.

Vita sudah merencanakan dengan matang kegiatan hari ini, sehingga kamar yang dipilih pun merupakan tempat strategis persis di depan tangga. sehingga Vita bisa memastikan dari doorview bahwa Toto telah pergi dan turun dari tangga untuk pulang dari hotel itu. Setelah situasi aman, Vita segera keluar dan memasukan 5 koper yang masing-masing berisi 1 milyar.

"Kalian sudah mendapatkan uangku dan Toto sudah pergi, bisakah kalian melepaskanku?" tanya Arif memohon kepada mereka.

"Hahaha.. Kita bukan orang bodoh Papa.. Sekarang kamu minum pil ini, kalau kamu tidak mau maka dia akan memotong kelaminmu.

"Pil apa ini? tanya Arif ragu.

"Sudah kau tidak usah banyak tahu, minum aja atau hilang kejantananmu!" paksa Ida

"Baik, saya minum.. saya minum.." ujar Arif terpaksa.

5 menit setelah pil itu ditelan Arif langsung tertidur, rupanya pil yang diberikan adalah obat tidur. Pil tidur yang diberikan bukan pil sembarang, melainkan pil ilegal yang Vita dapat dengan susah payah melalui teman-teman mamanya saat bekerja di bar yang selain mereka bekerja di bar juga sekaligus sebagai pengedar narkoba.

Efek obat tidur itu selain membuat tidur sampai dua belas jam juga membuat yang meminum menjadi halusinasi setelah orang yang minum bangun dari tidurnya. Dan setelah 48 jam efek obat itu hilang maka efek sakawnya akan muncul dengan sangat berat. Setelah Arif tertidur, Vita, Robert, Fahmi dan Ida segera membereskan barang-barang dari kamar 202.

Sepuluh menit kemudian masuklah Rena, perempuan yang menjadi resepsionis hotel ke kamar mereka. Karena hotel yang disewa adalah hotel melati, maka pegawai yang kerja hanya berdua, yaitu resepsionis, dan room service. Rena membantu membereskan kamar sehingga tidak ada barang bukti tersisa apabila ada penyelidikan oleh polisi apabila Arif nekad melaporkan masalah ini ke jalur hukum.

Rena adalah kakak dari Fahmi, dia bersedia membantu Vita karena kasihan dengan Vita yang malang nasibnya. Saat kecil sebelum akhirnya pindah ke rumah kontrakan, Fahmi dan Vita adalah teman akrab, bahkan setelah Vita pindah rumah mereka masi sering kontak-kontakan. Hingga saat umur 12 tahun keluarga Fahmi dan Rena pindah ke Makasar.

Robert adalah sahabat Vita di SMA, mereka selalu bersama-sama. Apalagi Vita tau rahasia tersembunyi dari Robert yang tidak diketahui siapapun termasuk keluarganya, yaitu Robert gay. Sedangkan Ida adalah pelacur yang biasa disewa dan dipakai oleh tamu Hotel itu. Dia sangat dekat dengan Rena, karena kalau ada tamu mesum yang butuh layanan esek-esek maka Rena pasti menghubungi Ida.

Sebenarnya selain video recorder dan kamera yang dipegang oleh Vita dan Fahmi saat penyergapan, dikamar 202 juga dipasang 3 video recorder tersembunyi untuk merekam Arif dan kegiatan mesumnya. Mereka memindahkan data rekaman ke Laptop Robert lalu mereka mengunduh data itu dalam ukuran lebih kecil ke handphone masing-masing untuk jaga-jaga.

5 orang ini bekerja sama untuk memeras dan menghancurkan karir Arif. Setelah mereka menghitung uang dalam koper masing-masing mereka pun berpisah meninggalkan Arif tergeletak tidak sadar di kamar 202. Vita dan Robert pergi ke bandara untuk kembali ke Jakarta lewat jalan udara. Ida bersama pacarnya pergi ke luarkota untuk memulai hidup baru meninggalkan dunia perlendiran, sedangkan Fahmi dan Rena melanjutkan kegiatannya masing- masing.

‐-------

Sesampainya aku diJakarta dan setelah aku menyimpan semua barang bawaanku selepas perjalanan menggunakan pesawat terbang aku segera pergi ke makam ibuku. Aku ingin melaporkan apa yang aku sudah lakukan selama aku di Makasar walau sebenarnya hari sudah malam, tapi aku tidak peduli.

Sesampainya aku ke makam ibu, aku langsung membersihkan makan ibu dari rumput- rumput dan daun- daun yang berguguran diatas pusaranya. Setelah bersih, aku menaburi bunga mawar dan bunga melati yang aku petik sebelumnya di kebun rumah dan sudah aku lepaskan dari tangkainya sehingga mahkota daunnya sudah berserpih serpih terlepas dari kelopak dan tangkainya. Sesudah melakukan prosesi tradisi menabur bunga aku bersimpuh memeluk tanah tempat ibuku terkubur dengan tenang.

"Bu.. Vita sudah kembali dari Makasar." ujarku berbicara sendiri seakan- akan ibuku bisa mendengar dan masih hidup "Aku sudah membalaskan dendam ibu kepada Syarrifuddin Tarotrinarta brengsek itu, aku sudah menjebaknya dibantu teman- temanku sehingga dia akan segera merasakan kehancuran seperti dia menghancurkan hidup kita bu.. Semoga ibu makin tenang di Surga sana mendengar dan melihat dari jauh bahwa dendam kita sudah terbalaskan hari ini."

Setelah berkata begitu sembari memeluk kuburan ibuku, aku mulai meneteskan airmata karena teringat kenangan di masa- masa ibuku masih hidup dan perjuangannya yang penuh penderitaan dan hinaan demi untuk membesarkanku seorang diri karena ditinggal pergi ke Surga oleh ayahku lebih dahulu.

Larut dalam kesedihan mengingat sosok ibuku selama masih hidup dan juga karena rasa lelah perjalanan dan petualanganku di pulau seberang membuat aku tertidur semalaman di atas pusara ibuku tercinta, hingga pagi menjelang aku dibangunkan oleh Nek Giarti, juru kunci pemakaman yang pagi itu hendak keliling melihat kondisi pemakaman.

"Cu.. Bangun.. Cu.. Kamu semalaman tidur disini?" usap lembut tangan Nek Giarti ke punggungku untuk membangunkanku dari tidurku.

"Ehhh.. Ne... Nneeeekk.. Iii.. iyaaa nek.. Ketiduran tadi malam saat berjiarah" ujarku kaget terbangun dan langsung terjaga karena usapan lembut Nenek Giarti kepunggungku.

"Kamu masih mau disini?" tanya Nenek Giarti kepadaku.

"Nggak Nek, aku mau pulang, mau siap- siap ada kegiatan. Terimakasih ya nek sudah membangunkanku" ujarku menjawab pertanyaan Nenek Giarti.

"Iya Cu.. Hati- hati dijalan ya Cu" ujar Nek Giarti saat aku pamit meninggalkan kuburan.