Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 12 - Memeras Ayah Tiri (3)

Chapter 12 - Memeras Ayah Tiri (3)

Braakkk!! Tiba-tiba masuk seorang remaja cantik yang masi berumur 17 tahun memegang kamera, seorang pria remaja tinggi besar, memegang video recorder, dan seorang laki-laki muda berbadan kekar usia 17 tahun memegang tongkat bisbol dari logam menerobos masuk kamar 202. Ketiganya menutupi muka mereka dengan masker, kaca mata hitam dan topi, sepersekian milidetik sebelum sperma Arif muncrat didalam liang senggama Vita.

"Ahhhh.. Aku keluar.." Teriak Arif saat spermanya muncrat diliang kenikmatan perempuan muda diatasny "Siapa kalian!!" Kaget bercampur rasa nikmat saat spermanya muncrat memenuhi liang senggama Vita melihat tiga orang asing yang masuk mendobrak pintu kamar 202.

Mereka tidak menggubris Arif, perempuan yang memegang kamera mengambil belasan gambar perbuatan mesum Arif dan Vita. Sedangkan pria yang memegang video recorder terus mengabadikan video perbuatan mesum mereka.

Sedangkan pria yang memegang tongkat bisbol maju dengan kuda-kuda siap untuk mengayunkan tongkat bisbol sembari berbicara setengah teriak "Inilah kerjaan mesum Wakil Rakyat terhormat bernama Syarrifuddin Tarotrinarta yang bermain gila dengan putri tirinya, ya betul putri tirinya sendiri!"

"Kalian berhasil mendapatkan video dan gambar aksi mesum mereka?" tanyanya kepada dua temannya.

"Ya sudah!" jawabku.

"Oke bro.. Aman.. Sudah terekam" ujar Fahmi laki-laki yang memegang video recorder sembari mematikan tombol record.

"Siapa kalian?!! Mau apa kalian?!!" tanya Arif

"Saya?? Saya Vita anak tirimu" ujarku memperkenalkan diri.

"Hah Vitaaa!! Lalu siapa kamu??!! seru Arif kaget mendengar aku memperkenalkan diri sembari melihat wanita yang ada diatasnya.

"Dia pelacur yang aku sewa untuk pura-pura menjadi diriku" jelasku pada Arif ayah tiri mesumku.

"Anak sialan!!! Aku hajar kamuuu!!!" teriak Arif marah mendorong pelacur yang masih diam diatas tubuhnya lalu bergerak turun untuk memukulku.

"Jangan bergerak atau kupukul kamu!!" ujar Robert, temanku yang memegang tongkat pemukul bisbol mengancam Arif

Menyadari dia kalah orang dan kalah kekuatan, akhirnya Arif membatalkan niatnya untuk memukulku dan duduk diam ketakutan kembali. "Apa yang kalian inginkan dariku?" tanya Arif ketakutan.

"Tentu saja uangmu.. Hahahahaha.." ujarku tertawa.

"Oke.. oke.. Berapa yang kamu minta? Tapi tolong hapus dulu rekaman video dan foto saya itu dulu, nanti saya berikan, saya janji" pinta Arif memelas.

"Kamu pikir saya bodoh apa? Dulu saja kamu setelah berhasil mengambil salinan bukti perselingkuhan kamu dengan ibu saat ibu berbaring sakit, kamu langsung pergi menghilang meninggalkan kami." ujarku.

"Oke... oke.. Berapa yang kamu minta? Tapi tolong jangan sebarkan video dan foto itu ya.. Tolong" pinta Arif memelas

"Oke, untuk awalan kami minta uang tunai 5 milyar dibagi dalam 5 buah koper. Minta ajudanmu menyerahkan ke kamar ini, jangan bicara yang tidak penting atau temanku akan langsung memukuli mu sampai mati" ujarku mengancamnya. Robert mendekat ke Arif lalu mengawasi Arif dari dekat dengan kuda-kuda siap mengayunkan tongkat bisbolnya apabila Arif bicara tidak sesuai arahanku.

"Oke.. Saya akan bekerjasama dengan kalian" jawab Arif lalu mengambil handphonenya dari kantong celana yang sudah berserakan dilantai kamar.

"Halo, Tari tolong kamu ambilkan uang lima milyar tunai dari rekening bankku, bagi rata dalam 5 koper besar lalu minta Toto mengambil uang itu ke kamu, dan minta dia segera antarkan ke saya."

Setelah memberi intruksi itu Arif lalu mematikan handphone itu dan berkata pada kami

"Sudah aku lakukan, sekarang tolong lepaskan saya, saya janji tidak akan melapor ke polisi" ucapnya kepada kami.

"Oh tidak semudah itu.. Fahmi tolong ikat kedua tangan dan kaki si tua bangsat ini" perintahku ke Fahmi.

"Ok Vit" ujar Fahmi lalu mengikat kedua tangan dan kaki Arif.

Setelah selesai mengikat, aku, Fahmi, Robert serta pelacur yang berpura-pura menjadiku dengan nama asli Ida duduk dilantai dan menunggu datangnya Toto, supirnya Arif dengan cara menyibukan diri bermain sosial media menggunakan handphone kami masing-masing.

‐-------

Di dalam kantor Arif, tampak Tarina, seketaris pribadi Arif sedang membuka loker besi besar yang berada di balik tembok belakang meja kerja kamar kerja Arif. Didalamnya terdapat setidaknya seratus milyar rupiah, dan hanya Tari serta Arif saja yang mengetahui kode kunci loker besi itu. Selain itu tidak ada yang tahu bahwa dibelakang tembok meja kerja Arif ada loker besi tempat menyimpan seperlima kekayaan Arif.

Setelah mengambil uang sebesar yang diminta oleh atasannya, Arif, Tarina segera membagi uang itu ke dalam koper sesuai yang diperintahkan Arif via telepon. Sebenarnya bagi orang awam, apa yang diminta Arif sangat ganjal, namun bagi Tarina yang sudah menjadi rekan kerja Arif sejak belasan tahun sangat tahu rahasia kelam dari bosnya itu.

Urusan sogok- menyogok, korupsi, menggelapkan pajak, bisnis bawah tangah, hingga perselingkuhan semua sudah dilakukan Arif dan Tarina selalu terlibat didalamnya. Hanya satu pekerjaan dimana Tarina tidak terlibat di dalam urusan bosnya, yaitu menghilangkan nyawa orang.

"Halo Toto.. Kamu dimana?" telepon Tari menanyakan posisi Toto, supir kepercayaan Arif, setelah selesai merapihkan koper- koper yang diperintahkan kepadanya.

"Di rumah bu, baru selesai jemput nyonya besar dari tempat arisan" jawab Toto.

"Kamu ke kantor segera, saya ada barang yang perlu diantarkan ke bapak" ujar Tari memberi perintah pada Toto.

"Siap bu, saya segera meluncur ke sana" jawab Toto lalu segera menuju garasi mobil untuk pergi ke kantor sesuai instruksi Tari.

‐-------

Toktoktok. Suara pintu diketuk diikuti masuknya seorang pria tinggi besar ke dalam ruang direktur "Permisi bu, Bu Tari tadi meminta Toto ke kantor ada apa ya bu?" tanyanya didepan Tari yang sedang duduk dibelakang meja khusus seketaris direktur.

"Ya To, tolong kamu ambil 5 koper di kamar bapak didalam lalu antarkan ke bapak." ujar Tari menyuruh Toto untuk mengambil koper- koper yang masih ditaruh di dalam ruang kerja Arif yang berada paling dalam dari ruangan direktur.

"Baik Bu" ujar Toto.

"Kamu tahu posisi bapak dimana?" tanya Tari ke Toto

"Tahu bu" jawab Toto.

"Ok. Segera antar ke bapak koper- koper itu" ujar Tari yang setelah itu sibuk dengan pekerjaannya lagi di laptop.

"Siap Bu Tari" ujar Toto bergegas menjalankan perintah dari seketaris pribadi pak Arif, bos besarnya.