Sudah selama satu Minggu mereka berdua pulang ke Indonesia, hubungan Hanin dan Galang berjalan dengan biasa biasa saja, yang membedakan keduanya sudah tidak banyak diam. Sesekali Galang mengajak istrinya itu untuk berbicara, begitu juga Hanin yang sudah mulai terbuka.
Tembok pembatas di antara keduanya mulai sedikit demi sedikit dikikis. Galang sudah mau, mengakui Hanin di depan umum. Meskipun Hanin tahu, hal itu hanya untuk menutupi sandiwara keduanya.
"Hari ini kita jadi ke rumah Mama? tanya Galang. Pria itu sudah menghabiskan dua piring nasi goreng, masakan Hanin, yang selalu bisa membuat Galang kebablasan.
"Jadi Mas. Jadi aku akan ke sana, mungkin sebelum makan siang sekalian mau masak sama mama," jelas Hanin.
Yang baru Galang ketahui adalah istrinya itu, tidak suka dengan kotor dan berantakan. Sudah dilihat Galang tempat cuci piring itu dibersihkan oleh Hanin sebanyak tiga kali.
"Kamu mau bersihkan itu semua berapa kali lagi. Ini sudah ketiga kali nya," ledek Galang. Mendengar hal itu membuat Hanin menatap kesal ke arah sang suami.
"Kamu dari tadi memperhatikan aku Mas? Awas aja loh Mas, entar cinta gimana," balas Hanin. Mendapatkan balasan tersebut, membuat Galang cemberut. Hanin yang melihat perubahan wajah dari suaminya langsung terdiam, wanita itu tahu dirinya salah berbicara.
"Aku gak maksud gitu Mas," ucap Hanin tidak enak. Galang sudah sejak tadi menahan tawanya, dirinya sengaja bersikap seperti ini demi melihat bagaimana ekspresi yang ditimbulkan oleh istrinya dan benar saja, Hanin seketika langsung tidak nyaman.
Tawa Galang pecah, pria itu benar benar tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa dan melihat hal itu membuat dahi Hanin berkerut, dan Hanin baru saja menyadari jika dirinya dikerjai oleh sang suami.
"Ish Mas Galang," pekik Hanin dengan rasa malu. Galang segera beranjak dari tempatnya lalu mendekati ke arah Hanin dengan tawa yang masih terdengar sangat nyaring, Galang memeluk istrinya sedangkan Hanin langsung memukul suaminya itu karena kesal dengan apa yang dilakukan oleh Galang.
"Sorry … sorry jangan ngambek dong, nanti gak cantik lagi wkwk," ucap Galang dengan nada bercanda.
Hanin kesal lalu menggelitik perut suaminya, pria itu membiarkan Hanin melakukannya. Sedangkan dirinya hanya diam, menyaksikan bagaimana Hanin berusaha.
"Ish kok gak geli sih," gerutu Hanin kesal. Sedangkan Hanin sudah tertawa dengan, sangat keras.
***
Hanin yang akan pergi ke rumah mertuanya di kaget kan dengan mobil Galang yang terparkir di depan rumah mereka. Dahi Hanin berkerut, apalagi ketika melihat sang suami sudah turun dari dalam mobil.
"Ayo," ajak Galang.
"Kamu ngapain Mas?" tanya Hanin polos. Galang menghela napasnya, pria itu lalu berjalan menuju ke arah sang istri dan tersenyum.
"Kan mau ke rumah Mama. Ayo, sekarang, mama udah nelpon dari tadi," balas Galang.
"Hah? Kamu ikut, tumben bukannya kamu ada kerjaan Mas?" tanya Hanin heran. Galang sebelumnya sudah, mengatakan bahwa dirinya tidak bisa pergi ke rumah sang mertua. Karena banyak kerjaan tapi lihat sekarang suaminya itu sudah ada di depannya.
"Demi menemani istri aku yang cantik ini, aku siap melakukan apapun," jawab Galang.
"Terserah Mas … terserah …,"
Wanita itu menutupi wajahnya yang bersemu merah sambil berjalan ke arah mobil, sedangkan Galang hanya diam menatap ke arah istrinya.
"Mas ngapain kamu di sana. Ayo buruan kita ke rumah Mama, ini udah jam berapa."
Galang segera berjalan ke arah Hanin dan masuk ke dalam mobilnya. Dengan kecepatan sedang mobil tersebut membelah jalanan. Selama di perjalanan tidak ada perbincangan antara keduanya. Galang masih sibuk menatap ke arah jalan, sedangkan Hanin sibuk bermain ponselnya.
Sesekali Galang melirik ke arah istrinya yang tersenyum dengan ponselnya itu, hal itu membuat jiwa kepo Galang sangat membara.
"Ngapain sih?" tanya Galang. Hanin masih diam, wanita itu tidak menanggapi ucapan yang dilontarkan oleh sang suami. Mendapatkan hal seperti ini, membuat Galang kesal. Bertepatan dengan lampu merah menyala. Pria itu merampas ponsel milik istrinya.
"Kamu apa apaan sih Mas," ucap Hanin kesal, bagaimana tidak Galang merampas ponselnya begitu saja. Sedangkan Galang hanya menatap istrinya dengan datar.
"Kamu yang apa apaan, suami bertanya bukannya menjawab malah main hape. Ada apa sih di dalam hape kamu," ujar Galang dingin, sembari melihat isi ponsel pintar milik istrinya itu.
Mata Galang melotot tajam ketika melihat apa yang ada di sana, sedangkan Hani hanya tertawa saat menatap ekspresi wajah yang ditampilkan oleh sang suami.
"Aku tuh, lagi main game Mas. Kamu ganggu tahu gak, awas aja kalau sampai aku kalah. Kamu harus tanggung jawab," ujar Hanin sembari mengambil handphone nya. Wanita itu kembali melanjutkan permainannya, sedangkan Galang hanya menatap sang istri dengan tatapan tak percaya.
Lampu sudah hijau, Galang segera menjalankan mobilnya kembali. Suara tawa Hanin semakin kencang, Galang hanya mendengus kesal, dapat dipastikan nanti setelah sampai di rumah sang Mama. Galang akan segera menghapus, games tersebut pria itu tidak suka di kacangin oleh sang istri seperti saat ini.
***
Tumben sekali, jalanan menuju ke rumah sang mertua mengalami macet parah. Keduanya masih berada di jalan, padahal biasanya jarak tempuh hanya membutuhkan waktu 20 sampai 30 menit saja. Tapi kali ini berbeda, keduanya sudah hampir 35 menit dan baru setengah perjalanan.
"Ini ada apa sih Mas? Kok tumben banget jam segini macet parah. Biasanya walaupun, macet nggak akan sampai seperti ini," ucap Hanin. Galang juga bingung, sejak tadi pria itu sudah mengecek maps dan memang benar sepanjang jalan menuju perumahan tempat kedua orang tuanya berwarna merah.
"Entahlah aku juga gak ngerti," jawab Galang singkat. Hanin lalu membuka kaca mobilnya, dan kebetulan ada bapak bapak penjual minuman yang lewat.
"Permisi Pak," ucap Hanin.. Bapak tersebut segera mendekat ke arah mobil sambil menawarkan minuman dingin. Hanin yang tidak bisa menolak segera mengeluarkan uang dari dompetnya namun, tangannya dicekal oleh sang suami
"Ini uangnya Pak," ucap Galang. Bapak tersebut menerima uang tersebut. Hanin melihat ke arah suami, tapi Galang seolah tidak peduli dirinya mengambil botol air mineral tersebut dan meminumnya.
"Makasih neng, Mas."
"Sama sama Pak. Oh ya di depan kenapa ya Pak. Kok bisa macet seperti ini?" tanya Hanin.
"Ada kecelakaan Neng, seorang wanita tabrak pembatas jalan. Sekarang polisi dan pihak rumah sakit sedang mencoba menyelamatkan korban," ujarnya. Setelah mengatakan hal itu, sang bapak pamit untuk kembali ke warungnya.
"Kasihan sekali ya Mas. Ya ampun, kenapa bisa dia nabrak pembatas jalan sih," ucap Hanin.
"Mungkin putus cinta kali," jawab seadanya Galang. Mendengar guyonan sang suami membuat Hanin memutar matanya malas. Galang memang seperti ini, tidak akan peduli dengan hal hal yang membuatnya tidak penting.
Keduanya sudah sampai di depan rumah sang Mama. Saat Galang akan keluar dari dalam mobil ponselnya berdering, pria itu segera mengangkatnya dan setelah menerima telpon tersebut Galang seketika langsung menjalankan mobilnya tanpa menoleh ke arah sang istri, yang bingung dengan apa yang dilakukan Galang.
###
Selamat membaca dan terima kasih.
Yang mau mampir ke karyaku lainnya boleh ya. "Hot Duda & Love After Agreement"