""Mungkin putus cinta kali," jawab seadanya Galang. Mendengar guyonan sang suami membuat Hanin memutar matanya malas. Galang memang seperti ini, tidak akan peduli dengan hal hal yang membuatnya tidak penting.
Keduanya sudah sampai di depan rumah sang Mama. Saat Galang akan keluar dari dalam mobil ponselnya berdering, pria itu segera mengangkatnya dan setelah menerima telpon tersebut Galang seketika langsung menjalankan mobilnya tanpa menoleh ke arah sang istri, yang bingung dengan apa yang dilakukan Galang.
Hanin terdiam menatap sang suami yang pergi dengan begitu saja, ada apa dengan suaminya itu hal tersebut membuat Hani menjadi khawatir. Saat Hanin ingin menelpon Galang, dari dalam rumah mertuanya datang menghampirinya.
"Kenapa di sini, ayo buruan masuk sayang," ucap Anita.
"Eh iya ma," jawab Hanin. Wanita itu segera masuk ke dalam rumah sang mertua, di dalam sana ternyata sudah ada Yusuf sepupu Galang yang memang beberapa hari ini sudah tinggal di sana.
"Hai kak apa kabar," sapa Yusuf.
"Baik. Kamu gimana kabarnya, kuliah magister kamu sulit gak?" tanya Hanin.
"Ya namanya hidup kak. Gak ada yang mudah ya kan, pasti selalu sulit. Ha ha ha," jawab Yusuf.
Pria itu memang terkenal dengan guyonannya yang membuat, semua orang suka dengan kepribadian laki-laki itu, berbeda dengan Galang yang selalu serius, pria itu bahkan jika berkumpul dengan keluarga tidak banyak berbicara itulah kadang para sepupu Galang tidak terlalu dekat dengannya.
***
Galang mengendarai mobilnya dengan sang kencang, pria itu syok dan kaget ketika mendengar kabar yang begitu menyayat hatinya. Wanita yang mengalami kecelakaan tadi itu adalah Wina, dan hal itu benar-benar membuat Galang tidak tenang.
Sebelum pulang ke rumahnya tadi, Galang dan Wina sempat bertengkar karena wanita itu tidak suka akan sikap Galang yang sudah berubah dan lebih banyak waktu bersama Hanin. Padahal Galang sudah menjelaskan semuanya, tapi tetap saja Wina keras kepala.
Wina kesal, dan mengatakan akan mati saja kalau Galang masih pergi, dan Galang tetap pergi pria itu sangat yakin, jika Wina tidak akan mungkin melakukan hal tersebut namun, nyatanya salah Wina dengan berani mencelakai dirinya sendiri.
Hal ini membuat Galang, merasakan bersalah terhadap perempuan itu. Dengan kecepatan yang sangat tinggi Galang menjalankan mobilnya, pria itu sangat takut sesuatu hal terjadi pada wanitanya.
Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, Galang sudah sampai di rumah sakit. Pria itu segera berlari menuju ruangan rawat, tepat Galang sampai dokter yang ada di dalam sana keluar.
"Bagaimana keadaan pasien dokter?" tanya Galang dengan raut wajah khawatir, Galang terlihay sangat takut akan sesuatu hal yang buruk terjadi pada Wina.
"Anda siapanya pasien?" tanya dokter tersebut.
"Saya pacarnya dokter," jawab Galang.
"Kondisi pasien baik baik saja, hanya saja pasien masih trauma akan kejadian tersebut. Saat ini kami sedang melakukan observasi untuk kesehatan beliau. Saya harap kamu sebagai pacarnya bisa lebih memperhatikan pasien."
Galang menghela napasnya lega, ketika mendengar jika tidak terjadi apa apa dengan Wina. Pria itu mengucapkan banyak terima kasih kepada dokter, setelah itu sang dokter pergi dari sana. Galang lalu masuk ke dalam ruangan kamar rawat Wina.
Saat masuk, terlihat seorang wanita terbaring dengan sangat lemah di atas tempat tidur, Galang yang melihat hal itu bergetar, dirinya tidak menyangka jika Wina bisa melakukan hal seperti ini. Galang lalu berjalan mendekati tempat tidur Wina, dan menggenggam tangan wanitanya itu.
"Maafkan aku sayang, maaf," ujar Galang.
Pria itu tidak bisa melihat Wina seperti saat ini, rasanya dunia Galang runtuh saat melihat wanita yang begitu di cintai nya terbaring lemah di sana. Galang lebih memilih untuk dirinya yang terluka di bandingkan harus menatap sang kekasih seperti ini.
***
Kondisi Wina sudah mulai stabil wanita itu sudah cukup tenang, dan semakin manja Wina tidak mengizinkan Galang untuk pergi meninggalkan dirinya. Bahkan Galang yang ingin pergi ke toilet saja, cukup lama menbujuknya.
"Kamu tetap di sini, gak boleh kemana mana Mas," ucap Wina dengan nada manjanya. Galang tersenyum, pria itu mengusap kepala Wina dan mengecup dahinya dengan mesra.
"Aku tetap di sini. Di samping kamu selamanya sayang," jawab Galang. Wina segera memeluk Galang, di balik pelukan tersebut ada senyum licik yang terbit entah apa yang sedang direncanakan oleh wanita itu saat ini.
Di lain tempat Hanin sedang berbincang dengan kedua mertuanya Hanin sungguh tidak enak dengan Mama dan Papa mertuanya karena Galang hingga detik ini tetap tidak ada kabar.
"Si Galang emang sering gini Nin? Ninggalin kamu sampai gak ada kabar?" tanya Anggoro yang sudah kesal dengan tingkah anaknya itu.
"Nggak kok Pa. Mas Galang gak pernah gini, hari ini sepertinya kerjaan Mas Galang sangat banyak makanya belum ngasih kabar," belas Hanin. Saat ini, Hanin benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Dirinya terus saja berbohong kepada kedua mertuanya.
Anggoro hanya bisa menghela napasnya kesal, pria paruh baya itu tidak menyangka jika Hanin dengan rela membela anaknya yang memang salah, tapi tidak ada sedikit kalimat pun yang terlontar dari mulut Hanin menjelekkan anaknya itu.
"Kamu gak bohong, nak. Kalau emang Galang sering gini, bilang sama Mama ya. Biar Mama marahin dia," ucap Anita. Wanita itu sangat menyayangi Hanin, sehingga dirinya tidak mau menantunya sampai terluka.
Hanin tersenyum, dirinya bahagia dengan perlakuan kedua mertuanya yang begitu menyayanginya. Berbeda dengan Papanya yang sangat jarang terlihat peduli. Bahkan tidak pernah sedikit pun, apalagi ketika Bagas menikah dengan istri baru.
"Gak loh Ma. Mas Galang gak pernah gitu," bela Hanin lagi. Wanita itu selalu ingat dengan apa yang sering dikatakan sang Mama saat mendiang mamanya masih hidup. Bahwa jangan pernah mengatakan kesalahan orang lain, kalau kamu masih berbuat salah.
Kata kata itulah yang selalu tertanam di benak Hanin, hingga saat ini. Itulah kenapa apapun yang dilakukan oleh Wina kepada tidak pernah sekalipun Hanin mengatakan hal itu kepada Papanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam, dan Hanin masih menunggu sang suami di rumah kedua mertuanya. Berharap jika suaminya itu akan memberikan kabar, tapi tetap saja semua pesan dan telpon yang dilakukan oleh Hanin tidak satupun di balas dan diangkat oleh Galang.
"Kamu diantar sama Yusuf aja ya. Mama gak mau kamu kenapa kenapa di jalan," ucap Anita khawatir. Hanin ingin menolak namun, tangannya sudah di tarik oleh Yusuf.
"Ayo kak. Biar aku yang antar, nanti kalau Kakak gak mau. Bisa bisa kanjeng Mami marah," ledek Yusuf. Pria itu menyebut, sang mama mertua dengan kanjeng mami karena Anita selalu saja memarahi Yusuf.
"Kamu hati-hati bawa menantu kesayangan mama," ucap Aniya.
"Siap Kanjeng mami," jawab Yusuf. Anita sudah menatap Yusuf dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Yusuf hanya membalas dengan senyum manisnya. Hani dan Yusuf segera pergi dari tempat itu terlihat jelas sejak tadi Hanin menunggu kabar dari suaminya. Hanin hanya takut sesuatu hal yang buruk terjadi pada Galang.
###
Selamat membaca dan terima kasih. Yang baca punya power stone boleh dong, diberikan untuk Hanin dan Galang.