'Kamu udah tidur? Besok Mas akan menjelaskan semuanya'
Pesan itu hanya di lihat oleh Hanin, tanpa mau dirinya buka sedikit pun. Deretan kalimat yang dikirimkan oleh Galang, semakin membuat perasaan Hanin tidak menentu.
"Apa aku hanya bayangan kalian Mas," gumamnya.
Setelah itu Hanin akhirnya tertidur dengan pikiran yang tidak henti hentinya memikirkan bagaimana hubungan mereka nantinya.
***
Pagi harinya, Hanin terbangun dari tidurnya kepala wanita itu sudah sangat sakit, bahkan tidurnya semalam tidak benar benar nyenyak, hal itu membuat Hanin menjadi sedikit tidak enak badan. Wanita itu lalu beranjak dari tempat tidurnya, masuk ke dalam kamar mandi untuk segera memberikan dirinya.
Hanin tidak membutuhkan banyak waktu, wanita hanya butuh lima belas menit, setelah selesai Hanin duduk di meja riasnya di tatapannya mata yang menghitam dan sembab, semalaman dirinya menangis karena keadaan ini dan hal itu membuat, Hanin mendesah berat.
Ponsel Hanin berdering, ada nama Galang di sana. Segera wanita itu angkat panggilan tersebut.
"Hallo Mas," sapa Hanin.
"Kamu udah bangun?" tanya Galang.
"Iya Mas."
Keduanya hanya terdiam, hanya terdengar suara hembuskan napas. Tidak ada satu orang pun, yang membuka mulutnya. Hingga lima menit berlalu, terdengar suara wanita memanggil nama Galang.
"Aku tunggu kamu di Cafe bintang jam 17.00 sore ya," ucap Galang lalu segera mematikan sambungan telepon tersebut. Hanin hanya bisa melihat ponselnya, yang sudah mati.
Wanita itu lalu kembali meletakkan ponselnya dan beranjak dari sana, baru saja Hanin akan keluar dari dalam kamar kembali ponselnya bergetar, nama sang Mama mertua yang tertera di sana, segera Hanin mengangkat telepon tersebut.
"Hallo. Iya Ma," sapa Hanin.
"Hallo Sayang, bentar lagi Mama jemput ya. Temani Mama ke Mall bisa?" tanya Anita. Hanin terdiam sejenak, dirinya akan bertemu dengan Galang jam 5 sore itu artinya masih ada waktu untuk menemani sang mertua jalan jalan.
"Oke siap Ma. Aku ke rumah Mama aja ya, kasihan kalau Mama jemput ke sini," ujar Hanin.
"Gak masalah sayang, mumpung ada supir pribadi jadi kita bisa memanfaatkan dirinya."
Terdengar protes dari ujung sana, Hanin tahu siapa orang yang protes tersebut, obrolan singkat terjadi diantara kedua mertua dan menantu itu, kali ini Hani terpaksa berbohong dengan mertuanya ketika Anita menanyakan keberadaan Galang ada di mana.
Tidak mungkin dirinya mengatakan bahwa suaminya tidak ada di rumah, bisa bisa penyakit jantung yang diderita oleh sang mertua akan kambuh, dan hal itulah yang selalu dihindari oleh Hanin serta Yusuf.
***
Tiga puluh menit berlalu, Hanin sedang menunggu sang mertua di ruang keluarga, sang mertua sudah menelpon jika mereka sudah akan sampai ke rumah Hanin dan Galang sebentar lagi, dan benar saja, keduanya sudah berada di depan rumahnya.
Segera Hanin keluar, dan masuk ke dalam mobil. Sebelum mobil itu berjalan, Anita keluar dan duduk di kursi belakang. Melihat hal itu membuat Yusuf, protes dirinya sudah dipaksa untuk ikut dan sekarang dijadikan supir.
"Ma!!" rengek Yusuf. Namun, Anita tidak peduli, wanita itu malahan mengajak sang menantu untuk mengobrol, tidak mau mendengar rengekan dari Yusuf dan hal itu membuat wajah Yusuf cemberut. Dengan sangat terpaksa pria itu menjalankan mobil mereka dan pergi menuju Mall.
"Kita mau ke Mall mana Ma?" tanya Hanin.
"Kita ke Senayan aja ya. Mama mau cari sayuran di sana, tempatnya juga lengkap dan segar segar," balas Anita.
Hanin lali tersenyum, kebetulan cafe Bintang dekat dengan mall yang akan mereka datangi. Hal itu akan membuat Hanin lebih mudah untuk bisa bertemu dengan sang suami.
"Kanjeng Mami kenapa hobi banget belanja sih. Emang dapat uang dari mana?" tanya Yusuf. Anita memutar matanya malas, keponakannya satu ini memang luar biasa dan itu juga yang membuat Anita nyaman dan sayang kepada Yusuf.
"Suka suka lah, kan punya suami. Sirik aja sih," balas Anita geram.
"Ish ish, kasih tahu Papa loh ngabisin uang mulu, padahal Papa udah kerja banting tulang," ucapnya dengan penuh drama. Hani yang ada di sana hanya tertawa melihat interaksi yang dilakukan oleh keduanya. Sedangkan Anita terus saja menimpali ucapan dari keponakannya.
Tak membutuhkan banyak waktu, mobil yang dikendarai oleh Yusuf sudah sampai di Mall, hal pertama yang dilakukan oleh Anita adalah mengajak Hanin pergi ke area perdagingan, wanita itu mulai mengajarkan Hanin memilih daging dengan kualitas baik dan segar.
"Nih kamu harus perhatikan serat seratnya, kalau dia gini itu artikan bagus."
Hani hanya diam dirinya mendengarkan semua ajaran yang dilakukan oleh sang mertua. Anita bukan hanya sekedar mertua bagi Hanin, tapi sudah seperti ibu kandungnya sendiri yang dengan telaten mengajari Hanin semua hal. Dan hal seperti itu, yang Hanin rindukan dari mendiang Mamanya yang memiliki sikap yang sama seperti Anita.
Setelah selesai di daerah daging, Anita lalu mengajak Hanin menuju ke tempat sayuran dan beberapa bumbu dapur. Alasan utama Anita betah belanja di sini karena tempat yang nyaman dan lengkap. Sehingga dirinya tidak perlu mencari di tempat lain lagi.
"Semua Mall udah mama jalankan tapi cuma di sini yang lengkap. Makanya Mama betah belanja di sini, terus banyak diskon juga," ucap Anita.
"Kirain istri Sultan gak butuh diskon," sahut Yusuf. Pria itu sangat setia dengan mereka berdua, bahkan Yusuf begitu sabar mengikuti semua hal yang dilakukan oleh Anita.
"Udah kamu diam aja. Mau dipecat jadi anaknya sultan karena cerewet?" balas Anita. Seketika Yusuf langsung terdiam, pria itu hanya menampilkan raut wajah cemberut. Hanin menahan tawanya, saat melihat perubahan ekspresi wajah Yusuf.
Sudah hampir lima jam mereka berada di Mall tersebut. Hal itu membuat, Yusuf sudah mulai bosan mengikuti kedua ibu ibu berbelanja.
"Kita cari makan aja ya, udah siang juga," ucap Anita.
"Bahkan udah mau sore Ma," balas Yusuf.
Anita hanya memasang wajah datarnya mereka pun, segera mencari tempat makan. Ternyata makanan jepanglah yang menjadi pilihan sang mertua, Anita lebih suka makan dimsum dan kesukaan sang mertua sama dengan Hanin.
***
"Ini beneran kamu gak mau di antar?" tanya Anita sekali lagi.
"Iya Ma. Aku juga mau ketemuan sama temen Ma, jadi gak usah," jawab Hanin dengan senyum yang begitu lebar.
Anita lalu menganggukkan kepalanya, dan mereka pun berpisah di basement Mall. Hani segera naik kembali ke area Mall, dan keluar dari pintu depan. Wanita itu segera menyerang jalan. Cafe Bintang berada di depan Mall Senayan.
Sesampainya di sana, Hanin segera mengabari sang suami. Pria itu langsung membalas, minta Hanin menunggu dirinya. Hanin pun segera membalas pesan singkat dari suaminya itu.
Sembari menunggu kedatangan sang suami, Hanin juga memesan minuman hangat karena di luar tepat ketika dirinya sampai di Cafe tersebut hujan turun dengan sangat deras.
Detik menjadi menit, menit menjadi jam, hingga akhirnya sudah tiga jam Hanin menunggu kedatangan Galang. Hingga saat ini sudah pukul 20.00 malam, Hanin terus sudah mencoba menghubungi sang suami, namun tetap sama tidak ada balasan dari Galang.
Hingga sebuah foto kembali masuk ke dalam handphonenya, menunjukkan seorang pria sedang tertawa bahagia dengan seorang wanita. Dan hal itu mampu hati Hanin menjerit menyaksikan hal itu, kembali air mata itu tumpah dengan sendirinya.
Hani segera berlari dari tempat tersebut, sebelumnya dirinya membayar minuman yang dia beli. Di tengah derasnya hujan Hanin berjalan tak tentu arah. Wanita itu menangis sekuat tenaga melampiaskan semua kekesalan di dalam dada.
Hanin lalu berlari menuju halte dan duduk di sana dengan derai air mata yang sudah mengalir deras.
"Apa mencintaimu sesakit ini?" tanya Dita.
"Sudah aku katakan untuk tidak pernah menunggu dan mencintaiku."
Deg
###
Selamat membaca dan terima kasih.