Chereads / Pondasi Huruhara / Chapter 27 - Percakapan kecil

Chapter 27 - Percakapan kecil

"WHOOS.. WHOOOS.."

Suara desis angin yang terpecah akibat berlalunya seseorang di antara pepohonan.

Nampak seorang pemuda menyusuri hutan dari ranting ke ranting.

Dia melompat dari satu pohon ke sisi pohon yang lainnya, pemuda tersebut terus mengulangi langkahnya itu dari waktu ke waktu.

Berambut belah tengah, dan mengenakan baju biru.

Terlihat juga sepasang gelang di masing masing lengan atasnya.

Saat ini, pemuda itu tidak menggunakan kemampuan tenaga dalamnya untuk menyusuri hutan tersebut, padahal kalo dia menggunakan kekuatan tenaga dalamnya, dirinya akan bisa menyusuri hutan itu dengan lebih cepat dan efisien

Namun, bukan tanpa alasan kenapa pemuda itu lebih memilih untuk menghemat energinya dan menyusuri hutan tanpa menggunakan kemampuan tenaga dalam.

Itu karena pemuda itu sudah cukup lelah selama berhari hari ia menggunakan sebagian energinya untuk menyisir separuh wilayah dari hutan tersebut.

Sekarang dia lebih memilih untuk tidak menggunakan kekuatannya sembarangan dan memilih untuk memakai tenaga fisiknya saja.

Sambil menyelam sambil minum air, sambil berjalan menyusuri hutan ia pun memulihkan energinya yang terbuang selama hari hari terakhir .

"Wow.. bahkan setelah aku menggunakan kecepatan tanaga dalamku selama 3 hari, aku masih belum sampai di titik Yaq, ternyata hutan ini sangat luas ya."

"Sebaiknya aku tetap menghemat tenaga"

Gumam pemuda itu yang tidak lain adalah Bag.

Di sisi lain sesosok bayangan hitam juga sedang dalam perjalanan menuju ke suatu tempat.

Sosok itu mengenakan tudung kepala dan memakai semacam masker di wajahnya.

"Tanda itu.. Apakah mereka sudah menemukannya? Jika memang iya maka sebaiknya aku harus cepat kesana." Pikir sosok bayangan tersebut yang terus bergerak melesat melewati pepohonan di hutan itu.

Memikirkan sesuatu sosok itu segera mempercepat laju dirinya untuk menuju titik lokasi yang di tandai.

Di sisi lain di pedalaman hutam Loram.

"K- ka u.... " ucap seorang pria paruh baya yang kemudian jatuh ke tanah.

"SENIOR KARA??!!!" teriak seroang anak muda yang melihat seniornya terjatuh dan terkapar di tanah.

Anak muda itu sedang terluka sembari memegangi dada kirinya. Dia adalah Rou

Meskipun dia sendiri sedang terluka, ia tetap mengkhawatirkan keadaan seniornya yang sedang sekarat itu.

Di depan tubuh seniornya yang sedang terbaring di tanah, terlihat seorang anak muda yang menatapnya dengan tatapan yang dingin.

Pemandangan disekeliling pemuda itu sudah menjadi kacau, di sana terlihat seniornya yang sedang terkapar di tanah, teman dan seniornya yang lain pun juga turut tergeletak di tanah.

Melihat keadaan itu, membuatnya menjadi semakin mendidih, perbuatan dan penghinaan yang telah di lakukan anak muda ini kepada para senior dan temannya, tidak bisa di maafkan, apapun yang terjadi dirinya harus membalaskan semua itu.

"KAU!!! AKAN AKU BUNUH KAU SIALAN!!" teriak Rou kepada anak muda di hadapannya tersebut.

Dengan seluruh tenaganya yang tersisa dia segera melompat ke arah sang anak muda.

Namun, sebelum dirinya mendaratkan pukulan kepada si anak muda, dirinya terlempar ke arah belakang dengan sangat keras dan membuatnya menabrak apa yang ada di belakangnya...

Di sisi lain..

Saat ini Bag sudah semakin dekat dengan titik tanda yang di berikan oleh Yaq,

"Ini sudah semakin dekat, sebaiknya aku percepat langkah ku"

dia pun mempercepat laju nya dan secepat mungkin menyusul ke posisi dimana Yaq berada.

...

....

Seharian berlalu dan pada sore hari Bag pun sudah mencapai sisi lain tempat dimana Yaq berada.

Dirinya merasa heran dengan apa yang sudah terjadi di lokasi ini, karena semakin lama dia maju masuk ke dalam titik lokasi Yaq, maka semakin banyak pepohonan yang rusak dan hilang dari tempat berdirinya.

Pemandangan itu hampir hampir seperti telah ada pertarungan yang cukup besar yang terjadi di tempat ini.

"Apa jangan jangan..."

Ia berpikir mungkin Yaq melawan sesuatu yang cukup besar, dan itu bisa jadi alasan kenapa dia sampai mengirim tanda lokasi.

Bag pun segera bergegas langsung menuju ke titik lokasi.

"Sial, aku pikir dia sudah menemukan intisari madu itu. Apakah tanda itu karena ada musuh?"

Gumam Bag sambil terus bergerak cepat ke arah area lokasi Yaq.

Dirinya saat ini benar benar merasa telah melakuan hal yang sangat ceroboh, bisa bisanya dia hanya terfokus pada 1 kemungkinan, padahal bisa saja alasan kenapa Yaq mengirim tanda itu karena adanya faktor lain selain intisari madu.

Setelah sampai, dirinya di kejutkan saat menemukan banyak sekali pohon yang terkumpul di 1 area. Dan bukan hanya itu, pepohonan itu mengeluarkan getah layaknya cairan madu, harum semerbak tercium sampai ke hidung Bag.

"Ini.. intisari madu? Sudah kuduga memang dia menemukannya"

Dirinya bisa bernafas lega karena dengan melihat adanya pohon randusari di titik lokasi Yaq, itu berarti Yaq memang telah menemukan intisari madu saat mengirim sinyal tersebut.

Saat berpikir dirinya bisa bernafas lega karena Yaq sudah menemukan intisari madunya

Di sisi lainnya dia malah melihat Yaq yang sedang berhadap hadapan dengan sosok hitam dengan tudung kepala.

Bag mengira bahwa itu adalah musuh, dan tanpa pikir panjang, langsung saja ia melesat kesana dan berhenti tepat di depan Yaq, dirinya bahkan melakukan posisi siaga untuk siap bertarung.

"Apa dia musuhnya Yaq?" tanya Bag kepada Yaq sambil terus mengamati sosok bertudung tersebut.

Yaq yang mendengar perkataan dari Bag pun hanya diam dan menatapnya dengan wajah aneh. Dia lalu berkata;

"Tidak juga, aku sedang berbicara padanya tadi"

Mendengar jawaban dari Yaq, Bag sedikit terkejut, bagaimanapun setelah melihat keadaan di sekitar tempat itu yang terlihat kacau, dirinya secara naluri berpikir bahwa sosok yang ada si depan Yaq pasti adalah musuh.

Maka dari itu ia langsung melompat ke sisi Yaq dan berniat ingin membantunya.

beruntung berkat penjelasan singkat dari Yaq, dirinya segera sadar akan situasinya dan mulai menurunkan kewaspadaannya lalu bersikap lebih tenang.

"Eh?"

"Senang bertemu denganmu.."

Ucap Bag sambil buru buru mengubah postur tubuhnya yang terlihat tegang tadi.

Sosok itu hanya diam, dia tidak menanggapi apapun perkataan dari Bag.

Sosok itu kemudian berkata;

"Apakah yang kau katakan itu benar?"

Yaq melihat ke arah sosok itu

"Kau sudah mendengarnya dari juniormu yang ada di sana"

Ucap Yaq sembari melirik kearah seorang pemuda yang terduduk di sisi lain area itu.

Di belakang sisi anak muda itu terdapat tubuh dari teman dan juga seniornya yang terbaring di tanah.

"Aku menemukan pohon ini terlebih dahulu, dan mereka tiba tiba datang mencoba merampoknya dariku, jadi bukan salahku karena mencoba untuk mempertahankan diri"

Meskipun Yaq sudah menjelaskan tentang apa yang telah terjadi di tempat itu, Sosok bertudung tersebut masih menatap Yaq dengan tatapan yang tajam.

"Meskipun begitu, bukankan perbuatanmu ini sudah kelewatan?"

"Perbuatanku kelewatan? Mereka yang datang padaku beramai ramai, dan kau mengatakan bahwa aku kelewatan?"

"Justru merekalah yang berlaku melewati batas, mereka sebagai ahli beladiri senior mengeroyok seorang junior untuk memperebutkan bahan obat yang di temukannya"

"menurutmu siapa yang melewati batas?"

Mendengar jawaban dari Yaq, sosok bertudung itu terdiam dan tidak membalas apapun, namun tatapannya masih terlihat dingin dan tajam.

Memang apa yang di lakukan oleh orang orangnya itu dapat di pahami, di dalam hutan seperti ini yang kuatlah yang berhak mendapatkan segalanya.

Bagaimanapun bahan obat tingkat 7 intisari madu, sudah seperti harta dan tidak mudah untuk di temukan di sembarang tempat, bahkan itu terbilang sulit.

Jadi pertarungan untuk memperebutkan sesuatu yang berharga di alam liar seperti ini adalah merupakan hal yang wajar, yang terkuatlah yang akan mendapatkan hak atasnya.

Namun meskipun begitu, ini sungguh sangat di sayangkan jika sudah sampai sejauh ini tetapi kembali dengan tidak membawa hasil apapun

Saat ini tujuan dan alasan mereka kemari adalah untuk pohon 1 ini bahan obat kelas 7 Intisari madu. Dan sekarang bahan obat itu sudah ada di depan mata, apakah harus di lepaskan begitu saja?

Sosok bertudung itu mulai berpikir "apakah dirinya harus bertarung disini dan merebut hasil temuan dari anak di depannya saat ini? Ataukah melepaskannya begitu saja dan kembali tanpa membawa hasil?"

Saat ini dirinya harus cepat dalam membuat keputusan disini, di samping ada rekannya yang terluka akibat pertarungan dan harus segera di obati, dirinya juga perlu membuat keputusan untuk kembali pulang dengan membawa hasil atau tidaknya.

Namun sebelum dirinya bisa membuat keputusannya, Yaq kemudian berkata;

"Padahal jika mereka bertanya dan meminta secara baik baik, aku tidak keberatan untuk sedikit berbagi"

Mendengar perkataan dari Yaq sosok bertudung itu sedikit terkejut, dia sedikit bingung kenapa ada anak yang mau membagikan harta alami seperti "intisari madu" ini kepada orang lain begitu saja.

"apa maunya anak ini?" Pikir sosok bertudung tersebut.

ia pun berkata;

"Kau ingin membagikan bahan obat temuanmu ini ke orang asing begitu saja?". Ucap sosok bertudung itu untuk memastikan

"Ya tentu, lagipula ini harta alam"

"Walaupun orang orangku telah memyerangmu? Kau masih ingin memberi bahan obat itu?"

"Iya tentuu.. kalo kau tidak percaya kau tanya saja dengan temanku ini" jawab Yaq sambil beranjak pergi dari tempat dia berdirinya.

Bag pun hanya bisa melihat Yaq yang pergi menjauh, dirinya hanya bisa memberi senyum canggung kepada sosok bertudung di hadapannya sekarang.

Bag kemudian berkata;

"Meskipun omongannya kadang menusuk, tapi kata katanya bisa kau percayai"

"Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi disini, tapi jika memang kau memerlukan bahan obat ini maka ambil saja secukup yang kau mau"

Setelah mengatakan itu Bag pun ikut pergi menjauh dari sosok bertudung tersebut dan menyusul Yaq yang sudah ada di sisi lain di area itu

"Hah?"

Bagaimanapun ini mencurigakan, tapi meskipun begitu ia tetap tidak bisa melepaskan kesempatan ini begitu saja, maka mau tidak mau dirinya harus berani mengambil resikonya

Di buat bingung dengan sikap dari Yaq, sosok bertudung itu kini menjadi semakin kebingungan dengan sikap Bag yang begitu mudahnya setuju untuk memberikan barang berharga ke orang asing,

Sosok itu menjadi heran dengan anak anak di depannya sekarang, bisa bisanya mereka begitu mudahnya memberikan harta alam yang susah payah sudah mereka cari cari selama berhari hari, lalu malah di bagikan kepada orang asing.

"Apa anak anak itu tidak tau nilai dari bahan obat ini?"

"Siapa sebenarnya mereka ini?"

Di saat pikirannya berkecamuk soal siapa identitas dari dua anak muda yang begitu mudahnya memberikan barang berharga kepada dirinya, tiba tiba ada suara yang mengejutkannya dari lamunannya itu.

"Kak Lura, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Segera sosok bertudung itu menoleh ke arah sumber suara, ternyata itu adalah suara dari juniornya yang ada di belakangnya.

Juniornya itu sudah berada di belakangnya, dia kebingungan dengan apa yang harus di lakukan kepada pada senior dan temannya yang sedang terluka sekarang.

Kembali ke pikiran jernihnya, sosok bertudung itu teringat bahwa rekannya saat ini masih dalam keadaan terluka dan segera memerlukan perawatan.

*ibarat sudah terkena lumpur, sekalian saja berendam ke dalamnya.

Dia kemudian berkata;

"Ele, Ambil beberapa intisari madu itu kemari"

Ya junior itu tidak lain adalah Ele, yang merupakan anak didik dari Lakan.

Segera dia beranjak pergi ke arah pepohonan Randusari berada, sejenak dirinya melihat ke arah Yaq berada dan seketika ia langsung merinding dan tertunduk karena takut, ia pun melanjutkan kembali untuk memgambil beberapa getah intisari madu itu.

Tak lama Ele pun membawa kembali intisarinya di dalam sebuah botol kecil, ada sekitar 6 jumlah botol kecil.

"Gunakanlah intisari itu untuk mengobati luka fisik mereka"

"Baik"

Dengan sigap Ele segera menjejerkan ke 6 botol yang sudah terisi intisari madu tersebut dan kemudian mengeluarkannnya menggunakan tenaga dalamnya.

Ya untuk mengendalikan cairan atau pil menggunakan tenaga dalam adalah hal yang mudah bagi ahli beladiri ranah pendekar

Ele sendiri adalah ahli budidaya beladiri di ranah pendekar tingkat 1, jadi adalah hal yang lumrah jika dirinya bisa mewujudkan bentuk tenaga dalamnya.

Pada dasarnya tergantung dari kekuatan dari tenaga dalam sang ahli beladiri, jika kekuatan tenaga dalamnya sangat kuat, maka objek yang keras dan besar pun bisa di gerakkan.

*Sebagai contoh adalah pedang, banyak ahli beladiri yang menggunakan pedang sebagai pijakannya saat terbang.

*mereka menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam pedang itu agar bisa di arahkan sesuka hatinya

Setelah Ele melapisi semua luka rekannya dengan intisari madu, nampak intisari tersebut meresap kedalam kulit dengan sangat halus.

Setelahnya mereka semua yang terluka kini mulai berangsur angsur sembuh.

Tak berselang lama semua luka fisik yang terdapat di teman dan seniornya kini sudah hilang sembuh sepenuhnya.

Meskipun begitu, bukan berarti mereka sudah pulih total, saat ini keadaan mereka masih tak sadarkan diri semuanya karena intisari madu saat ini hanya bisa mengobati luka fisiknya saja.

Itu karena intisari madu ini di gunakan tanpa di tingkatkan kualitasnya dahulu, alias belum di olah.

Namun jika bahan obat ini berada di tangan alkemis ahli maka bukan tidak mungkin untuk di tingkatkan menjadi pil tingkat 8 atau bahkan tingkat 9.

Melihat begitu efisiennya bahan obat tersebut, Lura sedikit terperangah.

Meskipun ini bukan pertama kalinya dia melihat khasiat dari bahan obat, tapi jika bahan mentahnya saja sudah mampu memberikan dampak seperti ini maka pasti akan jauh lebih hebat lagi jika bisa di olah di tangan yang tepat.

Ia lalu berjalan ke arah pepohonan Randusa itu, dan mulai mengeluarkan beberapa gentong kendi untuk mengambil intisari madu.

Tapi sebelum dia mengambil beberapa gentong dari intisari madu ini, ia melihat ke arah Yaq dan Bag.

Ya seperti yang di katakan sebelumnya, mereka berdua tetap diam dan membiarkan dirinya untuk mengambil beberapa intisari madu tersebut.

Ia pun segera memulai proses untuk mengambil intisari madu yang di perlukan, dan pada saat sampai di akhir proses pengambilan intisari madu pun mereka berdua benar benar tidak mencoba untuk mencegahnya mengambil intisari madu ini.

Setelah di rasa cukup mengambil intisari madu yang di perlukan Lura kemudian memasukan semua gentong tadi ke dalam cincin penyimpanan miliknya.

Lura pun berjalan ke arah sisi Yaq dan Bag.

Dia yang tadinya melihat Yaq dengan tatapan yang dingin, kini menatap Yaq dengan tatapan yang cukup dalam.

"Terimakasih telah bersedia memberikan intisari kepada kami, saya akan mengingat kebaikan kalian hari ini"

Ucap Lura sembari menundukan kepalanya.

"Tidak masalah, tidak perlu begitu"

Di samping Bag pun menimpali perkataan dari Yaq;

"Apa hanya segitu kalian mau ambil? Tidak mau tambah lagi?"

Lura terdiam dan kemudian berkata;

"Tidak, terimakasih ini sudah lebih dari cukup, saya meminta maaf atas apa yang telah di lakukan oleh rekanku kepadamu"

Dia mengatakan itu sembari melihat Yaq dengan tatapan yang dalam.

Yaq pun menyeringai dan dia menjawab;

"Iya, Tidak masalah, aku akan mengambil intisari madu itu, sekarang adalah giliranku."

Setelah mengatakan itu, Yaq kemudian berjalan ke arah pepohonan Randusa,

Bag kemudian berkata;

"Senang bertemu denganmu, apa kau yakin hanya mengambil sejumlah itu?"

"Iya, saya dengan rekanku yang lain akan segera pergi dari tempat ini, terimakasih untuk intisarinya"

Ucap Lura yang kemudian berjalan menjauh dari Bag.

"Ele bagaimana keadaan mereka?"

"Sudah membaik kak Lura, bahkan senior Lakan yang lukanya paling parah dari yang lain pun sudah terlihat baik"

"Kalau begitu masukan saja mereka ke cincin ruangmu kalo cuma 5 orang harusnya lebih dari cukup cincin penyimpanan ruangmu itu"

"Urusan kita sudah selesai disini, kita pergi sekarang"

"Baiklah Kak"