"baik, misi intisari madu sudah selesai, semuanya ada 5 gentong kendi, pergentongnya di hargai 200 emas" ucap resepsionis Huruhara.
Resepsionis itu kemudian memberikan token kecil kepada Bag.
Seperti biasa token itu nantinya akan di gunakan sebagai kupon untuk mengambil bayaran di saat orang yang mengajukan misi permintaan sudah membayarkan upah jasa kepada paguyuban.
"Wow.. baik kak terimakasih" ucap Bag yang kemudian pergi dari hadapan sang resepsionis.
Bag pun berjalan ke arah seorang anak muda yang sedang duduk menikmati hidangan di depannya.
"Hei Yaq, kau tidak bilang kalau pergentongnya intisari madu di hargai 200 emas?" tanya Bag yang kemudian duduk di hadapan Yaq.
"Hm? Wah iya Bag, astaga lupa aku tidak kepikiran soal tulisan harga pergentongnya"
"Tapi tidak apa, lumayan kita dapat emas banyak pasti ada gunanya nanti"
Bag yang mendengar itu pun hanya tersenyum dan ikut meminum hidangan yang memang sudah di sediakan untuknya sedari tadi.
Dari sisi mereka duduk, terlihat ada seorang pria paruh baya sedang berdiri sendiri seperti orang yang kebingungan.
Seorang bapak bapak, berpakaian biasa, berdiri seperti ingin melakukan sesuatu namun nampak kaku.
Yaq sudah menyadari dan melihat gerak gerik yang di lakukan oleh bapak itu.
Namun semakin lama Yaq perhatikan, bapak bapak itu malah tetap berdiam diri saja dari tadi dan nampak gelisah.
Dirinya bahkan mulai sedikit merasa iba dengan apa yang sebenarnya ingin di lakukan oleh pria paruh baya tersebut di sana.
Melihat pemandangan yang seperti itu membuatnya menjadi tidak tahan, dia kemudian berkata kepada Bag;
"Hei Bag, coba kau lihat pria disana" ucap Yaq sambil mengarahkan kepalanya ke arah pria itu.
"Bapak itu? Yang memakai baju coklat memangnya kenapa Yaq?"
"Ya lihatlah dia berdiri disana daritadi, kenapa ga kau coba tanya saja Bag, mungkin dia perlu sesuatu"
Sambil mendengarkan perkataan dari Yaq, Bag pun mengamati pria paruh baya itu dari tempat ia duduk.
Dan memang benar pria itu hanya berdiri disana sambil terkadang menoleh kesana dan kemari.
"Cepat berdiri sana kau tanyalah ajak kemari kalau perlu" seru Yaq kepadanya.
Sambil sedikit terkekeh Bag pun berdiri dan menghampiri pria paruh baya itu.
Mereka sedikit berbincang disana, dan tak lama kemudian merekapun berjalan ke arah tempat dimana Yaq sedang duduk.
"Silahkan pak, duduk" ucap Yaq kepada pria paruh baya itu.
"Ah terima kasih, kamu terlalu sopan" jawab pria itu sembari duduk di bangku yang sudah di sediakan.
"Tidak apa Pak, silahkan di nikmati juga hidangannya" timpal Bag yang kemudian memesan kembali hidangan lain dan lalu ikut duduk di sisi sebelahnya.
Lebih tepatnya posisi mereka semua berhadap hadapan sekarang.
Pria itu hanya tersenyum masam mendengar perkataan dari Bag.
"Jadi Bag bagaimana?" Tanya Yaq kepada Bag, dirinya ingin mendengar penjelasan Bag terlebih dahulu soal apa yang mereka bicarakan sebentar tadi.
"Bapak ini Yaq, dia berasa dari dusun Nuju, dia kemari ingin meminta tolong untuk mencarikan anaknya yang sudah lama tidak kembali"
"Benar begitu pak?" ucap Yaq sembari menatap kearah pria paruh baya itu.
"Benar, sudah lebih dari 7 hari dia tidak kembali dari belajarnya bersama *orang pintar"
"Orang pintar?"
"Orang itu bisa melakukan banyak hal dengan ajaib, orang itu bisa mengetahui apa yang akan terjadi, menyembuhkan, bahkan dia bisa kebal terhadap senjata tajam" ucap pria itu dengan semangat.
"Orang pintar? Dari ciri kemampuan yang di katakannya seperti orang yang lahir dengan kemampuan khusus, apakah orang Bijak?. Atau memang ada ahli beranah tinggi di dusunnya?" Pikir Yaq
Dirinya mencoba menebak siapa yang di maksud orang pintar oleh bapak ini.
Apakah keluarga bijak khusus? Atau orang yang sudah mencapai ranah yang tinggi?
Keluarga bijak khusus biasanya mendapat berkah dengan keturunan yang memang mempunyai bakat alami sebagai orang bijak di kemudian harinya.
Namun semuanya itu belum pasti dan hanya asumsi belaka.
Maka yang terpenting sekarang adalah mengambil info dari bapak ini langsung soal siapa aslinya yang di maksud orang pintar itu.
"Ngomong ngomong apa bapak kenal siapa orang pintar itu?"
"Ah dia adalah orang yang cukup di segani di dusun kami. Namanya adalah tuan Bopo, tapi akhir akhir ini anakku sudah tidak pulang kerumah selama 7 hari ini. Padahal biasanya dia akan menyempatkan diri untuk pulang ke rumah setiap 2 hari sekali."
"Jadi karena itu kau mengira anakmu sudah tidak ada lagi di sana?"
Jatnu hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan dari Yaq.
Dirinya tidak ingin ada hal buruk yang menimpa anaknya itu.
Karena tidak mendapatkan jawaban, Yaq pun beralih ke pertanyaan lainnya;
"Kenapa anakmu bisa ikut orang itu?"
"Itu... Karena dia di tawari oleh temannya agar ikut berguru ke tuan Bopo, anakku memang ingin belajar ilmu tentang penyembuhan."
"Berarti kau kemari karena ingin mencari dimana keberadaan anakmu?"
"Benar tuan, tapi saya takut uang saya tidak cukup untuk digunakan sebagai upah bayarannya" ucap pria paruh baya itu dengan raut wajah yang murung
"Jadi itu alasannya dia hanya berdiri disana daritadi ya" pikir Yaq.
"oh iya, ngomong ngomong nama bapak ini siapa ya?" tanya Yaq kepada pria itu.
"Nama saya adalah Jatnu"
Setelah mendengar jawaban dari pertanyaannya Yaq memutuskan untuk membantu mengatasi masalah bapak ini.
Dirinya juga cukup penasaran dengan *orang pintar yang di maksudkan itu, Si bopo.
"Kalo begitu ayo Bag" ucap Yaq sembari berdiri dari bangkunya.
"Kemana Yaq?"
"Ke wilayah dusun Nuju, kita coba cari anak bapak ini"
Mendengar kata kata yang di ucapkan oleh Yaq pria paruh baya itu langsung melihat menatap ke arah Yaq dengan rasa tidak percaya.
Bag pun tersenyum mendengar perkataan Yaq tersebut.
"Benarkah itu, apakah tuan tuan ini bersedia membantu saya?"
"Tentu, bapak tidak perlu khawatir kami akan mencari anak bapak yang tidak memberikan kabar itu" ucap Bag sembari membayar hidangan yang sudah di sajikan tadi.
"Ngomong ngomong, sebelum itu bisakah bapak jelaskan ciri ciri dari anak bapak? Termasuk juga namanya" ucap Yaq kepada Jatnu
Jatnu pun memberitahu semuanya, termasuk ciri ciri anaknya dan temannya itu.
Dirinya juga menceritakan sudah berapa lama anaknya ikut berguru kepada tuan orang pintar Bopo.
Setelah dirasa cukup dengan informasinya. Yaq bersama Bag pun segera pergi dari pondasi Huruhara menuju ke dusun Nuju.
Ya mereka tidak berangkat dengan Jatnu karena untuk mempercepat langkah perjalanan mereka berdua.
Dari info yang di berikan oleh Jatnu, butuh perjalanan sekitar 4 hari dari dusunnya untuk mencapai Pondasi Huruhara.
Jadi untuk menghemat atau mempersingkat waktu, Bag dan Yaq meminta Jatnu tinggal di Huruhara sementara.
Mereka berdua sudah memasrahkan Jatnu kepada sang resepsionis untuk di berikan tempat menginap di Huruhara selagi keduanya membantunya untuk menemukan anaknya yang hilang.
..
...
2 hari berlalu Yaq dan Bag sudah tiba di atas sebuah bukit tinggi.
Dengan kecepatan kemampuan mereka berdua, keduanya berhasil memangkas waktunya 2 hari lebih cepat dari seharusnya.
Di sisi lain dari bukit itu nampaklah sebuah lembah yang di bawahnya ada pemukiman warga disana.
Pemukiman itu tidak terlalu luas, hanya pemukiman kecil yang terletak di antara bebukitan, di tengah tengah lembah.
Dengan kata lain itu adalah sebuah Dusun.
Batas dari dusun hanyalah pepohonan yang langsung terhubung dengan hutan.
Yaq dan Bag terus berjalan melewati jalan yang terhubung ke dusun tersebut.
Karena memang hanya ada 1 jalan utama saja yang digunakan untuk bisa sampai ke dusun itu.
Tak berselang lama sampailah mereka di pinggiran dusun itu.
Merekapun masuk dan berjalan santai di dalam area dusun.
"Bag, kau coba cari info apapun. Aku ingin melihat sesuatu."
"Hmmm.. oke baiklah"
Setelah mengatakan perkataan yang singkat itu, Yaq kemudian menghilang begitu saja... Lenyap bagaikan di telan oleh angin.
Bag sedikit bingung dengan apa yang ingin di lakukan oleh Yaq.
Lagipula dialah yang menyanggupi misi ini, kenapa dirinya malah pergi begitu saja meninggalkannya sendiri untuk mencari informasi?
Tidak mau pusing memikirkan tingkah pola Yaq yang cukup acak.
Dirinya segera fokus untuk mencari informasi yang di perlukan soal siapa dan apa saja pengaruhnya orang pintar Bopo ini di dusun Nuju sekarang.
Di sisi lain, di pinggiran perbatasan antara hutan dan dusun Nuju.
Terlihat ada 2 sosok yang menyamarkan dirinya di antara pepohonan dengan cara mengendap endap dan bersembunyi.
Salah satu sosok tersebut bergumam;
"2 orang anak muda dari luar datang kemari, kita harus melaporkan hal ini kepada senior"
"Yah kau benar, kita harus cepat melapor" ucap sosok yang lainnya menjawab perkataan rekannya itu.
Karena pada dasarnya sangat jarang ada orang luar yang mau datang ke dusun Nuju ini.
Selain tidak terlalu besar Dusun ini juga bukanlah target dagang bagi para pedangan kebanyakan.
Hanya ada sedikit saja pedangan yang menjajakan dagangannya di dusun ini.
Alasannya sangat sederhana, dusun ini terlalu terpencil dan penduduknya tidak terlalu padat layaknya sebuah desa.
Jadi pada dasarnya menjajakan dagangannya di dusun ini adalah hal yang kurang menguntungkan.
Makanya dusun seperti ini kebanyakan akan di hindari oleh sebagian besar pedagang.
Jadi melihat pemandangan 2 orang anak muda asing masuk kedalam dusun adalah merupakan hal yang cukup jarang.
Kedua sosok tadi pun segera bergegas pergi menuju kesuatu tempat yang ada di dalam dusun tersebut.
Kedua sosok ini adalah orang orang yang di tugaskan oleh Bopo untuk memantau siapa saja yang keluar masuk ke dalam dusun Nuju.
Pekerjaan mereka adalah mengintai dan mengawasi semua orang yang lewat di jalan utama itu.
Terutama orang dari luar dusun, mereka berdua di wajibkan melapor setiap ada orang dari luar yang masuk kedalam dusun.
Dan dari kejauhan Yaq melihat keduanya dengan tatapan yang dingin.
Kedua sosok itu tidak sadar bahwa mereka sekarang sedang di awasi dan di intai oleh sosok lain.
Keduanya kini sampai di depan sebuah pintu yang terhubung dengan tembok yang cukup tinggi.
Dengan ketukan tangan dari salah satunya pintu itu terbuka dan keduanya lalu masuk.
Didalamnya adalah sebuah rumah yang bagus dan berhalaman luas.
Ada beberapa bangsal atau bangunan seperti gudang di beberapa titik di dalam area tembok tersebut.
Keduanya pun masuk ke salah satu bangsal yang ada di dalam area itu.
Di dalam bangsal tersebut nampak ada semacam tempat air dan bunga.
Bahkan ada juga seperti kain atau hal lain yang aneh di letakkan di situ.
Suara yang aneh pun terdengar di saat mereka berdua memasuki bangsal tersebut.
Kedua sosok tadi pun hanya memandang ke diri masing masing dan kemudian duduk tepat di depan semua hal yang tidak jelas itu.
Lalu salah satu di antara mereka berkata
"Dagor dan kiroi, Kami datang untuk melapor tuan Natu"
Di dalam sebuah kamar, nampak sosok siluet 2 orang sedang bersenggama.
1 di antaranya kemudian berdiri.
"Ah? Mereka ya? Kenapa harus di waktu sekarang?" gumam suara seorang pria tua.
"PUAK!!!"
"AHK!!?"
Terdengar suara seperti pukulan dan di susul dengar suara teriakan dari seorang wanita.
Tak berselang lama datanglah pria tua yang hanya mengenakan semacam kain yang di lilitkan di atas celananya dan dengan bertelanjang dada.
Pria tua itu memakai ikat kepala di dahinya, terlihat ada beberapa batu cincin akik yang terpasang beberapa di jari jemarinya.
Badannya yang sudah mengalami keriput di beberapa area dengan perut yang buncit kedepan.
"Ada apa kalian?" ucap Natu dengan raut muka yang sedikit kesal.
"Kami ingin melapor, ada 2 anak muda asing yang masuk ke dalam dusun tuan"
"Oh apakah gadis?" ucap Natu dengan wajah yang aneh.
"Maaf tuan, tapi mereka beruda laki laki"
"Oh kalau begitu bersikap seperti biasa saja. Nanti juga mereka pergi sendiri." ucapnya dengan wajah yang sedikit kecewa.
Setelah mengatakan itu, dia kemudian ingin kembali kedalam kamarnya untuk melanjutkan melakukan sesuatu lagi.
Setelah Natu berjalan kedalam lorong kamarnya, dua bawahannya itu memberikan hormat lalu berkata;
"Baiklah tuan Natu. Kami pamit untuk undur diri"
Namun sebelum mereka berdua bisa pergi dari bangsal itu, sebuah penghalang transparan tidak mengijinkan mereka semua untuk melangkah lebih jauh lagi.
Begitu juga dengan Natu, dia bahkan tidak bisa melangkah ke dalam kamarnya walaupun hanya tinggal 1 langkah kaki saja.
Dan dari arah belakangnya nampak bayangan hitam yang menyerupai siluet sosok manusia.
"Sepertinya kau bukan Bopo, jadi dimana dia?"
Suara yang mengejutkan dirinya membuatnya seketika berbalik ke arah belakang.
"S- siapa kau!!?" Seru Natu kepada sosok yang ada di belakangnya
Sosok itu ternyata adalah seorang anak muda biasa dan tanpa senjata.
Anak muda itu hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari Natu.
Anak muda itu mengamati isi dari pintu yang sedikit terbuka dari dalam kamar Natu.
Menyadari sesuatu, dengan tatapan yang dingin pemuda itu berkata
"Jadi ini yang kalian lakukan? Hal seperti ini?"
Natu yang masih terkejut juga tidak bisa melakukan apapun.
Dirinya juga tidak bisa bergerak bebas di dalam formasi transparan itu, walaupun ia sendiri masih tidak paham tentang situasi yang dia alami sekarang.
Tetapi 1 yang pasti anak muda di depannya sekarang tidak terlihat memiliki senjata.
Maka dengan segera dirinya berteriak;
"DAGOR!! KIROI!! KEMARI KALIAN!!"
Natu berpikir dengan jumlah yang lebih banyak dirinya akan bisa menang dari anak muda di depannya sekarang.
Sayangnya, tepat setelah dia sudah berteriak memanggil bawahannya..
Tiba tiba lehernya terasa sesak dan kakinya mulai terangkat dari lantai ruangan tempat dimana dia berpijak.
Tangannya pun secara naluri meraih apa yang tengah mencengkram lehernya itu.
Di saat yang sama kedua bawahan yang di panggil tadi sudah sampai di hadapannya.
Dan alangkah terkejutnya mereka melihat ada seorang pemuda mencengkram leher dari senior mereka sekarang.
Mereka pun terhenti sejenak karena melihat pemandangan yang mengerikan itu.
"Ap..pa yang ka..lian lakukan!! Cepat bunuh bo..cah ini!!" Ucap Natu kepada bawahannya.
Mereka berdua pun ragu antara ingin bergerak menolong seniornya atau tidak.
Mereka pada dasarnya tidak lebih kuat dari seniornya, di tambah lagi mereka sangat ketakutan sekarang.
Jadi memang saat ini tidak ada yang bisa mereka lakukan sekarang.
Mereka hanya mampu berdiri di tempat dan tidak berani mendekat.
Melihat itu Natu menjadi semakin geram, dia ingin menghajar kedua bawahannya yang tidak berguna itu sekarang.
Namun di posisinya yang sekarang, dirinya tidak bisa melakukan itu.
Ia di sibukan dengan cengkraman kuat anak muda di depannya sekarang yang semakin kuat.
Jangankan menghajar bawahannya, mengurusi dirinya sendiri saja dia tidak sanggup.
Ia tidak punya kesempatan untuk geram kepada para bawahannya itu di sana.
"Aku bertanya, dimana bopo? Dan perkumpulan apa kalian ini sebenarnya?"
"Bo..cah bo..doh!! Kau pikir a..ku akan bi..cara!!
"ZUUUNG!!!"
Bunyi seperti ketukan di dalam air terdengar tepat di area dimana Yaq meletakkan jari tangan kanannya di bagian tubuh Natu.
Di barengin suara tersebut, Natu berteriak melengking kesakitan.
"AAAAAAAARRRRRGGGGHHH!!!!"
Kedua bawahannya semakin ketakutan dengan pemandangan yang mereka lihat di depannya.
Kaki mereka mulai bergetar tidak beraturan karenanya.
Namun teriakan seniornya tadi itu sangat keras, jadi mereka berpikir orang di luar pasti mendengar teriakan itu dan akan segera membuka bangsal ini dari luar.
Jadi mereka bisa sedikit merasa tenang karena berpikir bantuan akan datang.
"Kalau kau berpikir teriakanmu itu akan di sadari oleh rekanmu yang ada di luar, maka kau salah besar" ucap Yaq dengan nada dinginnya.
"Alasan kalian tidak bisa bergerak dari tempat ini adalah karena aku sudah memasang formasi penghalang kecil di dalam ruangan ini khusus untuk kalian. Jadi gerakan kalian di batasi oleh formasi penghalang itu, termasuk suara kalian"
"Berteriaklah sesuka hati kalian, karena aku pasti akan tetap bertindak kasar selama kalian tidak memberikan aku jawaban".
Bagai tersambar petir di siang hari.
Kedua bawahan yang sebelumnya berpikir kalau mereka memiliki harapan agar bisa selamat dari tempat itu. Kini harapan itu sudah hilang karena ucapan dari Yaq.
Keduanya kembali di rasuki oleh rasa takut karena apa yang sudah di lakukan oleh Yaq.
Jika mereka ada di situ mereka bisa mati kapan saja.
"Dan kau orang tua, suara tadi adalah hancurnya sebagian kecil dari tulangmu di bagian dalam"
Natu mengeluarkan keringat dingin di dahinya, sedangkan di bagian lengan kirinya terlihat menghitam karena pendarahan dari dalam.
Dirinya pun dengan sekuat tenaganya menahan rasa sakit yang ada di lengannya itu.
"Sekarang aku bertanya sekali lagi, dimana Bopo dan apa sebenarnya kalian ini?"
Melihat bahwa orang tua yang di cengkraman tangannya kesulitan menjawab.
Yaq pun melepaskan cengkraman tangannya itu dari leher Natu.
"BRUK!!."
Dia pun terduduk di lantai hanya bisa memegangi lengannya yang terluka.
Namun sebelum dirinya bisa bernafas lega. yaq kemudian meletakkan jari telunjuk nya tepat di tengah tengah dahi Natu.
"Cepat katakan.. aku tidak ingin menghabiskan banyak waktuku denganmu!" ucap Yaq dengan nada dingin
Mata Natu terbelalak dan keringat dingin semakin jelas nampak di pelipisnya.
Kedua bawahannya bahkan tidak berani untuk melakuan gerakan yang tiba tiba karena takut dengan apa yang akan di lakukan Yaq kepada mereka.
Di sisi lain beberapa jam sebelum Yaq memasang formasi di dalam bangsal itu.
Bag berjalan menyusuri jalanan yang ada di dusun itu.
Dirinya agak kebingungan dengan darimana dia memulai mencari informasi soal bopo.
Kebetulan ia melihat seorang lelaki pria paruh baya yang juga berjalan di lain sisi jalan
Dusun itu memang sepi, tidak banyak yang berlalu lalang di jalanan dusun itu.
Tanpa pikir panjang dirinya pun langsung menghampiri pria itu dan kemudian bertanya;
"Maaf paman, boleh saya bertanya sesuatu?" ucap Bag menghampiri pria paruh baya yang sedang berjalan di pinggir jalan dusun.
"Ah iya, ada apa ya dik?" Jawab pria itu dengan senyuman.
"Saya ingin mencari orang pintar bernama Bopo, apa paman bisa memberitahuku?"
"Adik mencari tuan Bopo?" ucap pria paruh baya itu.
Melihat perawakan dan wajah asing dari Bag, pria itu lalu bertanya lagi.
"Apa adik ini dari luar dusun?"
"Iya paman, saya dari luar dusun, saya mendengar kalau orang pintar Bopo mampu mengobati seseorang"
Mendengar perkataan dari Bag pria paruh baya itu terhentak dan seakan paham dengan sesuatu dirinya kemudian berkata;
"Jadi adik ini ingin berobat ke tuan Bopo ya"
Bag tidak mengira kalau pria di depannya saat ini akan mengatakan hal itu.
Melihat kesempatan Bag pun tersenyum dan tanpa sengaja berkata
"Iya"
"Ngomong ngomong rumah dari pak Bopo ada dimana ya paman?"
"Oh itu, rumahnya ada di sisi dusun sebelah selatan, ada bangunan yang di kelilingi tembok tinggi di situ, itulah lokasinya"
Tidak tau kenapa dia tiba tiba benar benar merasa lapar sekarang.
Alih alih bertanya lagi soal informasi dari Bopo, dirinya malah bertanya hal lain kepada pria paruh baya yang ada di hadapannya itu.
"Em maaf paman, apakah ada kedai di sekitar sini?"
"Kedai? Itu ada di sana" ucap pria paruh baya itu dengan menunjuk ke arah kedai menggunakan jari jempolnya.
"Ah iya, terimakasih paman atas pemberitahuannya. Mari saya traktir untuk membalas kebaikan paman"
"Eh terimakasih dik, tapi tidak usah, saya sebenarnya juga tadi ingin pergi ke suatu tempat"
"Benarkah paman? Kalau begitu saya minta maaf karena sudah mengganggu paman"
"Tidak masalah dik, kalau begitu sampai jumpa" ucap Pria paruh baya itu yang kemudian pergi meninggalkan Bag di sana.
Bag berniat untuk bertanya lebih jauh lagi sambil memberi isi perutnya yang kelaparan.
Namun siapa sangka kalau pria di depannya itu menolak ajakan dari Bag karena urusannya tersendiri.
Mau tidak mau Bag pun hanya bisa mendapatkan informasi soal lokasi rumah dari Bopo dari orang tadi.