Gadis bermata ungu, berambut lurus panjang berwarna hitam.
Mengenakan pakaian berwarna ungu gelap, terlihat di tangan kirinya ia mengenakan sebuah gelang berwarna ungu.
Perawakan gadis itu seperti layaknya seorang gadis yang berumur 19 tahun, dengan tubuh yang tidak tinggi ataupun pendek.
Tubuhnya ramping dan tidak terlalu menonjol di bagian tertentu.
Terlihat gadis itu tengah bercanda ria bersama dengan gadis kecil di depan sebuah rumah yang cukup sederhana.
Keduanya terlihat sangat akrab dan bahagia.
Namanya adalah Lura Ortada, biasa di panggil Lura.
Kesehariannya adalah membantu keluarganya, ibu dan adiknya adalah orang biasa dan bukan seorang ahli budidaya.
Tidak semua orang ingin menjadi ahli budidaya.
Ada orang yang hanya ingin menjalani hidup damai sebagai orang normal biasa.
Mereka tidak perlu kekuatan, ketenaran, pamor atau kekuasaan.
Mereka sudah puas dan bisa mendapatkan kebahagiaannya tanpa perlu mencari kekuatan dan kekuasaan.
"Kakak, apa kakak akan bekerja lagi? Aku ingin menjadi seperti kakak" ucap gadis muda itu kepada Lura.
Gadis muda itu adalah adiknya, adiknya yang melihat Lura sebagai kakaknya sangatlah mengaguminya.
Sosok cantik dan tangguh, seorang pembudidaya beladiri yang ulung, dan selalu bersedia untuk melindungi dirinya dan ibunya kapanpun.
Mendengar perkataan dari adiknya itu, Lura hanya tersenyum tipis dan kemudian mencubit pipi adiknya tersebut lalu mengatakan;
"Kalau bisa, jangan kamu menjadi pembudidaya"
Mendengar jawaban itu adiknya pun cemberut dan kemudian berkata dengan sedikit raut kesal di wajahnya;
"Hmph, padahal kakak sendiri adalah pembudidaya, aku juga mau tumbuh menjadi gadis yang kuat seperti kakak"
Lura hanya terdiam dan melihat kearah adiknya itu, sekilas nampak seperti teringat ingatan kejadian di masa lalu yang sudah ia lupakan selama bertahun tahun.
Alasan Lura berkata seperti itu kepada adiknya adalah karena menjadi pembudidaya bukanlah hal yang mudah.
Di dalam dunia Budidaya, baik itu beladiri, alkemis, siasat, atau apapun. Pembudidaya akan selalu bergantung pada ketrampilan masing masing.
Dan jika ketrampilan yang di miliki tidaklah mumpuni, maka bisa di pastikan pembudidaya itu hanya akan menjadi babu.
Bahkan ada pembudidaya yang membunuh orang orang dengan sesuka hati karena ingin memperkuat dirinya sendiri.
Dirinya hanya khawatir kepada keadaan adiknya jika harus menerjunkan diri kedalam keadaan yang penuh dengan kekejaman seperti itu.
Namun tidak sepenuhnya kalau dunia budidaya itu buruk, jika adiknya bisa mempraktekkan ilmu beladiri maka itu berarti adiknya akan mampu untuk menjaga dirinya sendiri dari sesuatu yang berbahaya di kemudian hari nanti.
"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan Ruru, kakak akan selalu menyayangimu" ucap Lura dengan senyum manisnya.
"Kakak?"
Ruru menjawabnya dengan bingung
ya dan nama gadis kecil itu adalah Ruru, perawakannya nampak seperti bocah 10 tahun.
"Ah tapi ingat, jika kau mempunyai kekuatan dan ketrampilan khusus, jangan pernah menindas yang lemah tanpa alasan"
"Eeh.. berarti aku boleh berlatih budidaya?"
Lura tidak menjawabnya, dirinya masih tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya kepada adiknya itu.
Seketika adiknya pun sangat gembira dirinya bisa melompat kegirangan karena rasa senangnya itu.
Akhirnya dia akan bisa mengikuti langkah kakak yang selama ini di kaguminya.
Di belakang mereka berdua berdiri sosok perempuan dewasa yang melihat san mengawasi mereka berdua dari samping pintu.
Perempuan itu tersenyum melihat ekspresi yang di lakukan oleh Ruru, sadar akan keberadaan perempuan di belakangnya, Lura pun menoleh dan tersenyum ke arah perempuan yang sedang menatap mereka sekarang.
Di saat mereka tengah tersenyum merasakan dari kebahagiaan, dari kejauhan terlihat kerlip sesuatu mendekat ke arah mereka dengan cepat.
Lura yang menyadari itu segera melambaikan tangannya dan sesuatu tersebut mendarat tepat di dalam telapak tangannya.
"Apa itu kak? surat kaca?"
Tanya Ruru dengan raut wajah yang penasaran, dia benar benar terlihat sangat bersemangat.
"Iya" jawab Lura dengan senyumannya, ia kemudian mengelus rambut Ruru dengan tangannya.
Ia lalu membaca informasi apa yang tertulis di surat kaca tersebut, raut wajahnya pun sedikit berubah setelah membaca tulisan yang ada di surat kaca itu.
"Apa kakak akan pergi lagi?"
"Sayangnya iya Ruru, maaf ya kakak tidak bisa lama bermain denganmu"
"Kalau begitu hati hati kak, padahal aku masih ingin bermain dengan kakak" ucap Ruru dengan wajah yang terlihat muram.
"Maafkan kakak Ruru, sebagai gantinya nanti saat kakak kembali, kakak akan mengajarimu ilmu Budidaya"
Mendengar jawaban dari kakaknya itu, raut wajah Ruru langsung berubah yang tadinya nampak muram sekarang menjadi semangat lagi.
"Benarkah?" Tanya Ruru dengan wajah yang berseri.
"Tentu" jawab Lura dengan senyumannya.
Dia lalu melihat ke arah perempuan yang ada di belakangnya.
Perempuan itu masih tetap tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya, Lura pun membalas senyumannya dan kemudian melesat pergi menjauh.
...
....
Di sebuah ruangan di dalam area milik paguyuban Adiganh.
Terlihat 3 orang pria sedang membicarakan sesuatu kepada seorang anak muda yang ada di tengah tengah mereka.
1 pria dewasa ada di depannya, 1 berada di belakang dalam posisi tidur, dan 1 pria lainnya berdiri di belakang daun pintu.
Anak muda itu duduk di tengah tengah mereka semua
Pria yang ada di depannya berkata;
"Apa kau yakin Ele, bahwa bocah itu masih hidup? Ketua Lura membiarkannya begitu saja?"
"Iya senior kara, Kak Lura hanya mengambil beberapa gentong Intisari madu dan kemudian meninggalkan anak itu" jawab anak muda itu dengan wajah yang sedikit tertekan.
Bagaimanapun dirinya sekarang sedang di interogasi oleh 3 seniornya yang ia takuti.
"Jika memang itu senior Lura, pasti yang di katakan Ele benar, orang itu lebih mementingkan misinya di banding rekan sendiri"
Ucap pria yang berdiri di balik daun pintu
"AH!!, kurang ajar!! Akan aku bunuh bocah itu saat bertemu lagi dengannya!!!"
Seru pria yang sedang terbaring lemas, dia adalah Lakan.
Walaupun dirinya telah mendapatkan perawatan bahkan juga di olesi dengan intisari madu, ternyata masih perlu beberapa minggu untuknya agar bisa pulih sepenuhnya.
Dialah yang paling parah lukanya saat bertarung dengan Yaq, sejak awal dirinya memang sudah menerima luka dari Yaq di pertemuan pertamanya, dan di tambah saat dirinya ikut bergabung kembali dengan rekannya untuk mengeroyok Yaq, itu malah membuatnya mengalami cidera yang lebih parah dari sebelumnya.
Beruntung dirinya masih bisa di selamatkan.
Karena itulah dirinya memiliki rasa dendam dan benci yang sangat dalam terhadap Yaq.
"Siapa sebenarnya anak itu? Apa dia makhluk penjaga dari pohon Randusari?" ucap Pria yang bersandar di balik pintu.
"Itu tidak mungkin Gaher, kau melihat dengan mata kepalamu sendiri kalo anak itu adalah manusia" sahut Pria yang ada duduk di hadapan Ele.
"Tapi Kara lihatlah! kita semua di buat sekarat oleh anak itu. Bocah macam apa yang sanggup menghadapi 3 ahli ranah pendekar sendirian!!?"
Ele yang mendengarkan perkataan Gaher pun segera menyahut.
"5"
"Ha?" seru Gaher yang mendengar ucapan Lirih Ele.
"Eee.. sebenarnya, setelah para senior tumbang Rou dan Nalo kembali menyerang anak itu dengan membabi buta, tapi mereka juga di kalahkan dengan mudah"
"Kau dengar itu Kara? Bahkan dengan 5 orang pun masih tidak bisa mengatasinya sudah pasti anak itu bukanlah manusia" sambung Gaher.
"Bodoh! Lalu menurutmu kenapa ketua Lura bisa mengambil intisari madu itu darinya!!?" bentak Kara atas ucapan yang di lontarkan oleh Gaher.
"Eh. itu.."
Gaher pun hanya bisa terdiam kikuk dan tidak mampu membantahnya, ia lupa bahwa alasan dirinya sekarang bisa berdiri di paguyuban adalah karena seniornya Lura sudah menyelesaikan misinya.
"Sudah sangat jelas bahwa Senior Lura, sudah menekan anak itu hingga anak itu tidak punya pilihan lain selain membiarkan senior Lura mengambil sebagian dari intisari madu tersebut"
Semuanya yang ada di ruangan itu pun terdiam dengan perkataan dari Kara.
Dari informasi yang di berikan oleh Ele seniornya Lura sudah berhasil mengambil intisari madu dari anak itu.
Dan alasan yang paling masuk akal adalah karena anak itu tidak ingin bertarung dengan Lura.
Kara pun menghela nafas dan kemudian berkata;
"Sayang sekali padahal aku sangat ingin membalas apa yang sudah dia lakukan kepadaku. Sepertinya kesempatan itu tidak akan datang sekarang"
Ucap Kara yang bangkit dari posisi duduknya dan segera menuju pintu untuk keluar ruangan, Gaher pun membukakan pintunya dan kemudian mengikuti Kara dari belakang.
..
....
Di depan sebuah bangunan aula, nampak seorang gadis berdiri dan berjalan masuk ke arah pintu bangunan tersebut.
Di depan pintu bangunan itu terdapat 2 orang penjaga yang di letakkan di masing masing sisi pintu.
Setelah memastikan bahwa dirinya mendapatkan ijin untuk masuk kedalam aula, gadis itu segera melangkah melewati para penjaga dan masuk kedalam bangunan tersebut.
Di dalam bangunan itu terdapat banyak orang yang sudah duduk di masing masing kursi yang di sediakan.
Bermacam macam pandangan tefokus pada kedatangan dari Lura.
2 baris Meja panjang yang di letakkan di masing masing sisi kanan dan kiri aula.
Lalu 1 baris meja yang berada di ujung sisi aula, itu adalah meja khusus untuk para petinggi paguyuban, termasuk pemimpin Paguyuban sendiri.
Lura pun berjalan kearah tempat duduk yang sudah di sediakan untuknya, ia kemudian duduk di antara barisan meja yang ada yang ada di sisi kanan aula.
Tak berselang lama datanglah 2 sosok kedalam ruangan tersebut yang di ikuti 20 orang lainnya di belakangnya.
Orang orang itu terlihat nampak kuat dan berwibawa.
1 di antara mereka yang paling mencolok adalah yang berada di depan.
Dengan pakaian mewah serta rasa bangga yang dia tunjukkan secara terang terangan kepada semua orang, hanya dengan sekali pandangan saja orang orang yang ada di dalam ruangan itu sudah langsung bisa mengetahui bahwa dia adalah pemimpin Paguyuban Adiganh.
Mereka semua terus berjalan hingga ke sisi ujung dimana meja khusus di siapkan untuk mereka semua.
Sangat jarang rapat seperti ini di adakan di dalam Paguyuban ini.
Semua ketua yang ada di masing masing cabang di panggil untuk datang menghadiri rapat besar Adiganh.
Dan jika hal ini terjadi maka tidak di ragukan lagi pasti ada hal yang sangat penting yang akan di sampaikan oleh pemimpin Paguyuban.
...
Di saat semua tempat sudah terisi, dan semuanya di rasa sudah lengkap.
Salah satu dari 20 petinggi kemudian berdiri dan berkata;
"Apa kalian tau alasan kenapa kalian di kumpulkan saat ini?"
Seru salah seorang petinggi itu yang berdiri di sisi meja khusus.
Semuanya hanya terdiam, tentu saja mereka belum tahu perihal apa alasan mereka semua sampai di kumpulkan bersamaan.
Di saat petinggi itu akan mengatakan sesuatu, sosok pemimpin paguyuban langsung berdiri dari tempatnya duduk.
Itu seketika menghentikan apa yang mau di katakan oleh petinggi tersebut.
Dan dengan pandangan yang serius melihat ke arah semua anggotanya, pemimpin Paguyuban lalu berkata;
"Kalian aku perintahkan untuk mencari keberadan dan mendapatkan artefak pusaka *mahkota bistu*. Pusaka itu ada di gunung utara. Tepatnya di gunung buas gunung angin"
"Mahkota bistu?"
"Gunung Utara gunung angin?"
Semua anggota yang ada di dalam ruangan itu terdiam dan tidak mengatakan apapun.
Mereka hanya meneriakkan apa yang sudah di katakan pemimpin mereka di pikirannya sendiri sendiri.
Ada sebagian yang tidak terlalu menanggapi dengan serius.
Ada juga yang menjadi ngeri karena hal yang di ucapkan oleh pemimpin paguyuban.
Bahkan ada yang merasa penasaran dan semangat.
Mereka yang ngeri adalah yang tahu info soal tempat bernama *gunung angin.
Gunung yang sangat luas dan di huni banyak hewan magis bahkan di katakan ada juga siluman yang bersemayam disana.
Di tambah lagi dengan cuaca yang selalu di sertai badai angin itu hanya akan mempersulit diri sendiri dalam mencari artefak pusaka yang di maksud.
Mereka yang tidak menanggapinya serius adalah yang menyepelekan kedua hal tadi. Baik itu artefak atau gunung angin.
Walaupun mereka mungkin pernah mendengarkan tentang desas desus soal lokasinya.
Namun mereka ini sangat percaya diri dengan kemampuannya dan menganggap kalau tempat itu adalah tempat biasa seperti yang lainnya.
Dan yang merasa penasaran atau semangat, mereka inilah yang sangat antusias terhadap tantangan.
Mereka bisa saja sudah tahu atau mungkin belum mengetahui informasi soal gunung angin.
Hal pasti dari mereka adalah mereka menyenangi sesuatu yang baru.
"Tentu saja siapapun yang bisa mendapatkan pusaka itu kepadaku, maka pasti aku beri imbalan sebagai balasannya"
Seru pemimpin paguyuban.
Meskipun terdengar layaknya pesuruh, tapi itu bukanlah sesuatu yang hina.
Pada dasarnya para anggota paguyuban yang ingin atau ikut tergabung adalah mereka yang memang mau setia terhadap organisasinya.
Itu sebabnya ada syarat khusus jika ingin tergabung dalam organisasi paguyuban.
Biasanya lain paguyuban lain juga persyaratannya.
Kecuali jika di rekrut secara khusus, tentu kasus mereka ini juga berbeda dengan para anggota yang memang mengajukan diri untuk ikut kedalam paguyuban.
Memang tidak bisa di pungkiri kalau tetap akan ada sebagian orang yang mengajukan diri untuk ikut tergabung dalam paguyuban agar ingin mendapat keuntungan pribadi.
Sebagai contoh jika ahli biasa yang tidak ingin bermusuhan dengan pihak lain maka cukup masuk ke dalam organisasi yang besar dan kuat.
Dengan demikian sudah cukup untuk menggertak pihak lain hanya dengan menggunakan nama dari organisasi yang dia ikuti.
*Walaupun sebagai gantinya dia akan terikat sistem yang ada di paguyuban tersebut.
"Di antara imbalan yang aku janjikan adalah akan aku angkat menjadi petinggi paguyuban dan dalam bimbinganku langsung"
Mendengar perkataan dari pemimpin paguyuban, mereka semua mulai tertarik.
Siapa yang tidak ingin naik kedudukan jabatan yang lebih tinggi di dalam organisasi?.
Selain fasilitas serta kewenangan yang akan di berikan, imbalan ini di tambah dengan bimbingan pribadi dari pemimpin paguyuban sendiri.
Ketua Paguyuban Adiganh Gowang zeh, adalah ahli budidaya beladiri penguatan tubuh.
Dia adalah ahli terkuat di paguyuban Adiganh.
Dia meningkatkan kualitas fisiknya hingga ke titik yang sangat tinggi.
Ada desas desus yang tersebar tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam hal pertarungan fisik
Dia adalah ahli yang sudah mencapai puncak ranah Madya.
Di bimbing oleh sosok yang kuat adalah merupakan berkah tersendiri bagi ahli pembudidaya beladiri.
Hal itu adalah lebih di utamakan oleh para pembudidaya daripada hanya sekedar mendapatkan artefak pusaka saja.
Maka karena hal itu, dengan imbalan yang di ucapkan oleh sang pemimpin paguyuban, mereka semua jauh lebih tertarik dengan imbalan tersebut daripada dengan artefak pusaka itu sendiri.
...