Merasa di hiraukan, kemarahan mulai menguasai Lakan saat ini.
"Bocah! Jangan membuat kesabaranku habis! siapa kau ini!?" Seru Lakan kepada pemuda yang ada di hadapannya.
Walaupun di tekan dengan aura yang mendominasi, anak muda itu sama sekali tidak merasa takut dengan tekanan yang berikan.
Sebaliknya, anak muda di depannya itu masih tetap diam dan terlihat sangat tenang, ia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh Lakan.
Sementara itu, melihat seniornya melancarkan tekanan aura yang mengerikan kepada si anak muda, Ele merasa dirinya terlindungi, dia kembali mendapatkan keberaniannya dan kemudian tertawa mengejek.
Dirinya berpikiran, kalau anak muda yang sekarang ada di depan seniornya itu tidak mampu menjawab karena sedang merasakan ketakutan akan aura yang mendominasi.
Ia lalu menatapnya dengan hinaan dan kemudian berseru;
"Sekarang apa kau ketakutan!? Aku tidak tahu darimana angin tadi berasal, namun jika itu darimu harusnya kau mengarahkannya dengan benar ke sasaranmu. Aku yakin itu adalah serangan terhebatmu dan sekarang kau sudah tidak punya apa apa lagi" Cibir Ele kepada sang pemuda itu.
Memang, tekanan dari gelombang angin tadi benar benar sungguh mengerikan.
Bahkan kekuatannya sanggup untuk merobek tanah dan merobohkan pepohonan sepanjang mata memandang.
Dirinya benar benar berpikir kalau serangan tadi adalah jurus terhebat dari anak muda tersebut.
Karena saking besarnya kekuatan angin tadi, itu membuat sang anak muda tidak bisa mengarahkan serangannya tepat ke arah target. Pikir Ele.
"JAWABLAH BOCAH!! AKU BICARA PADAMU!". Bentak Lakan kepada pemuda yang saat ini berdiri tepat di hadapannya.
Pemuda itu hanya melihat dengan tatapan yang dingin, dirinya tidak bergeming sedikitpun.
Amarahnya memuncak, Lakan sama sekali tidak berniat untuk menahan diri, karena semakin lama waktu yang di habiskan dengan anak muda di depannya ini, maka akan semakin kecil kesempatannya untuk mendapatkan intisari madu untuk dirinya sendiri.
sebentar lagi Rekannya bisa tiba kapan saja ke tempat itu, apalagi jika sampai (orang itu) yang datang, maka semuanya akan menjadi semakin sulit.
Maka dari itu, ia mulai berpikir untuk segera menyingkirkan halangan yang ada, anak muda di depannya ini adalah halangan bagi dirinya.
Itu sebabnya dia harus segera menyingkirkan anak muda ini dari hadapannya.
Tanpa basa basi lagi, dengan ayunan tangannya, ia mencoba untuk melancarkan serangan kepada sang anak muda tersebut.
Namun, sebelum tangannya bisa menyentuh tubuh dari anak muda itu..
"BOOOM!!"
"BRAAK!!!"
"SRAAAK!!!"
Lakan terlempar dari hadapan sang anak muda berkilo kilo meter jauhnya.
"SYUUUSSSSSS"
Suara desing angin terdengar mengitari sekitar anak muda tersebut, suara itu memudar lalu kemudian menghilang.
Ele yang menyaksikan seniornya terlempar ratusan meter, kembali dirinya merasakan ketakutan yang mendalam di dalam hatinya.
Rasa bangga dan arogan yang sebelumnya ada di dirinya kini sudah hilang digantikan dengan keterkejutan dan rasa takut.
Ia sulit mempercayai dengan apa yang dia lihat di depannya sekarang.
Dirinya tahu betul kekuatan dari seniornya itu, seniornya adalah ahli beladiri ranah Pendekar tingkat 8, sedangkan dirinya adalah ahli beladiri ranah Pendekar tingkat 2.
Bahkan jika itu dirinya sendiri, untuk menjatuhkan 1 pukulan kepada seniornya adalah merupakan hal yang mustahil.
Perbedaan kekuatannya terlalu tinggi, baik itu kekuatan fisik atau kekuatan tenaga dalam.
Bahkan dengan semua kekuatan yang ia punya, tetap tidak akan bisa membuat seniornya terlempar seperti itu.
Semakin memikirkan hal itu, malah membuatnya menjadi semakin takut.
Seberapa kuat anak muda di depannya ini?
Merasa bergidik, dirinya sadar bahwa anak muda yang melemparkan seniornya sedang memperhatikan dirinya.
Keringat dingin muncul di dahinya, dia benar benar tidak mampu bergerak karena rasa takutnya
"Siapa anak ini??"
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Pikirnya.
Kebingungan, takut, cemas Ele benar benar tidak tahu harus melakukan apa di situasi sekarang.
Dia mulai berpikir kalau dirinya telah memprovokasi penjaga dari tumpukan harta bumi di tempat itu, yaitu si anak muda.
Sementara itu, anak muda tadi tahu dan ketidakberdayaan dari Ele, dirinya menyeringai dan lalu berkata;
"Kau pikir tadi adalah serangan terhebatku?" Ucapnya dengan suara yang lirih, bahkan saking lirihnya Ele tidak bisa sampai untuk mendengarnya.
Setelah mengatakan itu anak muda tadi langsung tertawa, tertawanya cukup keras bahkan itu sampai membuat Ele menjadi merasa merinding.
"HAHA"
Anak muda tersebut benar benar menganggap hal yang di katakan Ele adalah lawakan yang sangat lucu.
"SWOOOSH..."
"BRAK!!!"
Suara kayu terlempar ke udara dan mendarat di tanah, lalu di barengi dengan gelombang aura yang kuat.
"SIALAN!! AKAN AKU BUNUH BOCAH ITU!!"
Umpat pria paruh baya yang bangkit dari tanah lalu mengusap darah dari sudut bibirnya.
Itu tidak lain adalah Lakan.
Ia kembali berdiri dan mengeluarkan aura yang mengintimidasi, ia kemudian melapisi tangannya dengan tenaga dalam miliknya.
Dengan kecepatan yang tinggi, ia melesat ke arah anak muda tadi dan langsung melancarkan pukulan kepadanya.
Namun, anak muda itu menyadari akan kecepatan dari Lakan, sehingga dia pun melesat maju dan melancarkan pukulannya tepat kearah tinju Lakan.
Dan sesuatu yang tak terkirakan kembali terjadi.
Anak muda itu sama sekali tidak menggunakan kekuatan tenaga dalam miliknya, dia benar benar hanya mengandalkan kekuatan fisiknya saja. Namun meskipun begitu dia tidak terlihat kerepotan dalam menahan pukulan dari Lakan itu.
Sedangkan disisi lain, Lakan, ia dengan sekuat tenaganya benar benar mencoba untuk menahan pukulan dari sang anak muda tersebut, ia bahkan mengeluarkan aura tenaga yang jauh lebih besar dari sebelumnya.
Namun itu sama sekali tidak membuat perubahan, dirinya terkena dampak karena tidak kuat menahan pukulan dari anak muda itu, dan darah mulai keluar dari sudut bibirnya.
Rasa tidak percaya memenuhi pikiran Lakan, ia sama sekali tidak mengira serangannya akan di tangkis dengan begitu mudah, bahkan sekarang dirinyalah yang terkena dampak dari serangan sang anak muda ini.
Dan dengan sedikit dorongan, anak muda itu menekan tinju dari Lakan dan langsung membuatnya terhempas kembali ke sisi hutan di belakangnya.
Akibatnya, gelombang besar terjadi menerpa segala sesuatu yang ada di depan anak muda tersebut.
Kali ini, Lakan terlempar lebih jauh dari sebelumnya, ia terlempar ribuan kilometer dari titik tersebut.
Setelah 1 pukulan itu, anak muda tersebut turun dan berjalan perlahan kearah Ele, Ele merasakan kakinya bergetar hebat, dirinya bahkan tidak mampu bergerak 1 inchi pun dari tempatnya.
Kejadian tadi benar benar membuatnya menjadi putus asa.
Dihadapan anak muda ini, ia sama sekali tidak bisa berbuat apapun, jangankan dia, seniornya saja di lempar begitu mudahnya layaknya bola pingpong.
"Kekuatan macam apa yang di miliki anak muda ini?"
Rasa takut menjalari seluruh tubuhnya, keringat dingin yang memenuhi dahi dan punggungnya.
Apa yang ada di pikirannya saat ini adalah
"monster"
Anak muda ini pastilah monster, seharusnya dirinya tidak mencari gara gara dengan monster ini.
Ia berpikir alangkah baiknya jika dirinya tidak bertemu monster ini.
Di dalam ketakutannya itu dirinya ingin memohon ampun atas hidupnya, namun ia terlalu takut, sampai sampai itu membuatnya tidak mampu untuk berbicara, ia juga tidak berani untuk melihat kearah anak muda itu sekarang, dalam posisi seperti itu ia hanya bisa menundukkan kepalanya dan menunggu nasibnya.
Sementara itu, sang anak muda kini sudah berada dekat dengannya.
Melihat posisi menyedihkan dari Ele, anak muda itu kemudian berkata;
"Jelaskan padaku, siapa kalian ini?".
Ucap anak muda itu kepada Ele, walaupun sudah mendengar pertanyaan dari sang anak muda, Ele masih belum berani untuk melihat kearahnya.
Namun meskipun begitu, ia juga tidak berani untuk mengabaikan pertanyaan dari anak muda yang ada di hadapannya sekarang.
"K- kami.. kami dari.. Adiganh" ucap Ele dengan terbata bata, ia masih menundukkan kepalanya dengan dahi yang dipenuhi keringat dingin.
"Tujuan kalian adalah Randusa?" Tanya anak muda itu kepada Ele.
Ele hanya mengangguk mendengar pertanyaan itu, dia masih menundukkan kepalanya dan tidak berani untuk melihat.
Setelah bertanya, anak muda itu kemudian pergi ke sisi lain dan menghilang.
Setelah beberapa saat, Ele menyadari anak muda itu telah pergi, namun kali ini dia mulai merasakan hal lain lagi, dirinya mengira bahwa anak muda itu mungkin pergi karena mendengar nama dari (Adiganh).
Adigang adalah nama dari organisasi yang dia ikuti, dirinya adalah salah 1 anggota dari organisasi Adigang, saat ini dia adalah bawahan dari Ketua Lakan.
"Apakah dia pergi karena aku menyebutnya nama Adigang?" Gumamnya dengan, wajah yang masih khawatir.
Ia lalu mengamati sekitarnya untuk memastikan apakah anak muda itu sudah benar benar pergi dari sana.
Tak berselang lama, datanglah beberapa sosok di tempat itu.
"Sepertinya ini tempatnya, ledakan gelombang tadi juga berasal dari sini" ucap salah satu sosok berambut kuning.
Sosok yang lainnya pun mengangguk dan kemudian melihat sekitarnya, alangkah terkejutnya ia saat melihat kumpulan dari pohon Randusa yang berada dalam 1 area.
Dirinyapun melihat ada sosok yang tidak asing baginya di dekat pepohonan itu.
"Ele?"
Mendengar suara yang akrab memanggil dirinya, Ele segera berbalik dan melihat sumber dari suara tersebut.
"Senior Gahr? Anda sudah sampai?" Ucapnya sambil bergegas kearah sosok tadi yang di panggil Gahr.
"Jelaskan padaku apa yang terjadi di sini?" Tanya Gahr kepada Ele, ia penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Merasa tenang, rekan seniornya datang, Ele pun menceritakan semua kejadian yang terjadi.
Meskipun dia cukup tenang karena rekan dari seniornya itu datang, namun itu membuatnya kehilangan kesempatan untuk mengambil bagian intisari madu untuknya pribadi.
Dirinya tidak merasa senang karena hal itu, dan bahkan mulai mengutuk anak muda yang menghalanginya tadi.
Rasa tidak senengnya karena kehilangan kesempatan untuk mendapatkan harta bumi, membuat dirinya lupa akan semua ketakutan yang dia rasakan sebelumnya.
Setelah mendengarkan semua cerita dari Ele, pria paruh baya berkumis tipis itu, berkata dengan wajah yang menghina;
"Ada bocah yang menghajar Lakan dengan mudah? Apa orang tua itu sudah menjadi semakin lambat karena umurnya? Sampai sampai bisa di kalahkan oleh bocah"
Ele hanya mengangguk menanggapi perkataan dari Gahr, walaupun sebenarnya dirinya tidak merasa senang sedikitpun dengan pernyataan yang di ucapkan oleh rekan seniornya itu.
Bagaimanapun senior Lakan adalah orang yang membimbingnya dalam melatih ilmu beladiri nya. Dengan kata lain Lakan adalah sosok yang di pandang tinggi dan di hormati oleh Ele.
Mendengar senior yang ia hormati di hina, itu membuatnya merasa kesal. Dan yang lebih membuatnya menjadi lebih kesal, dirinya tidak mampu berbuat apa apa saat seniornya di hina di depannya langsung.
Setelah itu, datanglah lagi 2 sosok ke tempat tersebut.
1 pria paruh baya dan 1 lagi adalah anak muda. Sama seperti Ele, mereka semua adalah anggota dari Paguyuban Adigang.
Pria paruh baya yang baru datang itu berkata;
"Kalian menemukan banyak harta disini, lalu dimana si orang tua Lakan itu?" ucapnya dengan wajah yang dingin
Mendengar perkataan dari rekannya, Gahr langsung terkekeh dan kemudian berkata dengan wajah menghina;
"Tanyakan saja pada murid didiknya ini"
Setelah mendengar masukan dari Gahr, Pria paruh baya itu kemudian melihat kearah Ele.
"Dimana Lakan?!" ucapnya dengan nada yang dingin.
Ele yang mendengar itu pun menjadi gugup karenanya, tapi dia tidak ingin nampak bodoh di depan rekan rekan seniornya sekarang.
Maka dengan sedikit rasa gugup dia kemudian menjawab;
"Itu, senior Lakan, dia.."
"Dia apa!!? Katakan yang jelas! Atau jangan jangan dia pergi membawa sebagian dari intisari madu ini?!" bentak pria paruh baya itu sembari menatap Ele dengan tatapan yang tajam.
"Tidak senior Kara.. sebenarnya.." ucap Ele dengan nada yang pelan.
Dirinya pun mulai menceritakan semua kejadian yang berlangsung di tempat itu.
..
..
"Apa!!? Seorang bocah menghajar Lakan hanya dengan 1 pukulan? Apa kau mencoba membodohi ku? Bahkan jika itu Rou, dia tidak akan mampu untuk menjatuhkan Lakan hanya dengan 1 pukulan" ucap Pria paruh baya itu yang nampak terkejut.
Dia adalah senior Kara, rekan seangkatan dari senior Lakan.
Ele kemudian menatap ke arah pria muda yang ada di samping senior Kara.
Ya, anak muda yang ada di samping Kara adalah anak didiknya, dia biasa di panggil Rou, statusnya sama seperti Ele, anggota muda dari Adigang yang di rekrut oleh senior dari Organisasi Adigang.
Memang dalam hal kekuatan Ele mengakui kalau Rou lebih unggul darinya.
Ele pernah melakukan latih tanding dengan Rou tapi dia tidak mampu bertahan lebih dari 10 gerakan, dan itu benar benar membuatnya merasa kesal akan perbedaan kekuatan antara dirinya dan Rou.
Seorang anak muda pun melihat kearah bekas pertarungan dari Lakan, dan alangkah terkejutnya dia melihat pohon pohon dan segala sesuatu yang berada ribuan kilometer jauhnya terkoyak menjadi sebuah lorong jalan di tengah hutan.
Seolah olah hutan tersebut di belah menjadi dua oleh celah ledakan bekas pertarungan tersebut.
"Kekuatan macam apa ini?? Apa senior Lakan mengeluarkan semua kekuatannya di sini?" Pikir anak muda tersebut.
Dirinya benar benar tidak habis pikir, sedahsyat apa serangan yang di lancarkan anak muda yang di ceritakan Ele barusan.
"Senior Gahr.. ini.." ucap anak muda itu setelah melihat bekas pertarungan dari Lakan.
"Apa apa Calo? Apa kau menemukan Lakan?" ucap senior Gahr sambil berjalan kearah anak muda yang di panggilnya Calo itu, dia adalah anak muda yang datang bersama dengan Gahr, dengan kata lain Calo adalah anak didik Gahr yang di rekrut secara pribadi olehnya.
Namun, sebelum Senior Gahr itu sampai di tempat Calo berdiri untuk melihat apa yang di temukannya, tiba tiba terdengar sebuah suara;
"Kalian semuanya adalah dari Adiganh?"
Mendengar pertanyaan tersebut, semua yang ada di tempat itu langsung menoleh ke titik sumber suara, dan di sana mereka mendapati seorang anak muda yang berdiri santai di pinggir pohon randusa.
Sontak, semuanya pun terkejut akan kehadiran yang tiba tiba dari anak muda itu.
Bahkan Gahr pun heran, sejak kapan anak itu ada di situ
"Anak ini.. aku tidak merasakan sedikitpun hawa kehadiran darinya" pikirnya
"Itu Dia!! Dialah yang mencari keributan dengan Senior Lakan tadi" teriak Ele dari kejauhan.
Ini adalah kesempatan untuk membalas apa yang sudah di lakukan anak itu sebelumnya.
Dirinya pun berkata lagi;
"Senior! Anak inilah yang menghalangi kami untuk mencari Intisari madu, dia bahkan mencari gara gara dengan senior Lakan" ucapnya dengan nada yang tinggi, ia mencoba untuk memancing emosi dari para seniornya
Alhasil, semua rekannya menatap dingin ke arah si anak muda.
Sementara itu, anak muda tersebut melirik ke arah Ele dengan tatapan yang dingin. Dan itu membuatnya merasakan takut di sekujur tubuhnya
Senior Kara kemudian bertanya;
"Siapa kau ini?, Kenapa kau mencari masalah dengan kami? Apa kau tidak tahu (sehebat apa organisasi) kami ini?"
Menanggapi pertanyaan itu, anak muda tersebut hanya diam dan tidak mengatakan apapun.
Merasa diabaikan, senior Kara menjadi kesal, ini adalah kali pertama ada bocah yang begitu arogannya tidak menjawab pertanyaan darinya.
"Anak ini aneh, aku bahkan tidak tahu ada di ranah apa ilmu beladirinya" ucap Rou dengan wajah datarnya, dia sedari tadi mengamati dan mencoba untuk mengetahui di ranah apa anak muda itu.
"Kau benar Rou, bahkan aku juga tidak merasakan energi apapun darinya" ucap Calo yang maju kedepan kearah Rou.
"Mungkin dia bukanlah ahli ilmu beladiri spiritual, apa benar bahwa anak itu yang bertarung dengan senior Lakan?" ucap Calo dengan wajah yang dingin kepada Ele, ia mulai meragukan akan hal yang di ceritakannya tadi.
Menanggapi yang di katakan oleh rekannya itu, Ele lalu mengerang dan kemudian berkata;
"Memang dia yang sebelumnya bertarung dengan senior Lakan, dia pasti menyembunyikan ilmu beladirinya dengan sesuatu!"