Chereads / Pondasi Huruhara / Chapter 25 - Intisari Madu

Chapter 25 - Intisari Madu

2 orang pemuda sedang berjalan melewati sebuah tembok gapura, lalu menuju lurus ke bangunan rumah yang ada di dalam area gapura itu.

Keduanya kini berhenti di papan "misi" yang ada di dalam bangunan tersebut.

"Hem... Bagaimana dengan ini?" Ucap salah satu pemuda itu yang mengarahkan jarinya ke sebuah kertas yang tertempel di papan misi tersebut.

"Apa itu?" Tanya seorang pemuda yang lainnya, dia melirik ke arah tempat pemuda tadi menunjuk.

"Pencarian hewan magis tingkat 5.. macan putih?". Jawab sang pemuda.

"Imbalannya adalah.. 70 koin emas"

"Hoo... Imbalannya lumayan, namun sayang macan putih itu kurang dari cukup untuk mencoba kekuatan barumu" ucap pemuda yang bertanya tadi, yang tidak lain adalah Yaq.

Dirinya dan Bag sekarang telah sampai di dalam gedung Pondasi Huruhara dan tengah memilih sebuah misi yang tertempel di papan misi.

Setelah mengatakan itu Yaq kemudian menunjukkan sesuatu kepada Bag

"Bagaimana dengan ini, menemukan 'intisari madu' di pedalaman hutan loram, imbalannya juga lumayan 100 koin emas."

"Intisari madu? Apa itu? Madu?" Tanya Bag kepada Yaq, ini adalah kali pertamanya ia mendengar nama seperti itu.

"Intisari madu adalah getah dari tanaman obat yang sudah hidup selama puluhan atau bahkan ratusan tahun, semakin lama tanaman itu hidup maka semakin bagus kualitasnya"

"Lalu kenapa di namakan madu ? Apa nama tanamannya?"

"Di sebut sebagai intisari madu karena warna dan bentuknya hampir mirip seperti madu, sedangkan khasiatnya adalah bisa menyembuhkan luka fisik dengan cepat. Bahkan dikatakan selama tubuh yang terluka itu tidak putus atau busuk, maka masih bisa di sembuhkan dengan intisari madu ini"

"Nama dari tanaman itu adalah Randusa, tanaman itu adalah tanaman obat tingkat 7"

"Kalau begitu ayo kita cari ini saja Yaq, lumayan juga kalau kita bisa menyimpan beberapa untuk kita" ucap Bag yang tanpa pikir panjang mengambil selembar kertas yang tertempel di dinding itu lalu kemudian dia berjalan ke arah resepsionis.

Yaq yang melihat itu hanya memejamkan matanya dan tertawa kecil.

"SET"

Suara kertas di taruh di atas meja oleh Bag.

"Ini kak, saya ingin mengambil misi ini dengan teman saya di sana" ucap Bag, sambil menunjuk Yaq dengan jempolnya.

"Oh kak Bag nirwana, semangat sekali anda hari ini" jawab resepsionis itu sambil mengambil kertas tersebut dari atas mejanya.

"Baiklah, kak Bag dan Yaq, kalian akan menjalankan misi mencari Intisari Madu di hutam Loram. Sama seperti sebelumnya jika dalam waktu yang sudah di tentukan kalian tidak kembali, maka kami akan mengirim tim untuk mencari kalian nantinya"

"Iya, terimakasih" ucap Bag sambil tersenyum dengan polosnya.

"Batas waktu yang kami berikan adalah 2 bulan, harap anda mengingatnya"

"Ya, aku akan mengingatnya"

Setelah mengatakan itu Bag segera menuju kearah Yaq dan kemudian pergi dari Paguyuban itu untuk menuju ke Hutan Loram.

Perjalanan itu mampu di tempuh dengan waktu sekitar 5 hari.

...

....

5 hari berlalu kini keduanya sudah mencapai jembatan yang berada di pinggiran hutan Loram, dengan menggunakan jembatan tersebut maka mereka akan masuk ke kawasan Hutan Loram.

Jembatan itu berada di atas jurang yang curam, di bawahnya terdapat aliran sungai besar yang aliran sungainya sangat deras.

Namun karena curamnya jurang tersebut sungai itu nampak kecil jika di liat dari atas jembatan.

Di pinggir jembatan itu terdapat papan yang bertuliskan "Kawasan Loram".

Dua pemuda melangkah maju menyeberangi jurang dengan melewati jembatan tersebut.

Setelah menyeberang, keduanya kini menghilang di telan lebatnya hutan Loram.

Tak lama setelah itu, gerombolan orang muncul dari sisi lain jembatan.

Salah seorang di antara mereka yang memakai baju berwarna hitam dan memakai tudung berkata;

"Ini adalah tempatnya, selain hewan magis, di katakan di sini juga terdapat Intisari Madu, itu adalah tujuan kita kemari"

Setelah mengatakan itu, sosok tersebut berjalan lurus melewati jembatan, lalu di susul di belakangnya 6 orang yang mengikuti.

Pencarian berlanjut, Yaq dan Bag berpencar dan menyisir area demi area di hutan itu dengan teliti.

Sampai di suatu titik, Bag melihat kearah sebuah mulut gua.

Berukuran sekitar 2 meter, Bag merasakan sesuatu yang aneh dari dalam gua tersebut.

Tidak ingin memikirkannya, Bag kemudian melanjutkan kembali untuk mencari Intisari Madu.

5 hari berlalu, mereka sudah menyisir hampir seperempat dari Hutan Loram itu.

Namun meskipun begitu, mereka masih belum menemukan tanda tanda tanaman yang terdapat Intisari Madu.

Ya ciri ciri dari tanaman randusa itu adalah getah yang terlihat layaknya madu, tanaman itu tidak besar, diketahui di wilayah ini yang paling besar adalah 2 meter dan butuh ratusan tahun untuk tanaman randusa tumbuh 2 meter.

Hari ke 6 mereka masih belum menemukan tanaman tersebut, hari ke7 juga sama tidak ada hasil.

Hingga hari ke 9, Yaq mengetahui bahwa bukan hanya dirinya dan Bag yang ada didalam hutam itu.

Alasannya adalah Yaq menemukan bekas potongan ranting di banyak pohon di situ.

Mengetahui kalau bukan hanya dirinya dan Bag saja yang berada di hutan itu, ia kemudian memikirkan soal keadaan Bag.

Bagaimanapun area hutan Loram ini sangatlah luas, jika memang bukan hanya mereka yang ada di hutan itu, maka akan merepotkan jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Segera dirinya melompat keatas hingga melewati pepohonan.

Di sisi lain bagian utara hutan Loram, Bag masih mengitari area demi area untuk mencari tanaman Randusa, ia melihat 1 per 1 ke semua tanaman yang menurutnya tanaman obat dan memperhatikannya dengan serius.

Di saat ia terus menyisiri tempat itu, tidak sengaja dirinya menjumpai seekor hewan yang menurutnya cukup aneh.

Hewan itu berkaki empat dan mempunyai daun telinga layaknya kelinci, namun kepala hewan itu tidak seperti kepala kelinci, melainkan bulat seperti kepala hewan penyu.

Berkaki 4 dan memiliki cakar, hewan itu berwarna putih kuning.

Menyadari kalau Bag melihat kearahnya, hewan itu segera berlari menjauhi Bag.

Berkedip, baru kali ini Bag melihat hewan aneh seperti itu, tanpa pikir panjang Bag pun langsung mengejar hewan tadi.

Meskipun hewan itu tidak secepat Bag, namun karena ukurannya yang kecil dan medan hutan yang menguntungkan baginya, itu membuat Bag cukup kesulitan menangkap hewan tersebut.

Semakin lama Bag pun hanya menabrak ranting dari pohon dan terjungkal karena mencoba menangkap hewan itu.

Pada akhirnya Bag pun kehilangan hewan aneh itu, dia terduduk dan kemudian menggerutu;

"Aw.. hewan apa itu tadi, baru kali ini aku melihatnya". Ucapnya sambil menyingkirkan dedaunan yang ada di kepalanya.

..

...

10 hari pencarian di hutanpun berlalu, Yaq berkata untuk kembali ke titik awal di hutan itu pada hari ke 10 pencarian, namun apabila sebelum 10 hari sudah mendapatkan intisari Madu maka cukup berikan sinyal, itulah yang di katakan oleh Yaq.

Selama 10 hari ini mereka hampir menelusuri separuh dari hutan Loram.

Bag pun sedikit merasa tidak enak dengan keadaan saat ini, 10 hari berturut-turut mencari tanaman Intisari namun dirinya masih belum menemukan petunjuk dimana tanaman itu berada.

Tengah hari, dirinya sudah mengarah kembali ke tempat yang di tandai Yaq untuk berkumpul.

Namun ketika dirinya sedang berjalan, langkahnya terhenti melihat ledakan di langit.

Itu adalah tanda yang di buat Yaq dari melempar batu, sama seperti waktu berada di gunung Dalas.

"Kau memang hebat Yaq, bahkan dalam waktu 10 hari kau bisa menemukan Intisari madu". Gumam Bag sembari melihat kearah ledakan

Segera dirinya langsung bergerak kearah sumber ledakan tanda dari Yaq itu.

Di sisi lain beberapa orang yang berada di hutan itu sadar akan tanda yang di buat oleh Yaq, hingga salah satu dari orang orang itu bergumam;

"Ledakan? Dari utara, apa tim Lakan sudah menemukan bahan yang kita cari? Tapi tanda ini berbeda dari tanda yang mereka buat, apa jangan jangan.."

Belum sempat orang ini menuntaskan hal yang ada di pikirannya, seseorang dari sisi lain langsung mengarah ke dirinya dan langsung berseru;

"Ada tanda dari utara!, Lakan dan Ele mengarah kesana, apa mereka sudah menemukannya?"

Mendengar perkataan dari rekannya ini, orang yang sebelumnya bergumam berkata;

"Mereka memang di utara, namun apakah kau tidak menyadari kalau tanda ini sedikit berbeda dari yang biasa mereka pakai?" Ucap orang yang tadi bergumam, berperawakan tinggi dan mempunyai mata yang agak sipit, lalu memakai baju berwarna biru.

"Lalu? Bagaimana kalau mereka berhadapan dengan sesuatu? Di hutan ini juga terdapat hewan magis, bisa saja karena berhadapan dengan hewan magis, itu jadi merubah tanda mereka yang biasanya, bisa saja mereka membutuhkan pertolongan kita sekarang!"

Mendengar hal ini, pria yang tadi bergumam mulai memikirkan kembali soal ledakan tersebut, pada akhirnya dirinya memutuskan untuk melihat ada apa di sisi utara hutan Loram ini.

Ia mengangguk dan kemudian pergi dengan rekannya itu menuju sumber tanda ledakan.

Di sisi lain 2 orang sedang semakin dekat ke sumber tanda ledakan tadi, 1 orang berbaju orange dengan garis merah adalah pria paruh baya sedangkan yang lain memakai baju hijau muda dengan garis hitam terlihat lebih muda dari pria paruh baya tersebut.

"Tidak salah lagi, tanda tadi berasal dari dekat sini". Ucap sang pria paruh baya sambil terus mengarah lurus ke sumber ledakan.

Setelah mereka sampai, mereka takjub dengan pemandangan yang terlihat di area itu.

Belasan, tidak.. mungkin ada puluhan dari tanaman Randusa terkumpul di dalam 1 area, dari yang masih berumur muda hingga yang berumur puluhan atau bahkan ratusan tahun.

Saking banyaknya pohon Randusa itu, aroma yang keluar dari tanaman itu pun bisa mereka rasakan.

Mereka sangat beruntung datang kemari secepat mungkin, dan karena mereka melihat pemandangan akan banyaknya harta di depannya itu, mereka berdua sampai lupa soal tanda ledakan tadi, mereka berpikir kalau ini adalah tangkapan yang sangat besar.

Tanaman obat adalah harta dunia, semakin tinggi tingkatan dari tanaman obat tersebut maka semakin baik kualitas dan manfaatnya. Sekarang, di tempat ini ada puluhan dari jumlah tanaman kelas 7 Randusa.

Dengan jumlah pohon Randusa sebanyak ini, itu akan lebih dari cukup untuk digunakan sebagai hasil pencarian tugas kali ini, bahkan akan sangat cukup untuk persediaan beberapa tahun kedepannya.

Mata kedua orang itu kini di penuhi dengan kegembiraan.

Kilatan misterius muncul di mata mereka berdua, sebelum rekan rekan yang lain sampai di tempat itu keduanya ingin mengambil keuntungan untuk diri mereka sendiri.

"Cepat Ele! Masukan beberapa Intisari madu ini ke dalam botol gucil milikmu, sebelum mereka datang" seru dari pria paruh baya yang bersama anak muda di samping belakangnya.

"Baik, kak Lakan" jawab sang pemuda tadi yang bersama pria paruh baya itu.

Dengan segera dirinya bergegas maju kearah kumpulan harta di depannya tersebut, dan sambil mengeluarkan beberapa botol guci dari cincinnya, dirinya merasa kalau kali ini ia akan mendapatkan nama yang besar saat kembali nanti.

Kegembiraan benar benar ia rasakan saat ini.

Namun, sebelum dirinya mencapai salah 1 dari pohon Randusa di hadapannya.

Dari sisi yang lain ia melihat sosok lelaki muda muncul di depannya.

Bukan hanya dirinya yang melihat sosok, pria paruh baya yang di panggil dengan sebutan "Lakan" pun juga melihatnya.

Seketika dia menyadari bahwa yang mengirim sinyal ledakan ke atas langit adalah sosok anak muda di depannya itu.

Sementara itu, anak muda yang panggil dengan sebutan "Ele", dirinya memang terkejut dengan kemunculan sosok lelaki di depannya secara tiba tiba.

Namun, dirinya bersyukur kalau yang muncul itu bukan rekan rekannya yang datang bersamanya.

Dirinya pun menghela nafas dan kemudian bergumam;

"Ha... Beruntung bukan senior Ortada yang datang"

"Siapa kau!?" Seru Ele kepada pemuda di depannya.

Pemuda itu hanya diam, dia tidak menjawab dan hanya menatap kedua orang di depannya dengan wajah yang datar.

"Hei aku bicara padamu! Apa kau tuli!?" Bentak Ele kepada sang pemuda itu, dirinya merasa kesal karena pertanyaannya di abaikan begitu saja.

Sementara itu, Lakan yang masih melihat dari belakang hanya diam dan terus mengamati.

"Hoi!! Jawab pertanyaanku!! Kalau kau tidak menjawabnya!! Aku akan.."

"Hentikan!"

Sebelum Ele bisa menyelesaikan kalimatnya, tiba tiba terdengar seruan suara dari belakangnya.

Itu adalah suara dari Lakan, dirinya berseru dari belakang Ele dan kemudian melanjutkan perkataannya;

"Tidak usah pedulikan orang itu, ambil saja intisari madu sebelum yang lain datang!"

Melihat seruan dari seniornya, Ele segera mengangguk dan langsung menuju kearah 1 pohon di depannya.

Namun saat dirinya berjarak 3 meter dari pohon di depannya, dirinya merasakan tekanan yang mengerikan menuju lurus kearahnya.

Sekelebat gelombang angin kuat muncul lewat begitu saja di depan wajahnya, hal itu sampai membuatnya berhenti melangkah dan tidak bisa bergerak maju atau pun mundur, ia bahkan tidak tau apa yang sebenarnya terjadi

Sedangkan Lakan, dirinya tidak sempat bereaksi dengan hal yang baru saja terjadi.

Gelombang angin itu terus melaju hingga memporak porandakan pepohonan dan apapun yang menghalanginya.

Terhenti tepat di hadapan pohon Randusa, Ele sama sekali tidak mampu melangkahkan kakinya untuk maju, dirinya kini melihat tepat di depan kakinya, tanah tersayat membentuk sebuah celah yang jaraknya sangat panjang ke arah hutan.

Gelombang angin tadi memanglah sangat kuat, bahkan saking kuatnya itu sampai membuat tanah tersayat dan meninggalkan bekas di sana hingga kearah hutan yang luas.

Beruntung dirinya tidak terkena secara langsung gelombang angin tadi.

Setelah itu dia memperhatikan, dari mana asalnya gelombang angin yang kuat tadi, dan alangkah terkejutnya, ternyata gelombang yang menyayat tanah itu berasal dari depan pemuda yang tadi ia ajak bicara.

Namun anehnya, anak muda ini sama sekali tidak mengeluarkan aura atau bahkan tenaga dalam miliknya, bagaimana bisa dia menciptakan gelombang angin sekuat tadi.

"Mustahil" gumam Ele dengan wajah yang di penuhi keringat dingin

Meskipun dia menolak percaya bahwa gelombang angin itu berasal dari Yaq, namun instingnya benar benar mengatakan agar berhati hati dengan anak muda di depannya itu.

Lakan pun langsung melompat ke arah Yaq dan berhadapan 1 vs 1 di depannya dengan jarak tidak lebih dari 2 kaki.

"Siapa kau anak muda?" Ucap Lakan dengan rasa dingin di balik punggungnya, meskipun dia merasa menekan anak muda di depannya ini, namun anak muda tersebut sama sekali tidak terlihat takut.

Itu berarti bahwa anak ini bukanlah bocah sembarangan, karena Ranah beladiri dari Lakan sendiri adalah pendekar tingkat 8.

Aura yang ia keluarkan di depan anak muda itu benar benar mendominasi, namun sekali lagi, anak muda di depannya benar benar tidak merasa takut atau gentar sedikitpun.

Kemudian anak muda itu mulai membuka suara;

"Siapa aku? Itu pertanyaanku untukmu, kau sendiri siapa?" ucap pemuda itu dengan tatapan yang dingin, dimatanya sama sekali tidak terlihat sedikitpun rasa takut.