Chereads / Sleeping with The Devil / Chapter 16 - Pagi Menyedihkan

Chapter 16 - Pagi Menyedihkan

Gisel membuka mata secara perlahan ketika merakan embusan angisn menerpa kening, membuat tidur nyamannya terganggu. Ditambah sesuatu yang seakan menusuk bagian perutnya, semakin membuat tidur nyenyak yang sejak tadi dirasakan menjadi buyar seketika. Sampai dia membuka mata dan melihat dada bidang tanpa sehelai benang menjadi pemandangan awalnya pagi ini.

Hening. Gisel masih saja diam, tidak bereaksi sama sekali. Bahkan, ada perasaan sedih yang kembali menyusup dalam dadanya. Hingga dia mendongak, menatap ke arah Kenzo yang terlihat tidur begitu tenang, seakan tidak ada masalah sama sekali. bahkan, tidak ada beban dan rasa bersalah di wajah pria tersebut.

Padahal jelas-jelas dia sudah merebut mahkotaku dengan paksa, tetapi dia terlihat biasa saja dan tidak ada penyesalan. Bahkan tidak ada kata maaf yang terlontar dari mulutnya sebagai bentuk rasa bersalah karena sudah merenggut harta berhargaku, batin Gisel dengan raut wajah sendu. Tanpa sadar, setitik air mata kembali keluar, mengingat dirinya yang jelas sudah tidak lagi perawan. Harta yang selama ini dia jaga dan akan dipersembahkan untuk sang suami kelak sudah hilang, membuat perasaannya benar-benar menjadi kacau.

Sejenak, Gisel kembali diam, meredam semua kesedihan yang dia rasakan. Semalam dia bahkan sudah menangis di saat Kenzo menuntaskan hasratnya hingga dia terlelap dengan sendirinya. Bahkan Gisel tidak sadar bagaimana bisa dia mendekap tubuh sang kakak. Hingga dia mendesah pelan, mencoba menerima nasibnya kali ini.

Nasi sudah menjadi bubur. Aku juga tidak bisa mengembalikan apa yang sudah hilang, kan, batin Gisel meyakinkan diri sendiri, mencoba menghibur perasaan yang jelas terluka. Hingga dia merasa membaik, membuatnya membuang napas pelan.

Gisel melepaskan dekapan dengan begitu lembut, berusaha agar tidak membangunkan sang kakak. Dia masih cukup sadar diri jika kali ini dia tidak mengenakan apa pun. Bahkan dia mulai meredam suara, menahan rasa ngilu di bagian bawahnya. Rasanya benar-benar tidak nyaman sama sekali. Hingga dia membuka selimut dan siap turun dari ranjang.

Gisel mendesis pelan ketika merasakan bagian bawahnya semakin sakit. Kenzo yang mendengar langsung membuka mata dan menatap ke arah Gisel, memperhatikan punggung polos yang membuatnya tersenyum sinis.

Selangkah demi selangkah, aku akan membuat mama kamu merasakan apa yang dirasakan seseorang yang pernah dia lukai dulu, Gisel, batin Kenzo dengan raut wajah serius. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama karena setelahnya dia memasang raut wajah datar.

"Kamu mau apa, Gisel?" tanya Kenzo.

Deg. Gisel yang mendengar langsung diam dengan tubuh yang berubah kaku. Dengan cepat, dia menarik selimut, menutup seluruh bagian tubuh dan hanya menyisakan kepala. Dia takut kalau sampai Kenzo kembali melakukannya. Dia juga malu karena harus menunjukkan lekuk tubuhnya.

Kenzo yang tidak juga mendapat jawaban hanya mendesah kasar. Dengan tenang, dia membuka selimut dan mengambil celana pendek di dekatnya. Kakinya kembali melangkah, menuju ke arah sisi ranjang yang lain. Bahkan tidak terlihat ekspresi sama sekali. Hingga dia berada di dekat Gisel dan menghentikan langkah. Tangannya langsung meraih selimut yang menutupi tubuh Gisel, membuat wanita tersebut langsung mengeratkan dekapan.

"Kak, jangan lagi," pinta Gisel dengan raut wajah takut.

Kenzo yang tahu dengan pikiran Gisel berdecak kecil. "Aku memang akan melakukannya lagi, Gisel. Aku bahkan tidak akan berhenti sebelum membuat kamu hamil, tetapi aku juga tidak gila dan melakukannya sekarang karena aku tahu bagian bawah kamu masih sakit. Aku hanya mau membantu kamu ke kamar mandi," jelas Kenzo dengan raut wajah tenang.

Gisel yang mendengar hanya diam dengan mulut setengah terbuka. Ada banyak kejutan yang diterimanya pagi ini. Mulai dari Kenzo yang berniat membuatnya hamil, Kenzo yang tahu jika bagian bawahnya sakit padahal dia hanya diam dan Kenzo yang memberikan perhatian, membuat Gisel menatap lekat.

Apa benar dia akan mengamiliku, batin Gisel dengan perasaan tidak tenang. Namun, sedetik kemudian dia menghilangkan pikiran tersebut. Dia yakin jika ucapan Kenzo hanyalah sebuah gertakan dan tidak akan pernah menjadi kenyataan. Hingga Gisel yang sejak tadi lengah tidak menyadari jika Kenzo sudah menyingkap selimutnya. Sampai dia merasakan tubuhnya melayang, membuat Gisel langsung mengalungkan tangan.

Hening. Gisel hanya diam ketika Kenzo melangkahkan kaki, menuju ke arah kamar mandi. Rasanya masih tidak menyangka jika kali ini dia berada dalam gendongan pria tersebut. Sampai sebuah pertanyaan muncul dalam benak pikirannya.

"Kak, kamu sering berhubungand badan dengan wanita di luar sana?" tanya Gisel tanpa sadar.

Kenzo yang mendengar langsung menghentikan langkah dan menatap ke arah Gisel, membuat Gisel yang sejak tadi diam mulai tersadar dengan apa yang baru saja dia tanyakan. Sejak tadi dia terus melamun dan tanpa sadar melontarkan apa yang sejak tadi dia pikirkan, membuat perasaannya tidak karuan dan tersenyum canggung.

"Maaf, Kak. Ak …."

"Kenapa kamu bertanya begitu?" sela Kenzo dengan tatapan lekat.

Gisel yang mendengar hanya diam, menatap ke arah Kenzo dengan tatapan bingung.

"Apa yang membuat kamu berpikir kalau aku sering tidur dengan wanita di luar sana?" tanya Kenzo kembali. Kali ini dengan pertanyaan yang lebih jelas.

"Itu … itu … itu karena Kakak tahu kalau bagianku yang bawah sakit padahla aku tidak mengatakannya," jawab Gisel dengan sedikit gugup, merasa takut kalau jawabannya kali ini akan memancing emosi Kenzo.

Kenzo yang mendengar alasan Gisel hanya diam. Dia kembali melangkahkan kaki, menuju ke arah pintu kamar mandi dan menurunkan Gisel. Kakinya melangkah ke arah bathup, mengisinya dengan air hangat dan kembali menatap Gisel berada.

Sejenak, dia hanya diam ketika melihat tubuh tanpa sehelai benang Gisel. Manik matanya bahkan langsung mengamati tubuh yang semalam dia nikmati, membuat Gisel yang tersadar langsung menutupi dua bagian intim miliknya, meski tidak sepenuhnya tertutup. Rasanya benar-benar tidak tidak nyaman dengan tatapan pria tersebut.

"Kamu rendam dengan air hangat. Setelah itu kamu keluar dan sarapan. Hari ini ada yang harus kita lakukan," ucap Kenzo, memasang raut wajah datar.

"Hah?" Gisel yang mendengar langsung membuka mata lebar. mendengar kalimat terakhir Kenzo membuatnya benar-benar terkejut.

Dia mau melakukannya lagi, batin Gisel dengan raut wajah cemas.

"AKu hanya mau mengaja kamu berkeliling hotel, Gisel," jelas Kenzo, tahu dengan pikiran adik tirinya kali ini.

Seketika, Gisel yang mendengar menutup mulut dengan perasaan tidak karuan. wajahnya bahkan sudah memerah, merasa malu karena pikirannya yang terlalu jauh. Tepatnya, pikirannya sudah tidak lagi murni. Hingga Kenzo memutuskan keluar kamar mandi dan menutup pintu.

Gisel yang berada di dalam langsung mengacak rambutnya kasar. Astaga, sebenarnya kamu mikir apa sih, Gisel. Bisa-bisanya kamu malah berpikir kalau kak Kenzo akan menyentuh kamu lagi, batin Gisel, merutuki dirinya yang terlalu bodoh.

***