"Astaga, ini namanya aku sama saja tidak mengenakan pakaian," gumam Gisel ketika menatap dirinya di depan cermin, memperhatikan lekuk tubuhnya yang jelas terlihat. Dia bahkan merasa tidak nyaman sama sekali dengan pakaian yang dia kenakan saat ini. Belahan dada yang begitu rendah membuat bagian atas dadanya terlihat sempurna. Ditambah dengan gaun tidur yang begitu pendek, membuat Gisel merasa tidak nyaman sama sekali.
Kalau bukan karena Kenzo yang memaksaku, aku tidak akan sudi menggunakannya, batin Gisel dengan raut wajah masam. Tangannya masih mencoba menurunkan gaun tersebut agar menutupi bagian paha, tetapi saat itu terjadi, bagian dadanya terlihat sempurna, membuatnya merasa serba salah.
Sejenak, Gisel menghentikan usahanya. Dia merasa sia-sia jika terus melakukannya. Pasalnya, pakaian yang dia kenakan bukanlah pakaian dari bahan kaos murahan yang bisa berubah hanya dengan satu kali tarikan. Hingga dia memilih menyandarkan tubuh dengan tembok dan menatap langit kamar mandi.
"Astaga, Tuhan. Sebenarnya dosa apa yang sudah aku lakukan sampai engkau mengujiku seperti sekarang?" tanya Gisel dengan tatapan sendu, merasa lelah karena Kenzo yang terus saja menyakiti fisik dan juga batinnya.
Sedangkan di luar, Kenzo masih duduk denga sebelah kaki disilangkan. Dia masih setia menunggu pintu kamar mandi terbuka. Sudah lima belas menit Gisel masuk dan tidak juga keluar. Bahkan, Kenzo merasa jika dirinya sudah kehilangan kesabaran. Hingga dia memilih bangkit dan menuju ke arah pintu kamar mandi. Dia begitu penasaran dengan apa yang tengah Gisel lakukan saat ini.
Apa dia sedang mencoba bunuh diri, batin Kenzo dengan sebelah bibir terangkat. Tidak ada raut wajah penuh simpati ketika mengatakan hal tersebut, seakan jika Gisel melakukannya pun dia tidak akan masalah sama sekali. Hingga Kenzo menghentikan langkah dan mengetuk pintu kamar mandi, membuat Gisel yang sibuk melamun tersentak kaget.
"Keluar atau aku akan menarikmu paksa, Gisel," ucap Kenzo dengan penuh penekanan.
Hening. Tidak ada jawaban dari perempuan yang berada di dalam. Kenzo yang tidak mendengar apa pun mulai mengerutkan kening dalam. Pikirannya mulai melayang, membayangkan jika Gisel kabur atau benar mencoba mengakhiri hidup, membuatnya langsung meraih gagang pintu dan siap membuka.
Namun, gerakannya terhenti ketika pintu di depannya sudah terbuka lebih dulu, menghadirkan Gisel dengan gaun malam yang sudah dibelikan Kenzo. Dengan pelan, Gisel melangkah keluar dan berdiri di depan Kenzo.
Hening. Gisel dan Kenzo hanya diam. Kenzo yang melihat penampilan Gisel langsung bungkam. Manik matanya mengamati lekuk tubuh sang adik tiri yang memang terbilang seksi. Bahkan, tanpa menyentuhnya pun dia sudah merasakan sesuatu mengeras dibagian bawah tubuhnya.
Tenang, sayang. Malam ini kita akan tuntaskan apa yang selama ini kita tahan, batin Kenzo dengan senyum sinis.
"Kak, bisa aku ganti?" tanya Gisel, merasa tidak nyaman karena Kenzo yang menatapnya dalam.
Namun, Kenzo hanya diam. Kedua bola matanya masih sibuk mengamati penampilan Gisel yang jelas terlihat sempurna. Hingga tangannya terulur, meraih pergelangan tangan Gisel dan menarik kasar.
"Kak," panggil Gisel lirih. Entah kenapa, hari ini dia merasakan hal berbeda dengan tatapan Kenzo. Bahkan, dia merasa jika tingkah Kenzo kali ini jauh lebih membuatnya tidak nyaman. Hingga sebelah tangan pria tersebut berada di pinggangnya dan meremas pelan, membuat Gisel menelan saliva pelan.
Astaga, kenapa aku merasa tatapan kak Kenzo berbeda dengan biasanya, batin Gisel dengan raut wajah cemas.
Gisel membuka mulut dan siap mengatakan sesuatu, tetapi niatnya terhenti ketika Kenzo yang tiba-tiba saja mendorong tengkuknya dan menyatukan bibir dengan bibir wanita tersebut. Bahkan, lidahnya langsung masuk dan membelit lidah Gisel, membuat kedua mata perempuan tersebut langsung membola. Ditambah dengan permainan Kenzo yang terasa berbeda. Kali ini, Gisel merasa jika tidak ada yang ditahan oleh pria tersebut. Terlihat dari seberapa bernapsunya pria tersebut bermain dan sesekali menyesap dalam. Hingga Kenzo mengangkat tubuh Gisel, membuat tangan perempuan tersebut mengalung indah.
***
Gisel masih menggeliat tidak tenang di atas ranjang ketika Kenzo masih asyik mempermainkan bagian tubuhnya yang sensitif. Pakaian yang dia kenakan pun sudah terbuang entah kemana karena ulah pria yang saat ini tengah membuatnya mendesah dengan perasaan tidak karuan. Berulang kali dia mencoba untuk tidak menikmatinya, tetap saja dia tidak mampu melakukan. Sentuhan Kenzo selalu membuatnya begitu terbuai dan melayang, membuatnya sulit untuk mengendalikan diri sendiri. Katakanlah jika Gisel terlihat murahan, tetapi dia juga tidak bisa menahan hasratnya.
Gisel menarik napas dalam dan membuang perlahan, berusaha mengatur napas yang kian memburu. Tangannya bahkan sudah meremas seprei kuat, berusaha menahan perasaan aneh yang siap keluar. Hingga Kenzo yang sadar segera mempercepat permainan, membuat Gisel semakin mengepalkan tangan. Sampai sebuah cairan hangat keluar, membuatnya mendesah dengan mulut setengah terbuka.
Kenzo yang melihat menghentikan permainan. Dia mulai turun dari ranjang dan melepas satu per satu pakaiannya. Bahkan, tidak tersisa sehelai benang pun di tubuh pria tersebut, membuat Gisel yang melihat hanya diam. Pandangannya mulai memperhatikan dada bidang Kenzo yang tampak begitu menggiurkan, membuatnya tanpa sadar membayangkan hal yang tidak seharusnya terjadi. Hingga Kenzo kembali menaiki ranjang dan berada tepat di atas tubuh Gisel.
"Aku akan memberikan yang lebih dari ini, Gisel," ucap Kenzo, tepat di depan wajah sang adik.
Gisel yang mendengar hanya diam, menatap ke arah Kenzo dengan kening berkerut dalam. Jujur, dia tidak mengerti dengan apa yang baru saja Kenzo katakan. Hingga Kenzo kembali mendekatkan tubuh dan menyatukan dengan bibirnya.
Gisel yang merasakan hanya diam, memilih menikmati dan mengalungkan tangan di leher pria tersebut. Kedua matanya bahkan sudah memejam, mencoba menikmati permainan yang terasa memabukan untuknya. Kali ini, dia pun mulai terbawa arus girah yang baru saja Kenzo timbulkan. Tangannya masih asyik bermain di bagian belakang sang kakak. Hingga dia merasakan benda lain menyentuh bagian bawahnya, membuat kedua matanya langsung terbuka.
Apa yang dimaksud kak Kenzo ingin meniduriku, batin Gisel dengan kedua mata melebar. Sebelah tangannya langsung terulur, bersiap mendorong tubuh pria di atasnya. Meski Kenzo sering kali menyentuh semua bagian tubuhnya, tetap saja dia tidak rela jika Kenzo merebut mahkotanya. Sayangnya, Kenzo yang tahu gerakan Gisel langsung meraih tangan wanita tersebut dan meletakan di atas kepala. Dia mulai meletakan kedua tangan Gisel, mengunci pergerakan wanita tersebut.
Kenzo hanya diam, tidak berusaha menghentikan permainan. Dia bahkan masih asyik menikmati bibir Gisel, terus melancarkan aksinya untuk melampiaskan semua kekesalan. Hingga sebelah tangannya menuntun pusakanya dan siap memasukkan ke dalam rumah baru.
Gisel yang merasakan berusaha menghindar. Mulutnya yang dari tadi dibungkam membuatnya sulit untuk memprotes tindakan Kenzo. Hingga dia merasakan sesuatu yang asing memasukinya, bersamaan dengan air mata yang mulai mengalir karena rasa sakit, membuat Gisel menghentikan gerakan.
Astaga, kenapa ini terjadi denganku, batin Gisel dengan perasaan sedih.
***