Chereads / Balas Dendam Karena Cinta / Chapter 22 - 22. Taruhan Uang Besar

Chapter 22 - 22. Taruhan Uang Besar

Yeona mengendap - endap seperti ninja menuju kamar Yoo Joon. Di bagian gedung yang dia lalui merupakan tempat kamar para lelaki berada, jelas wanita seperti Yeona bakal aneh jika terlihat berkeliaran di sini.

Dia kaget berpapasan dengan dua pria. Mereka saling pandang menjaga jarak sambil kepala mereka sedikit menunduk - nunduk, lalu mereka kabur.

Yeona mengintip di balik tembok, menguping obrolan mereka.

"Heh, bukannya tadi Yeona, kenapa berada di sini?"

"Mana aku tahu. Mungkin dia mau mengintip lelaki mandi?"

Yeona cemberut lanjut menuju kamar Yoo Joon sambil mengepal tangan. "Yoo Joon sialan. Gegara dia nama baikku tercemar. Lihat saja jika ternyata tidak asik, aku hajar dia."

Sesampai di depan kamar Yoo Joon, Yeona mengetuk kasar pintu kayu yang lebih tebal dari pintu kamar lain. Mungkin kamar V.I.P memang berbeda dari kamar lain. "Yoo Joon! Buka! Ini aku, Yeona!"

Yoo Joon membukakan pintu. Dia tampil manis memakai celana training panjang dan kaos oblong longgar V neck yang terlalu besar hingga bagian ujung neck nyaris menyentuh perut.

"Model pakaian apa itu, norak aekali," gumma Yeona.

"Bah, kau ini bagaimana. Pakaian seperti ini sedang trend, tahu!"

Yeona berkecak kesal. "Katakan, kenapa kau mengundangku kemari. Cepet, jawab, atau aku pulang!"

"Ayo masuk."

Kamar VIP ukurannya sama seperti kamar lain. Hanya saja beraroma syrup anggur dan memiliki fasilitas lengkap. AC, TV led raksasa, kulkas, kasur besar, sofa nyaman dan hei! Game konsol terbaru!

Yeona langsung duduk manis di sofa, berharap disuruh main game! Dia gamer dan hobi bermain game dulu, sebelum melahirkan.

"Yeona, apa kabar."

Yeona kaget melihat Ok dan Ja In berada di sana. Matanya tadi terlalu fokus pada layar LED.

"Peserta terakhir sudah datang," ucap Yoo Joon, duduk di sebelah Yeona sambil menaruh botol besar sirup anggur. "Sekarang kita bisa memulai tournamentnya!"

"Fighting SoulDark?" tanya Yeona, melihat layar TV.

"Ya, kau bisa main?" tanya Yoo Joon, duduk di sebelah Ja In. "Pasti bisa, karena tas ransel milikmu merupakan tas ransel yang dipakai tokoh game Fighting SoulDark, kan?"

"Jadi kau mengundangku, mengajak bermain? Masuk dalam fans club Yoo Joon?"

Ok menjawab, "Dia butuh lawan tanding untuk turnamen. Sekarang kita berempat, genap untuk memulai tournament."

Yeona termasuk golongan gamer, tapi bukan maniak game. Tentu dia suka bermain game fighting SoulDark, itu pula alasan kenapa tas ransel dan kaos yang dia pakai pada hari pertama tiba di balai bermotif game.

"Jadi dengan menemanimu bermain, aku dapat uang?" tanya Yeona.

"Jika kamu menang melawanku, hutangmu berkurang seribu won. Bagaimana?"

Yeona terhenyak. Matanya berganti dengan lambang uang won. Menang duel dalam game dapat seribu won? Tapi kalau menang pun, dia butuh seratus kemenangan untuk sampai ke seratus ribu won.

"Bagaimana, apa kamu takut?"

"Takut? Melawanmu? Yang benar saja. Bagaimana jika kamu menang?" tanya Yeona.

"Aku minta cium."

"Aku pergi, selamat malam, terima kasih atas undangannya." Yeona bangkit hendak pergi, tapi Ok menahan lengannya.

Yoo Joon tertawa. "Aku hanya bercanda, jangan pergi."

"Candaanmu tidak lucu."

"Tapi Kak Ok tersenyum. Berarti lucu, kan?"

Raut wajah Yeona merengut mendapati Ok menutup mulut menahan tawa.

Yoo Joon berucap, "Kalau aku menang, hutangmu bertambah seribu won, bagaimana?" Lalu meneguk sirup anggur kesukaannya.

"Baiklah, jangan menyesal jika kamu kalah! Akan kubuat kamu bangkrut!" seru Heona.

"Ho! Bagus! Ayo semangat!"

Ok tersenyum melihat tingkah mereka. Mungkin menggemaskan baginya. "Kalian begitu bersemangat, ya."

Sementara Ja In menjadi pendiam. Suaranya hilang semenjak kehadiran Yeona. Sepertinya dia tidak senang dengan kehadiran Yeona.

"Ja In, bisa minggir? Biar orang jago melawan orang jago lainnya!" Pinta Yoo Joon.

Ja In melempar kontroler game ke karpet, pindah duduk ke sofa sambil bersedekap. Wajahnya melipat seperti kodok belum tersiram hujan.

Yeona duduk bersila kaki di sebelah Yoo Joon, melipat lengan jakeynya.

Yoo Joon berteluk satu kali, lalu memutar lengan berototnya, menoleh ke kiri dan kanan sampai terdengar suara kretekan fokus ke layar tv.

"Baiklah ayo kita mulai!"

Pertandingan pertama dimulai.

Kemampuan Yoo Joon dalam bermain game lumayan. Namun, melawan Yeona dia kalah telak. Kalau begini Yeona bisa kaya!

Tiga kali Yeona menang, tiga kali Yoo Joon mengeluh.

"Hei, pecundang, gantian!" keluh Ja In, menjejak punggung Yoo Joon.

"Ah, nanti. Ayo sekali lagi!"

"Katanya turnamen, kalau begini kalian main aja berdua!"

Yoo Joon melepas kaos lengan panjangnya, tinggal tanktop hitam menutupi tubuh indahnya. Gara - gara Yeona hagal fokis, dia kalah.

"Keberuntungan, hanya beruntung kau menang."

"Kalah tetap kalah, Yeona!"

Ok membalik gelas. "Aigo, sirup anggur dan popcorn habis. Ja In, ayo bantu Kakak beli sirup. Yoo Joon, Yeona, kalian mau nitip apa?"

"Kakak mau ke minimarket?" tanya Yoo Joon.

"Iya, sekalian beli makan malam."

"Aku ikut." Yeona hendak bangkit, tetapi Yoo Joon menekan pundaknya supaya terus duduk.

"Kamu menang banyak, jangan kabur!" Yoo Joon melirik tajam pada Yeona lalu berpaling tersenyum pada Ok. "Nitip Ramyeon."

"Baiklah. Empat Ramyeong spesial akan segera tiba. Ayo Ja In."

"Aku tunggu di sini saja."

Belum usai Ja In menjawab, Ok menariknya pergi. Sekarang Yeona dan Yoo Joon berduaan dalam ruang kamar.

Karena asik bermain game, Yeona tidak terlalu peduli jika berduaan saja dengan Yoo Joon. Yang dia mau hanyalah tetap menang dan menang. Membuat Yoo Joon bangkrut menjadi tujuan utamanya.

"Ah, kamu pakai cheat ya?!" Keluh Yoo Joon, mendorong badannya bersandar sofa sambil berselonjor. "Kenapa kau selalu menang?!"

"Hei pecundang, kalah ya kalah saja, jangan banyak bicara. Kenapa, dompetmu kehabisan uang?"

"Seribu Won kurang menantang. Bagaimana kalau sepuluh ribu won?"

"Sepuluh ribu? Kamu tidak takut kalah?"

Yoo Joon menyeringai, mengejek Yeona. "Kamu takut kalah?"

"Siapa bilang?!" Yeona mengangguk, kembali fokus pada layar tv. "Baiklah, sepuluh ribu won!"

Dua kali pertandingan, Yeona menang lagi. Kali ini Yoo Joon terlentang ke karpet sambil membentangkan tangan.

"Hei Tuan sok jago. Hutangku tinggal sepuluh ribu. Sekali lagi, yuk."

"Bagaimana kalau kita naikkan taruhannya. Seratus ribu won," pinta Yoo Joon, memandang geram Yeona.

"Seratus ribu? Kamu tidak takut kalah?"

"Bagiku uang tinggal ambil di pohon." Yoo Joon kembali duduk bersila kaki. "Bagaimana, kamu mau?"

Yeona suka uang. Tawaran Yoo Joon tentu menggiurkan. Lagipula pemuda itu pemain yang buruk, bisa dengan mudah dikalahkan.

"Bagaimana?" tanya Yoo Joon sekali lagi.

Ini seperti judi, judi mudah di mana bandar selalu kalah.

Tentu Yeona tertawa penuh kemenangan. "Baik! Awas kalau kalah, ya. Jangan mangkir! Ayo dimulai gamenya!"

Yeona memang mata duitan!

Wajah Yoo Joon menjadi gelap. Dia menyeringai penuh kemenangan. "Jangan mangkir kalau kalah? Kau juga, awas kalau mangkir."

****