Yeona bermandi tepuk tangan. Dia berbakat dalam bermain peran. Bahkan pelatih kagum kepadanya.
Yeona cepat tanggap dalam teknik. Raut wajahnya seperti terlatih sejak lahir untuk berubah - ubah. Dia jadi gadis periang, laku jadi gadis judes, setelahnya jadi sombong, tetapi penokohan yang dia suka adalah sosok polos.
Tiba - tiba hangat nafas lelaki menusuk lubang telinga Yeona. "Hutangmu jangan lupa di bayar." Setelah berbisik, Yoo Joon selalu berkedip satu mata sebelum pergi.
"Dasar kurang kerjaan." Mengelus telinga, Yeona memandang gerah pemuda itu.
Bukan kali pertama Yoo Joon mengganggunya dengan tingkah kekanak -kanakan. Kemarin ketika berlatih vokal, Yoo Joon bernyanyi lantang, 'Bayar hutangmu jangan lupa' di atas panggung. Parahnya dia memandang Yeona dan berkedip satu mata. Semua orang berbisik - bisik. Yeona malu hingga menelungkup kepala di atas dengkul.
Lalu ketika berlatih Taekwondo, Yoo Joon membanting lawan sambil berteriak, "Hutang bayar hutang!" Lagi -lagi dia memandang Yeona, berkedip satu mata.
Ya memang hutang harus dibayar, tapi ayolah … dia bisa menagih dengan cara yang lebih wajar, kan? Kenapa harus membuat Yeona geram dan malu? Lantaran aksinya, teman - teman sadar jika Yeona punya hutang pada yoo Joon. Ingin Yeona menangkap Yoo Joon, mengikatnya ke kursi, lalu menyiramnya dengan air susu manis, biar dikeroyok semut.
Masalah terbesar Yeona adalah mencari uang. Dia tidak punya uang. Bekerja paruh waktu di luar Balai bukan pilihan, lantaran ada aturan tegas, murid Balai Pelatihan Changuk Boseong dilarang keluar balai kecuali malam Minggu. Siapa yang mau mempekerjakannya?
Meminjam uang menjadi pilihan Yeona, tapi hasilnya bakal sama saja, tutup lubang gali lubang.
Sore ini di ruang laundry, Yeona kembali diganggu Yoo Joon. Dia sampai berteriak, "Sabar, nanti aku bayar!"
"Okay, aku tunggu. Jangan lama -lama, ya." Dia pergi sambil ketawa -ketawa. Menyebalkan.
Dari samping tawa ok membuat Yeona menoleh. Dia datang bersama ipad dalam pelukan, menghampiri Yeona. "Aku rasa dia menyukaimu."
"Hah? Bocah seperti itu?" Gelj perit Yeona, tertawa lepas lanjut mencuci pakaian.
"Serius. Selama ini dia bertingkah menyebalkan hanya kepada orang yang dia suka." Ok mengamati sekitar, lalu menepuk pundak Yeona. "Coba pikirkan. Daripada menyukai Chung-hee, kaku, mending dia. Bye."
Entah apa tujuan Ok datang ke ruang laundry, tapi Yeona heran kenapa seolah -olah dia mencoba menjodohkan Yeona dan Yoo Joon.
Keluh beberapa gadis terdengar jelas oleh Yeona. Salah satu dari mereka melepas keranjang berisi pakaian kotor di depan mesin cuci. "Harusnya kita bermalam minggu di luar asrama, malah mencuci di sini.
Gadis di sebelahnya tidak kalah ketus. "Seharusnya balai punya tukang cuci, jadi murid tidak harus mencuci sendiri. Kita bayar mahal, berlatih di sini."
Obrolan mereka memberi ide Yeona. Dia berdehem mendekati mereka. "Telapak tangan kalian bisa cepat keriput kalau mencuci."
Dua gadis mengamati telapak tangan masing - masing, lalu panik.
"Kau benar. Tanganku bisa rusak!"
"Aigo, bagaimana sekarang? Apa kita bawa ke tukang laundry saja?"
Yeona berdehem. "Tukang laundry di luar tiga puluh ribu Won untuk setengah kilo pakaian. Terlalu mahal."
"Serius?" Mereka tidak percaya. "Mahalnya. Di Busan saja cuna dua puluh ribu won."
Yeona mengangguk. "Buat apa aku berbohong? Karena aku orang baik, bagaimana kalau aku bantu mencuci? Setengah kilo, dua puluh ribu won. Bagaimana?"
"Kamu? Mencuci baju kami?"
Cepat Yeona mengangguk. "Biayanya sama seperti di laundry Busan, kan?"
Mereka berbisik - bisik memandang Yeona. Sepertinya belum percaya kalau Yeina mau membantu, atau berdiskusi hal lain?
"Bagaimana?" Yeona mendesak mereka. "Aku mau membantu, itu bagus, kan? Uang segitu bukan apa -apa bagi kalian "
"Bagaimana kalau hasilnya buruk?"
"Aku kembalikan uang kalian. Bagaimana?"
Mereka berbisik - bisik. Salah satu dari mereka mengangguk pelan. "Baiklah. Sepuluh ribu won dulu. Jika hasilnya bagus, baru kami bayar lunas, bagaimana?"
"Deal!" Mereka bersalaman dengan Yeona.
Tanpa Yeona sadaei, sembari tadi Chung-hee mencuri dengar dari belakang dinding. Dia tersenyum mengintip Yeona bekerja keras mencuci pakaian. Menurutnya, Yeona wanita istimewa. Dia cantik, pandai, jago berakting, sekarang dia mau mencuci pakaian tanpa mengeluh.
Bagi Yeona, mencuci adalah kegiatan sehari - hari. Di desa dia mencuci sendiri dari kecil. Di rumah keluarga Han dia mencuci sendiri. Selalu sendiri membuatnya mandiri.
Matahari perlahan turun ke barat. Langit cerah berangsur berubah warna menjadi jingga. Yeona selesai mencuci.
Senyumnya merekah ketika memberi dua kantong plastik berisi pakaian kering milik dua pelanggan.
Mereka mengendus, menggosok pakaian ke pipi, laku tersenyum. "Uwah, harum dan lembut! Kamu memang berbakat, ya."
"Benar, kamu benar - benar serva bisa!"
"Terima kasih. Sisa pembayaran, mana?" Tangan Yeona menagih.
"Dan mata duitan." Mengeluh, dua gadis tertawa ringan membayar sisa pembayaran pada Yeona.
"Yeona, Minggu depan lagi, ya."
Jari Yeona membentok O. "Okay, asal bayarannya jangan lupa."
Yeona menghitung uang sambil bersenandung lagu Chin Hwa, musisi favoritnya. Dia melangkah tanpa melihat ke depan.
"Jadi orang kaya pasti enak, banyak uang. Uang uang uang, bisa beli cinta pakai uang, beli nama pakai uang, woo oo uang uang beli uang pakai uang." Nyanyiannya tentang uang.
"Selamat sore. Uangmu banyak, ya. Hutang–"
Kesal Yeona mendorong dada Yeona pakai uang. "Tuh, ambil, puas?"
Tanpa menghitung uang, Yoo Joon menyeringai sinis. "Receh behini, kapan mau melunasi hutang? Plus bunga."
"Hei, bocah, plus bunga apanya? Kau tidak pernah bilang ada bunga."
Yoo Joon tertawa kecil. "Baiklah, kalau tidak mau ada bunga, kamu harus mengikuti saranku. Bagaimana?"
Jelas sekali Yoo Joon punya rencana di balik kebaikannya. Yeona malas masuk ke rencananya, tapi Yoo Joon memberi Yeona sesuatu yang tidak bisa dia tolak.
"Aku bisa membantumu mendapat lebih banyak uang."
"Bagaimana caranya?"
"Jika berminat, temui aku di kamarku."
"Kau tidak mencoba melakukan aneh - aneh, kan?"
Yeona tidak percaya begitu saja. Terlebih seringai Yol Joon nakal. Bisa jadi bilang A, ternyata di sana kelak B. "Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"
"Kamu tidak perlu percaya, cukup datang saja ke sana. Jangan takut, kita tidak akan berduaan saja di sana. Kamu pasti suka."
Yeona menyukai uang dan kalimat 'tidak akan berduaan saja di sana', membuat dia sedikit lega.
"Satu lagi, jika kamu tidak datang, aku akan membeberkan rahasia kelam masa lalumu kepada seluruh penghuni balai." Yoo Joon berkedip satu mata, berbalik badan, pergi dengan santai.
Sungguh bocah menyebalkan, tetapi Yeona tidak bisa memungkiri, dia tertarik pada uang tawaran Yoo Joon.
Kira - kira Yoo Joon tahu apa akan rahasia masa lalu Yeona? Memikirkan itu membuat Yeona semakin tertantang untuk datang ke sana.
****