Sesungguhnya aku ingin elak perkataan Aurora, mengingat Elmeera ada di hadapanku membuat aku urungkan niat itu. Tak ku pungkiri bahwa aku tidak ingin lakukan ini, tapi sudah kepalang tanggung juga andai aku mengelak Elmeera tidak akan percaya lagi kalau aku berusaha mengkhianati cintanya.
Kubiarkan saja Aurora bersikap manja pada ku, sehingga Elmeera merasa terkhianati seperti biasanya.
"mau kemana? di sini tidak di izinkan siapapun masuk, kecuali ada yang berkepentingan." tegas Aurora sambil menghalangi Elmeera yang berniat untuk memaksa masuk.
"Minggir, saya mau masuk! peduli apa dengan ucapan mu." Sergah Elmeera pada Aurora yang tengah menghalangi jalannya.
"Mau ngapain masuk? Bukankah sudah aku Katakan padamu tadi, kalau kita ingin makan berdua. Tak ada artinya walaupun kamu bawakan mas Raka makanan." Aurora tetap berdiri di tempat nya, dan menghalang Elmeera untuk masuk.
"Saya tidak akan percaya, sebelum mas Raka katakan itu. Dia yang akan menentukan apakah saya harus pergi, atau tetap di sini. Bukan kamu." Elmeera menoleh ke arahku, berharap kalau aku tidak ikuti keinginan Aurora.
Ya, memang itu yang aku inginkan. Aurora yang harus nya aku usir dari ruanganku, dan sisakan aku berdua dengan Elmeera. Namun mulutku rasanya berat untuk menentukan. Siapa yang aku pilih, atau aku usir. Hanya terdiam menyaksikan keduanya berdebat.
"Dia pasti akan memilihku. Iya, kan mas?" Aurora sangat percaya diri bahwa aku akan memilih dirinya.
"Mas Raka! Boleh kan aku masuk? Aku hanya ingin makan bersamamu, untuk perayaan hari ulang tahun ku. Aku tahu jika nanti malam, mas Raka tidak akan bisa karena sibuk dengan pekerjaanmu. Maka dari itu aku datang hari ini, dan memintamu untuk ikuti keinginan ku. Hanya sekali saja kok mas, tidak lebih." Elmeera sangat tangguh walaupun Aurora mencoba untuk bersikap manja padaku. Dia seakan sudah tabah melihat aku bermesraan dengan wanita lain.
"Mas!" Panggil nya lagi.
Tak ku sangka jika kakiku bergerak agak menggeser dari posisi ku berdiri tadi. Memberikan jalan bagi Elmeera supaya dia bisa masuk ke dalam. Padahal aku tidak izinkan dia masuk, tapi kenapa aku tidak bisa melakukan nya. Aku malah biarkan Elmeera melakukan keinginan nya, yang katanya mau makan bersama ku sebagai perayaan hari ulang tahunnya.
"Mas, kok kamu malah biarkan dia masuk? Bukankah kita akan dinner malam ini? Jika kamu lebih dulu makan dengan Elmeera, kekenyangan dong." Aurora menahan lengan ku, yang berniat untuk menyusul Elmeera ke dalam. Dia seakan tidak percaya dengan apa yang aku lakukan. Jangankan Aurora, aku sendiri juga tidak mengerti dengan sikapku kali ini.
"Mas, masa kita batal lagi dinner malam nya?" Teriak Aurora terkekeh melarangku untuk tidak memakan makanan yang disediakan oleh Elmeera.
Plin-plan sih, kesal aku jadinya. Tapi tak apa boleh buat, sudah masuk juga dia. Mana makanan nya wangi banget lagi, ah bikin cacing di perut ku pada brontak minta diisi.
"Sudahlah ini juga sudah jam nya makan siang. Sayang uang nya kalau di pake buat beli makanan di luar. Kenapa tidak kita gunakan uang itu untuk kebutuhan lain? Mungkin…. untuk dinner malam kita nanti." Kuhampiri Elmeera yang sedang sibuk mengatur makanan di meja yang berada di ruangan ku.
"Wuih….makanan nih. Kita makan enak hari ini." Ucap Jojo seraya mengikuti kami terduduk.
"Iya dong, ini khusus aku siapkan untuk kalian. Dan ini, ini makanan spesial kesukaan suamiku." Elmeera menyodorkan sebuah piring yang sudah dipenuhi dengan makanan kesukaan ku.
Dia menyiapkan itu dengan tulus, tanpa meminta imbalan apapun dari ku. Perlakukan aku layaknya suami yang bahagia, dari sebuah pernikahan yang sah. Malu jika aku ingat dengan sikap ku pada Elmeera, mungkin jika aku berkaca wajah ku akan memerah akibat menahan rasa malu.
"Mas, kau ambil ini!" Ternyata makanan itu masih berada di hadapan ku, dan belum aku apa-apa kan. Terus selama beberapa menit ini, aku ngapain?
"Apa mau aku yang suapin?" Sahut Elmeera sambil mengaduk makanan di piring.
"Tidak usah, saya bisa makan sendiri. Saya masih punya tangan yang lengkap."
Segera ku ambil makanan yang disodorkan Elmeera, untuk segera ku santap. Tak mau menunggu lama, langsung ku santap makan itu dengan lahap nya. Elmeera mengerutkan keningnya, terheran saat melihat aku yang makan tanpa jeda.
Semua kulakukan, karena perutku sangat lapar. Seingat ku, dari tadi pagi aku belum sarapan. Sedangkan hari sudah lebih tengah hari, pantas saja aku sangat kelaparan sekarang.
"Pelan-pelan mas, nanti keselek!" Elmeera berusaha mengingat kan aku, karena dia khawatir melihat cara makan ku yang tidak biasa.
Dia tumpahkan semua perhatian nya terhadap ku. "Tunggu mas, ada makanan yang menghalangi ketampanan mu." Tangannya menyapu sesuatu yang menempel di bibirku. Mungkin sisa makanan yang tertinggal saat aku makan.
Namun tanpa sengaja kaki Elmeera tersangkut sesuatu, sehingga membuat dia hampir terjatuh ke lantai. Untunglah tanganku bisa meraihnya dengan cepat, lalu ku buat dia selamat dari sakitnya jatuh ke lantai. Namun Elmeera malah jatuh mengenai tubuh ku, sehingga membuat tubuh Elmeera menindih tubuhku dengan sempurna.
Kedua mata kami bertemu, bola matanya berputar mengelilingi bagian wajahku. Lihat bibir merahnya itu, seakan basah di olesi minyak. Ingin sekali aku melumat bibirnya, hingga dag dag dig dug jantungku mulai terdengar. Elmeera sangat cantik hari ini, sangat menggoda hati kala memandang nya.
"Ehem…ehmm..!" Jojo membuat bayangan itu buyar, dengan suara batuk yang sengaja dibuat-buat.
"Maaf mas!" Elmeera tersadar setelah terdiam di tubuhku beberapa saat lalu. Padahal aku ingin berlama-lama bertatap muka seperti barusan, atau bahkan saling bercumbu mesra seperti dulu pernah kita lakukan. Mengingat kejadian itu, membuat aku menelan Saliva ku sendiri. Bahkan pernafasan ku terhenti sejenak. Sesak rasanya karena harus menahan perasaan ku terhadap wanita yang sudah kunikahi ini.
Ku lanjutkan aktivitas makan ku, untuk menghindari rasa malu atau ejekan dari Jojo.
"Mau ku suapin kamu mas?" Elmeera mengambil sendok beserta piring yang baru saja ku pegang.
"Ih…. apaan sih? Sini biar aku yang suapin mas Raka." Aurora merebut makanan yang sudah berada di tangan Elmeera, untuk berpindah tangan padanya.
"Tidak. Aku adalah istrinya, maka aku pula yang harus melayani mas Raka." Elmeera kembali merebut piring itu, dari tangan Aurora.
Hingga terjadi saling rebut-rebutan antara Elmeera dengan Aurora. Ah mending ku biarkan saja mereka seperti itu, itu artinya aku laki-laki paling tampan di dunia ini. Lihatlah mereka, terus memperebutkan ku walaupun hanya saat aku makan.
"Ini mereka sedang apa? Kenapa rebutin Raka doang? Di sini masih ada aku, apa tidak ada yang mau suapin aku? Aku juga tidak kalah tampan dari nya." Sahut Jojo seraya menghentikan aktivitasnya.
"Mungkin wanita ini yang akan suapin kamu, dia masih sendiri. Dari pada rebut suami orang, mending sama kamu kan yang sama-sama sendiri." Elmeera memicingkan matanya, saat menatap wajah Aurora.