Regas tidak pernah memanggil Elisabeth dengan nama Sanjaya di belakangnya. Itu artinya, Regas tidak mengakui Eli. Namun bukan itu yang menguasai otak Eli. Selama mereka kenal, Regas tidak pernah memanggil nama lengkap Eli. Hanya memakai Eli saja. Bukan Elisabeth.
Apa artinya saat Regas sudah memakai nama panjang?
Eli tak tahu. Tidak juga paham terhadap yang terjadi.
Regas tersenyum remeh. Kemana perginya Eli yang sok kuat beberapa waktu tadi?
Saat itu Eli sangat lemah!
Perempuan tidak bisa melindungi dirinya sendiri.
Percaya diri Eli sudah lenyap entah kemana. Eli bodoh. Sudah tamat.
Regas penasaran, Eli yang selama itu tidak pernah menangis dihadapannya apakah akan menangis?
Sikap Regas tidak pernah baik depan Eli. Meski begitu Eli tetap keras kepala mempertahankan harga dirinya. Tidak menangis.
Regas tersenyum remeh.
"Kau salah berpikir kalau mengira aku bisa memperjuangkan cinta. Aku tidak cocok." Tiba-tiba Regas menunduk. Sembari masih terus menunduk tersebut, Regas pun berucap. "Setidaknya untuk saat ini. Aku tidak bisa memperjuangkan cinta. Tidak tahu untuk kedepannya apakah aku bisa atau tidak memperjuangkan sesuatu seperti cinta. Aku bahkan tidak tahu apa itu cinta suci. Cinta sejati atau apapun. Aku hanya tahu secara logika. Pengertian umum yang kata orang mendalam pun terus aku tolak. Aku tidak terima kebenarannya."
Nada bicara Regas terdengar pilu. Seolah ia menyimpan luka teramat sangat menyakitkan.
Apa yang terjadi pada lelaki itu?
Eli menerawang. Terlihat berpikir. Harusnya Regas baik-baik saja. Tidak terjadi hal buruk apapun pada lelaki itu. Eli tahu benar. Eli berada di keluarga Sanjaya.
Keluarga Sanjaya baik-baik saja. Tidak terjadi kekacauan. Lalu, rasa sakit seperti apa yang Regas rasakan sehingga dia bersikap begitu?
Apa penyebabnya?
Regas kembali ke mode beringas.
Eli tertekan dengan sikap kasar Regas.
Regas sudah melihat kembali ke Eli. Menatap perempuan tersebut tajam nan menusuk. Seakan-akan ingin melahap habis Eli.
"Tatap mataku baik-baik. Kau bisa lihat ketulusan dari mataku?"
"Katakan, apa kau melihatnya?"
Regas memperkuat cengkraman tangannya di kedua bahu Eli. Membuat rasa takut Eli semakin menjadi-jadi.
Cepat-cepat Eli menggeleng. Yang ia lihat, Regas adalah orang paling menyedihkan di dunia. Lelaki itu butuh hal yang baru. Tidak monoton. Tidak stuck di tempat. Regas mati rasa oleh sebab tuntutan yang mengharuskan ia terlihat perfect.
Perfect?
Tunggu dulu. Regas bukan kurang kasih sayang. Mengingat kepribadian daddy mereka Redis, bisa jadi Regas memang merasa kurangnya kasih sayang dari daddy mereka. Namun tidak dengan Rein. Mom mereka penuh kasih sayang.
Lebih banyak rasa tertekan ketimbang merasa kurang kasih sayang dari orang tua. Pribadi dan martabat Regas terpengaruh oleh tekanan yang ia alami.
Regas dituntut untuk terus perfect. Itulah yang Regas rasakan. Eli paham. Akhirnya Eli paham.
Eli kuatkan tekad untuk tatap mata Regas intens. Tidak terlihat ketakutan pada mata Eli. Tekad Eli kuat. Oleh sebab itu ia mampu berhadapan dengan perlakuan kejam Regas padanya.
Perlakuan buruk tersebut sudah berlangsung lama. Sejak Eli masih kecil, ia sudah rasakan hal tersebut. Semua tersimpan rapi di otak Eli.
"Kau tidak ingin dituntut perfect terus, Kak. Kau tidak kesepian, yang kau inginkan adalah suasana hidup yang baru. Kau lelah."
Regas tertegun dengar ucapan Eli. Mata senantiasa melihat air muka perempuan dihadapannya. Eli terlihat menatap kosong. Menerawang hal yang Regas tidak tahu apa.
Eli lebih paham Regas dari dirinya sendiri?
Tidak mungkin.
Regas menunggu. Ingin lihat hal yang Eli lakukan selanjutnya. Regas lihat perempuan itu sudah keluar dari alam bawah sadarnya.
Regas masih menunggu ucapan Eli yang berikutnya. Regas akan terus menunggu. Tidak masalah.
Penantian Regas tidak sia-sia. Regas dengar ucapan tegas tanpa keraguan Eli.
"Aku akan berkorban untukmu, Regas. Terserah kau mau menikahiku atau tidak. Namun dengan satu syarat, tinggalkan aku sendiri dan kau menjalani hidup yang kau inginkan. Jangan ambil bayiku dan kau lanjutkan hidup sesuai yang kamu inginkan." Eli memberikan jeda. Ia menatap lurus Regas dihadapannya. Reaksi Regas menatap dalam. Regas memperhatikan setiap detail ucapan Eli!
Sesuatu yang sangat langka terjadi. Regas tidak pernah memperdulikan ucapan Eli. Orang itu hanya sibuk memberikan rasa sakit yang tidak terkira. Rasanya sangat sakit.
"Jika kau lelah, datanglah padaku. Sifat alamiah manusia mudah bosan. Ingin sesuatu yang baru atau paling tidak, sedikit melakukan hal lain selain rutinitasnya. Lalu kau terlalu monoton. Prinsip hidupmu tidak memperbolehkan kau menikmati hidup. Buka matamu lebih lebar lagi. Saat kau sadar, aku adalah orang idiot yang mau menerimamu kembali. Kau punya prinsip hidup yang tidak disentuh oleh siapapun. Maka kau sendiri yang bisa mengubahnya. Aku tidak memberi pengaruh banyak. Harus kau yang menentukan."
Regas tanpa sadar memejamkan mata. Ucapan Eli ibarat mantra yang menguasai tubuh. Regas terbawa arus yang dibuat oleh Eli.
Regas terjebak!
Eli tidak mungkin bisa mengendalikan Regas. Tapi Regas terjebak pada perempuan tersebut. Regas tidak mampu menahan dirinya. Regas sudah masuk dalam perangkap yang disebut cinta gila.
Padahal Regas tidak mengenal apa itu cintai. Tidak sedikitpun. Regas hidup dengan hal yang ia pikirkan. Hal baik dalam pencapaian hidupnya sendiri.
Regas membuka matanya. Menatap pada mata Eli. Seolah-olah menyelami mata perempuan tersebut.
"Hubungi Ara sekarang. Katakan kau ikut denganku. Akan ku berikan yang kamu inginkan. Hanya saja satu peringatan dariku, Elisabeth. Jangan menyesal. Keputusan ini berlaku sampai ke anak cucumu. Bukan hanya kau saja. Yang nantinya, menjadi darah dagingku juga."
Mata Eli terbelalak. Regas tidak mungkin mau menikahi Eli. Cukup Regas melepas Eli, itu sudah lebih dari yang Eli inginkan. Lalu apa yang ada dalam otak Regas?
Hal yang lebih buruk?
Eli tidak paham.
Otak dan akal sehat Eli berproses. Menyalahkan satu sama lain. Yang menyebabkan si pemilik otak pusing.
Kisah cinta yang Eli alami itu, apakah cinta tulus atau cinta idiot?
Perempuan idiot yang bernaung dibalik kalimat tulus. Si bodoh yang mau ditindas oleh sebab cinta.
Sesuatu yang menyakitkan. Bukanlah lebih baik ditinggal?
Jikalau kecil kemungkinan untuk mencapai akhir yang bahagia. Lebih banyak unsur buruk daripada yang baik. Siapa yang mau bertahan di posisi tidak jelas begitu?
Elisabeth!
Eli adalah perempuan idiot yang menyebabkan ia berada di tempat buruk tersebut. Eli yang menyebabkan ia terjebak. Pantaskah si idiot seperti Eli berada di dunia?
Agaknya tidak. Tak akan pernah bisa. Eli sampah masyarakat?
Benar atau bisa juga tidak. Eli sudah banyak mengalami hal buruk dalam setiap hembusan napasnya. Hal itu sangat lumrah terjadi.
Eli akui, sejak menambatkan hati pada Regas, Eli merupakan orang terpelajar yang idiot. Sertifikat, piagam, tropi, hadiah, dan ilmu pengetahuan adalah boomerang untuk dipakai orang-orang menjudge Eli buruk.
Contohnya seperti, Eli si perempuan idiot dan murahan. Tidak apa-apa, sebab memang itulah kenyataannya.
Eli si perempuan idiot. Cinta telah mengubah Eli menjadi perempuan yang tidak ia kenal. Bukan lagi Elisabeth pintar. Akan tetapi Elisabeth terpelajar dan idiot.
Lucu, bukan?
*****