Chereads / I'm Yours (perjuangan cinta) / Chapter 6 - 06 Idiot

Chapter 6 - 06 Idiot

Pilihan yang sulit. Mana mungkin Eli tentukan jalan yang akan Regas ambil?

Walaupun bicara, Regas tidak mungkin ikut ucapan Eli. Orang itu lagi-lagi mempermainkan Regi dalam lingkaran pesona mengandung racun.

Siapapun orang itu pasti akan bilang opsi kedua. Bukan hanya Eli. Tidak ada satu orangpun yang diam saja dapat perlakuan buruk. Telah banyak hal buruk yang Eli alami bersama Regas, lalu ia berakhir nelangsa?

Atau, justru ucapan Regas menjadi kesempatan tepat Eli untuk berhenti. Takdir tentukan Eli tak terjerumus terlalu jauh.

Eli belum kehilangan keperawanannya!

Kalau Regas menikah dengan Nata, Eli bebas. Atau justru menjadi lebih buruk?

Eli tahu Regas serakah. Orang tersebut egois.

"Kenapa kau bertanya, memangnya kau mau mengabulkan harapanku?"

Alis Regas terangkat.

"Yang mana? Buat kamu hamil anakku?"

Regas kembali bersmirk. "Memangnya kau sudah siap?"

Eli pejamkan matanya. Haruskah ia perjuangan cinta sampai sebegitu keras?

Belum tentu juga Regas pilih dirinya. Eli hanya wahana permainan orang itu.

"Aku tunggu jawabanmu, Eli."

Baiklah, Eli sudah dapat jawaban pas. Keputusannya sudah bulat. Eli membuka mata yang tadi sempat terpejam erat untuk memikirkan jawaban tepat.

Kalimat gila keluar dari mulut Eli. Hal paling gila yang pernah ia lakukan seumur hidup.

"Sebenar lagi aku lulus SMA. Mari menikah. Sebelum itu, hamili aku."

"Ku pikir kau sudah gila," ujar Regas cepat. Tepat setelah Eli berucap begitu, Regas bilang hal yang ia pikir.

Sial sekali.

Ucapan Eli walau Regas sebut gila, malah berlalu-lalang di otaknya. Menggerogoti otak Regas bak penyakit ganas. Tidak bisa Regas tampik hal tersebut!

Regas bingung!

Merasa bodoh oleh ketidakmampuan otak memanage diri.

Eli memantapkan niat. Akan ia katakan semua hal yang ia pikirkan saat itu. Tidak masalah. Tidak sedikitpun!

Eli percaya terhadap dirinya. Terhadap yang ingin ia perbuat.

Dengan tegas Eli pun bicara.

"Aku serius. Sudah sejauh ini Regas. Kau pikir aku bodoh, kau benar soal itu. Aku bodoh. Aku pun mengakuinya. Mau kau meninggalkan aku atau tidak, tak akan berdampak buruk terhadapku."

Regas terkesiap. Barusan Eli panggil ia menggunakan nama, bukan kakak. Sial, rasanya Regas ingin 'menandai' gadisnya saat itu juga.

Mengklaim Eli untuk menjadi milikku. Menjadi milik Regas seutuhnya. Hanya dengan memanggil Regas menggunakan nama sudah berefek besar terhadap diri Regas.

Regas terangsang!

Regas tahu itu gila.

Sial, Regas tak bisa!

Tak mampu menahan diri lagi. Menyebalkan!

Eli berhasil buat Regas tak berkutik. Lemah dalam pesona perempuan itu tidak tidak Regas akui. Gila.

"Setidaknya kau harus lulus kuliah dulu, Eli."

Berperang pada pikiran sendiri. Pada akhirnya, setelah menemukan sedikit titik terang, pada akhirnya Regas mencegah Eli. Jangan sampai mereka terjatuh.

Kecil kemungkinan kesalahan yang mereka perbuat menuai respon positif dari keluarga. Terutama Redis. Orang itu dipenuhi ambisi.

Yang Regas akui menurun padanya.

Untuk pertama kalinya Eli berdecih depan Regas. Sikap yang buat Regas menatap lebih intens. Berusaha menelusuri bagaimana kepribadian Eli yang sebenarnya.

"Aku tahu kau tak benar-benar peduli. Atas yang kau katakan tadi Regas, aku ucapkan terima kasih. Soal kuliahku, aku bisa atasi. Aku akan kuliah selama perutku belum terlihat jelas. Lalu sudah terlihat, aku akan mengambil cuti."

Semudah itu Eli bicara?

Tidak!

Kenyataannya melakukan hal tersebut sangat sulit!

Regas tahu benar.

Regas hanya mengela napas kesal. Eli mengobrak-abrik sisi emosional Regas yang jarang ia tunjukkan. Regas terbiasa pada sisi tenang.

"Kalau sudah terlihat? Kau mau menanggung malu!?"

Sial, Eli uji kesabaran Regas!

Orang-orang tahu, Regas dan Eli saudara.

*****

"Bukankah harusnya kita sudah menikah?"

Eli bertanya bingung. Kerutan terlihat pada wajah menawannya. Regas bukan orang baik, Eli tahu.

Eli hanya ingin mempertanyakan apa yang Regas pikirkan. Tentang hidup mereka yang lebih baik. Walau Eli tahu, Regas tidak mungkin menikahinya. Regas bukan orang baik.

Orang tersebut sangat buruk dan harusnya Eli paham terhadap yang terjadi. Eli hanya ingin mempertanyakan dan itu bukan kesalahan.

Eli bergerak bebas.

Regas datar. Dirinya menatap Eli seperti melihat anak kecil melakukan kesalahan fatal. Nakal. Anak kecil tersebut harus diberi pelajaran agar tidak berbuat nakal lagi. Apalagi kesalahan yang dibuat oleh anak kecil itu sudah tidak bisa ditoleransi.

Anak kecil pun juga harus mendapatkan hukuman pantas. Agar anak kecil tersebut terbiasa terhadap hal yang terjadi. Hidup akan pantas dijalani jikalau bisa memperlakukan sesuatu dengan baik dan benar.

Hidup terlalu berharga untuk disia-siakan dengan bersikap nakal terus.

Kesalahan si anak kecil adalah memecahkan guci mahal kesayangan sang ibu. Bukan satu atau dua kali si anak melakukan hal tersebut, akan tetapi banyak. Makanya harus diberi tahu segera.

Saksi mata si anak melakukan adalah Regas yang berperan sebagai ayah.

Sudah diperingati beberapa kali, tapi masih nakal juga. Bagaimana Regas tidak kesal?

Begitulah keadaan Eli saat itu.

Tahu kan sifat Regas seperti apa?

Tentu saja otomatis Regas kesal. Eli memancing emosi negatif yang sudah payah Regas tahan. Tidakkah Eli lebih tahu bagaimana cara baik dalam berhadapan dengan emosi Regas?

Setidaknya, lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Hal-hal yang berkenaan dengan emosi Regas. Setidaknya harus lebih berhati-hati. Harusnya begitu.

Menyebalkan, Regas marah. Hidup Regas juga tidak terlalu baik untuk dirinya. Menyebalkan.

Perubahan emosi Regas tidak bisa diprediksi. Tadi hanya menatap datar, setelahnya kemudian keluar suara menakutkan. Regas teriak.

Pertanyaan Eli lebih dari pertanyaan bodoh yang pernah Regas dengar seumur hidupnya.

"Kau pikir itu mudah!? Orang-orang tahu kita saudara kandung. Tidak bisa menikah dengan status begitu Eli."

Eli menjawab tegas. Tak harus menjadikan status mereka sebagai halangan. Eli tahu, Regas hanya tidak ingin menikahinya lalu membuat alasan yang sebenarnya tidak harus dilakukan.

Tipe lelaki bastard.

Eli tidak akan diam saja dapat perlakuan Regas yang begitu. Menyebalkan sekali. Eli tahu terhadap hal yang ia pikirkan saat itu. Regas dan isi pikirannya juga.

Eli paham. Eli juga sadar dimana posisinya. Bukan posisi yang baik. Eli adalah sampah di mata Regas.

"Aku tahu. Kita harus mengatakan yang sebenarnya kepada semua orang," ucap Eli mudah.

Ekspresi wajahnya datar. Eli tahu benar apa yang ia katakan saat itu. Tidak ada yang salah. Hidup Eli akan lebih mudah untuk dirinya sendiri. Bicara sesuai kenyataan yang bisa dan pantas dalam mengikapi sesuatu.

Semua akan lebih mudah untuk Eli.

"Tatap mataku baik-baik Elisabeth."

Regas seperti orang kesetanan mencengkram erat kedua bahu Eli. Emosi Regas tidak baik. Terlihat membara. Berapi-api.

Eli takut. Regas terlihat seperti monster mengamuk. Emosi Regas tak terkendali.

Eli menelan ludah sulit. Ia berhadapan langsung ke mata gelap Regas sebab orang itu memaksanya. Menatap penuh pada mata gelap terselimuti ambisi yang besar.

Mereka tidak pernah berakhir baik. Eli sadar.

Regas juga bukan orang baik yang akan bersikap dan memperlakukan Eli baik. Regas adalah orang paling kejam. Eli tahu akan tetapi ia bersikap bodoh.

*****