Eli sangat ingin berdecih. Sayang ia tak bisa lakukan itu. Ia tidak percaya diri melakukannya.
Dinikmati kata Regas?
Oh Tuhan, Regas aneh. Lalu Eli tersesat dalam pikiran gelap orang tersebut. Ikut terbawa arus.
Eli lemah.
Oke, Eli pikir, ia memang mengumbar lekuk tubuh pada orang lain. Jujur Eli pun risih memakai baju mini. Eli hanya ingin menghargai Ara dan Eve.
Well, juga tertarik melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan.
Eli terpikir akan sesuatu yang lain. Seolah tidak terjadi apa-apa, Eli pun mengalihkan pembicaraan.
"Kenapa Kakak pulang? Ada keperluan mendesak?"
Eli sadar diri Regas tak mungkin pulang untuk dirinya. Pasti ada keperluan lain yang mengharuskan orang itu datang. Entah apa itu.
Regas mengela napas yang tidak terlalu nyaring. Walau begitu Eli masih bisa mendengarkannya. Masalah yang Regas alami sulit?
Eli menajamkan pendengaran.
"Dad bilang aku harus menikah."
Untuk kedua kalinya jantung Eki terasa berhenti berdetak. Bahkan saat itu lebih buruk. Lebih parah ketimbang yang pertama.
Eli tidak salah dengar?
"Kakak bercanda?"
Tatapan Eli sangat tak percaya. Atau lebih tepatnya menolak sinyal suara yang ia dengar. Ucapan Regas tak ada yang benar. Jangan aneh-aneh. Tak akan pernah Eli biarkan Regas bermain-main. Soal menikah. Cukup hati dan perasaan Eli yang dipermainkan orang itu. Fakta tetaplah fakta. Kenyataan tak mungkin berubah jadi berita bohong.
Regas menatap lurus Eli. Tidak mengalihkan pandangan sedikitpun dari perempuan tersebut.
"Aku serius." Regas bersmirk. Ia ingin lihat reaksi Eli.
Mengenai panggilan, sudah sejak dulu Regas mewanti-wanti agar Eli memanggilnya cukup menggunakan nama, bukan kakak. Perempuan itu menolak. Sampai sekarang pun, Eli masih kekeuh memanggil Regas dengan sebutan kakak.
Alasan Eli cukup masuk akal. Dia bilang lidahnya sudah terbiasa sebut kakak. Kalau diubah rasanya aneh. Eli tak nyaman pakai sebutan begitu.
Dari masih bayi sampai besar panggil Regas mengunakan kakak. Salah kalau Regas langsung suruh Eli panggil ia nama. Kalau dipikir-pikir pun, pasti gak bakal dibiarkan begitu. Terutama Rein.
Pihak keluarga ingin hubungan mereka tetap seperti keluarga. Keluarga yang benar-benar keluarga.
Regas menghormati Rein sebagai mom-nya. Segan dan rasa-rasa baik lain, terus tertuju untuk orang baik tersebut. Seburuk apapun sikap Regas, ia sangat menghormati Rein.
Begitupun dengan keluarga lain. Oleh sebabnya, Regas tak banyak menuntut soal panggilan lagi. Terserah Eli terus memanggil dirinya kakak. Hubungan mereka toh terus berjalan.
"Aku dijodohkan dengan anak auntie Meyra dan uncle Davidson. Katanya sih namanya Natalie. Seseorang yang dekat kalian. Aku melihatnya. Setelah ku lihat." Sengaja Regas mengantungkan kalimat agar terkesan misterius. Memancing Eli untuk penasaran terhadap kelanjutan ucapannya. "Dia cantik," lanjut Regas. Senyum muncul pada wajah angkuh tersebut.
Perasaan Eli tersentil. Ia kesal. Kenapa pula ketemu dengan orang semacam Regas. Lebih gilanya lagi, Eli dengan bodohnya menyerahkan diri beserta tameng perasaan untuk makan hati berhadapan dengan sikap tanpa perasaan Regas.
Eli si perempuan bodoh yang rela dirinya disakiti terus-terusan. Wanita mana yang lebih bodoh ketimbang Eli?
Tidak ada!
Sampai saat itu, walau Eli tahu ia menyukai Regas, Eli masih belum tahu apa itu yang namanya cinta sejati. Ketulusan hati suci mendambakan cinta fitrah. Cinta tulus antara dua manusia berlainan jenis.
Eli hanya tahu ia ingin bersama Regas selama tidak ada halangan berat menghampirinya. Contoh, seperti Eli mati.
Eli pasti sudah gila.
Mulut Eli monyong seperti bebek. Kalau sedang kesal, ia sering lakukan hal itu.
"Dasar tega. Ya sudah kita putus. Berkenalan dengan dia, kalau kamu ngerasa cocok, menikahlah." Meski sakit, pada akhirnya Eli bilang demikian.
Eli cukup realistis meskipun ia lebih sering merasa bodoh oleh pesona Regas. Cinta itu benar buta. Membuat orang yang merasakan tidak bisa membedakan mana yang baik dan salah. Kalaupun otak, akal sehat, dan logika bilang suatu interaksi dalam cinta salah, sisi cinta akan membutakan hal tersebut.
Cinta menggerogoti Eli sehingga Eli menjadi manusia idiot.
Regas sempat kaget, hal itu hanya berlangsung beberapa detik. Sudah lebih dulu Regas tatap Eli lebih dekat. Kembali Regas menyudutkan Eli di dinding.
Kurang ajar, Eli buat Regas serta salah. Harusnya Regas cukup bereaksi biasa. Eli bukan apa-apa untuk Regas!
Kedua tangan Regas mengurung Eli di kiri kanan kepala sang kekasih.
Regas bersmirk lihat sikap Eli. Wajahnya pucat!
"Kau bermain-main denganku?"
Eli menunduk. Kepala sontak menggeleng. Eli takut dengan aura yang Regas pancarkan. Terlalu kuat. Auranya berwarna gelap.
"Tidak."
"Tatap aku." Regas angkat dagu Eli agar lihat dirinya. Mengintimidasi perempuan itu dengan aura gelap. Memenjarakan mata Eli dalam ruang lingkup seperti lingkaran setan.
Regas akui, ialah setan tersebut.
Regas memiringkan kepalanya. Menatap Eli seolah-olah menelisik Eli. Bila perlu sampai menelanjanginya!
Menguliti Eli hidup-hidup.
"Kau pikir aku tidak tahu isi pikiranmu, Eli sayang? Kau ingin anak dariku Eli. Sayang sekali aku tak kan biar itu terjadi."
Eli sempat tersentak kaget. Dari mana Regas tahu?
Sejak kapan orang itu mengetahuinya?
Eli seperti astronot di luar angkasa tanpa tabung oksigen!
Sulit bernapas!
Beberapa detik setelahnya Eli menata pikiran. Ia tidak boleh kalah saat itu. Regas bukan penghancur pas untuk Eli. Regas tidak mungkin berhasil menghancurkan Eli berkeping-keping.
Tidak boleh!
Eli bersikap biasa. Berusaha sekuat tenaga agar tak mencolok. Ia harus tahan. Tak boleh Regas tahu yang sebenarnya. Dengan kata lain Eli berusaha menampik.
Regas berdecih. Bersikap seolah-olah jijik ke Eli. Masih keras kepala bersikap sok kuat dihadapannya!?
Sial!
Regas mencari celah untuk menyudutkan Eli. Membuat perempuan itu tidak bisa berkutik. Lalu lama kelamaan mengaku. Sial, menyebalkan sekali. Regas marah!
Regas menatap Eli sembari mencemoohnya.
"Tidak sulit lakukan itu Eli. Bagaimana bisa orang terdidik sepertimu mendadak bodoh hanya demi cinta tulus? Cinta tulus pun bisa sedikit berlogika kalau kau tidak idiot. Cemburu itu bukan sebab khawatir ditinggalkan, akan tetapi akal sehatnya yang mulai muncul setelah lama dibutakan oleh cinta. Yang terjadi saat sedang cemburu, merasa dikhianati dan paling nelangsa. Kalau begitu artinya orang tersebut tidak bersyukur. Aku punya sistem berpikir beda dari orang kebanyakan. Bersyukurlah aku tahu pemikiran burukmu hanya sebatas ini." Regas membelai wajah Eli. "Oke, ku akui kau tulus," pungkas Regas setelahnya. Sekaligus menjadi akhir dari ucapan yang ia katakan.
Regas bicara 'tulus' tak sejalan dengan makna kalimat. Hal menyedihkan lain yang orang itu perbuat. Pas sekali. Regas adalah contoh orang-orang kurang kasih sayang. Sifatnya memang tidak peduli pada orang lain, namun ia juga ingin sesekali berbaur dengan teman-temannya.
Prinsip berpikir hanya ingin dunia sendiri menjadi gas beracun untuk orang itu sendiri. Saat ingin berbaur, otak Regas berontak mengatakan tidak boleh.
Sedikit banyaknya sesuatu akan lebih baik untuk ditindaklanjuti. Sayangnya, Regas berbeda.
Eli menghela napas. Ia sudah tidak tahan. Regas terlalu mendominasinya.
"Sekarang bilang jujur, kau ingin aku ikut perintah Dad atau memilihmu?"
Regas mempersulit Eli.
*****