Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Surrealistic Lucelence (Andrea den Svard)

🇮🇩aleyshiawein
--
chs / week
--
NOT RATINGS
29.7k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - LAT Digital Art, Mikrov, Glimms

Gothenburg, Swedia

15 Maret 2058

09.20 AM CEST

Arus lalu lintas pejalan kaki dan pesepeda sudah terlihat padat sejak pagi di sepanjang jalanan pusat kota. Hari ini adalah hari libur nasional, mempersilakan sebagian besar penduduk kota yang sibuk sepanjang tahun untuk menghabiskan waktu mereka bersama keluarga dan kerabat dengan berolahraga, berpiknik di ruang hijau kota, atau berpartisipasi dalam kegiatan amal dan cinta lingkungan. Namun, kali ini ada sesuatu di pusat kota yang menarik perhatian mereka.

Sebuah papan reklame milik sebuah perusahaan teknologi seni digital disana seolah menyihir siapapun yang melihatnya. Avatar-avatar manusia, hewan, dan tumbuhan muncul, keluar dari dalam papan reklame. Mereka turun menapak di paving jalan, menyapa para pejalan kaki yang sudah mulai terbiasa dengan fitur teknologi seperti itu di ruang publik. Avatar-avatar itu bergerak menyerupai manusia, berbicara interaktif lewat gelembung-gelembung kata virtual yang dimengerti manusia lawan bicaranya. Pencipta para avatar itu sepertinya ingin membuat simulasi dari fitur-fitur dunia manusia dan cara mereka berhubungan satu sama lain dalam versi digital.

Lima belas menit kemudian, avatar-avatar itu kembali masuk ke dalam papan reklame, berubah menjadi bentuk dua dimensi. Para pejalan kaki yang tadi berinteraksi dengan mereka menjadi penasaran, ingin lebih lama merasakan sensasi hidup di dalam dunia virtual, alias metaverse, yang terkesan sangat futuristik itu.

[Hadirilah Demo dan Peluncuran Fitur Teknologi Baru LUBEL Metaverse Hari Ini!]

[Lucelence Art Technology, Sweden]

[Leading Digital Art and Reality Technology Company in Europe]

Simulasi metaverse bernama LUBEL itu kemudian berakhir, dan setelahnya perhatian orang-orang disana tertuju pada kedatangan sebuah mobil sport mewah yang membawa seorang pria ke depan gedung perusahaan pengembang metaverse itu. Semua orang tahu, bahwa dia adalah Calle Svard, CEO dari Lucelence Art Technology (LAT), perusahaan yang telah berkontribusi besar pada perekonomian dan kemajuan negara mereka selama dua dekade terakhir.

Di dalam gedung, suara tepuk tangan terdengar meriah, menggema di seluruh penjuru ruangan luas bergaya futuristik-klasik. Kilatan cahaya kamera jurnalis dan sorak-sorak setengah memuja mengiringi langkah pria CEO berperawakan tinggi dengan pakaian kasual-formal itu naik ke atas podium. Svard sedikit tersenyum, terkesan dingin dan kurang ramah nyaris dipaksakan. Tangannya sekilas melambai, sekedar berbasa-basi di depan kamera jurnalis yang melliput acara peluncuran fitur bisnis terbarunya hari ini.

Oh, sungguh etika seorang pebisnis ulung.

DEP!

DEP!

Satu per satu lampu ruangan dipadamkan begitu Svard tepat menapak di podium beralaskan karpet beludru biru indigo. Dinding-dinding kaca di sekitar mereka berubah tampilan, menjadi gelap tak ditembus cahaya. Avatar-avatar keluar dari sana, bergabung dengan orang-orang di ruangan, persis seperti yang tadi muncul dari papan reklame depan gedung.

Sebuah layar hologram berukuran empat kali enam meter berpendar di dekat Svard. Uniknya, bukan tulisan atau gambar yang muncul sebagaimana banyak orang menduga, melainkan segumpal cahaya yang bergerak seperti awan berwarna violet.

Gumpalan cahaya itu membentuk lingkaran, dengan sisi-sisinya yang dibatasi garis-garis lengkung berwarna hitam tipis nyaris tak terlihat. Penampakannya persis sekali dengan penggambaran anak kecil akan bentuk matahari dan bulan nan sempurna. Itu adalah Mikrov, semacam pintu digital untuk memasuki metaverse.

"LUBEL adalah metaverse yang telah dibuat sejak tahun 2041 oleh para ilmuwan dan perancang metaverse terbaik di Lucelence Art Technology, termasuk diriku sendiri..."

Pria berambut abu platinum itu membuka presentasinya. Sebuah video tiga dimensi tentang cuplikan evolusi perusahaan kemudian muncul, menyembul dari dalam Mikrov. "Selama belasan tahun, LUBEL terus melakukan inovasi, dan itu tidak akan berhenti."

"Tahun ini, LUBEL kembali membuat terobosan: sebuah perangkat yang dapat mengatasi ketidaknyamanan para pengguna untuk masuk ke dalam metaverse." Svard tersenyum misterius, mempermainkan atensi dan rasa penasaran audiens di depannya.

Ia lantas menggerakkan tangannya ke arah Mikrov, mengganti video cuplikan tadi dengan video tiga dimensi interaktif lainnya: seorang model wanita berdiri di depan Mikrov, berusaha mengenakan perangkat optik besar di matanya, yaitu kacamata VR. "Selama ini kita kerap kali merasa kesulitan, malas, atau bahkan enggan menggunakan perangkat-perangkat berat seperti kacamata VR. Kita harus repot memasangnya di mata kita sebelum masuk ke dalam rumah atau bisnis digital yang kita bangun di dalam LUBEL."

Audiens di depan tampak mengangguk, sepenuhnya setuju dengan pernyataan Svard.

"Karenanya, kita memerlukan suatu perangkat yang lebih nyaman, ringkas, ringan, dan tentunya memiliki fungsi lebih baik dari kacamata VR yang selama ini kita gunakan."

Video model wanita tadi terus berjalan, dan kali ini ia mengambil sesuatu di dalam kotak khusus: lensa kontak.

Tidak ada yang aneh, hanya wanita itu yang mengenakannya seperti lensa kontak biasa. Namun, beberapa detik setelahnya terlihat kedua iris mata wanita itu berbinar warna perak, dan secara bersamaan gelembung-gelembung berisi informasi dasar si wanita yang meliputi nama, usia, pekerjaan, jumlah aset di dalam metaverse, dan status memori muncul dari dalam Mikrov.

Sampai sini, respon berbeda mulai tampak dari barisan audiens.

"Kalian lihat apa yang model wanita ini gunakan?"

Beberapa pendengar presentasi berusaha menjawab meski ragu.

Pria itu tersenyum, mengangguk percaya diri, "Ya, sebuah lensa kontak untuk menggantikan kacamata VR yang cukup merepotkan dan membahayakan kesehatan mata jika digunakan dalam waktu yang lama."

Audiens tampak mengangguk-ngangguk, mulai serius dan kritis akan fitur baru metaverse langganan mereka, menerka-nerka banyak hal mulai dari keamanan sampai harga beli.

"Lensa kontak ini bernama 'Glimms'."

Profil produk tiga dimensi keluar dari tengah Mikrov, menjelaskan fitur sampai cara penggunaan secara lebih interaktif.

"Lensa kontak ini memiliki sistem yang sama persis, bahkan lebih baik dari kcamata VR dalam mendeskripsikan benda-benda di dalam dunia digital. Glimms akan terhubung langsung dengan saraf-saraf di retina Anda, dan menstimulasi kemampuan interpretasi benda-benda secara lebih tajam dan akurat."

Para penonton di depan semakin antusias.

"Glimms dilengkapi dengan fitur pengenalan warna yang setara dengan seorang tetrakromat, dimana ketika Anda menggunakannya, Anda akan mampu mengenali lebih dari seratus juta warna dalam spektrum cahaya tampak, ratusan kali lipat dari kemampuan manusia normal."

Tepuk tangan terdengar bersamaan dengan decak kagum, mengapresiasi inovasi yang belum apa-apa sudah terdengar sangat futuristik, mahal, dan bermanfaat. Mereka yang kebanyakan adalah pelanggan LUBEL tampak sangat antusias, beberapa mungkin juga sudah siap merogoh kocek dalam untuk membeli Glimms di peluncuran pertamanya.

Namun, rupanya tidak semua orang yang menghadiri presentasi peluncuran fitur perusahaan itu tertarik, seperti halnya seorang gadis berkacamata besar di pojok ruangan sana. Gadis itu memang sedikit penasaran akan perkembangan teknologi, tetapi di sisi lain ia tidak tertarik. Sedari tadi ia hanya melipat tangannya, bersandar pada tiang gedung sembari mengunyah kudapan gratis yang disediakan untuk seluruh orang yang hadir.

"Glimms akan membuat Anda lebih nyaman dan ingin terus berlama-lama berada di LUBEL. Tidak perlu khawatir lagi dengan kebosanan dan ketakutan akan hilangnya persepsi Anda tentang dunia yang sebenarnya. Begitu Anda melepas Glimms, seluruh memori Anda di dalam LUBEL akan terlepas, dan baru akan kembali ketika Anda mengenakannya lagi."

"Dengan demikian, Anda akan memiliki dua persepsi kehidupan di dua dunia yang berbeda."

"Wow wow wow! Itu gila." Teman si gadis berkacamata di pojokan itu geleng-geleng kepala, "Bagaimana dia bisa mengatur persepsi manusia seperti itu?" lanjutnya.

Gadis berkacamata itu menghela, "Terdengar seperti cita-cita yang mengawang-awang, tapi lihatlah dia..." ujarnya, lurus memperhatikan sang pria pembicara melakukan demo untuk produk barunya di atas podium.

"Aku bahkan tidak percaya jika sebuah teknologi biomedis paling panas abad ini dapat masuk ke dalam sebuah sistem metaverse. Luar biasa, Aku ingin mencobanya sekali."

"Mencoba apa?"

"Membeli aset di LUBEL. Barangkali aku akan menjadi kaya raya disana meskipun aku miskin di dunia nyata."

Gadis berkacamata tebal itu kembali menggeleng, "Berhentilah berbuat aneh-aneh yang mengundi nasib, Hellen. Lebih baik kau simpan uangmu untuk membangun studio patungmu sendiri. Setelah kau sukses, baru kau dapat menginvestasikannya di metaverse itu."

"Oh, ayolah, Andrea. Dunia sudah semakin modern, tapi kenapa kau sangat menarik diri dari perkembangan teknologi?"

"Siapa bilang aku menarik diri? Buktinya aku datang ke presentasi perusahaan ini, bukan?"

"Ya, tapi kau hanya terus menerus skeptis alih-alih terkesima dengan kecanggihan perusahaan ini dan ketampanan Calle Svard di depan sana. Kau sungguh aneh, Andrea."

Andrea memutar matanya malas, "Tampan bagaimana? Rambutnya bahkan terlihat seperti lilin..."

Ucapan Andrea tertahan, tak lanjut menghina si pria begitu matanya menangkap tampilan baru dari Mikrov di depan sana: beberapa lukisan, satu per satu muncul bergantian.

Calle Svard kembali berbicara, kali ini benar-benar terdengar seperti pebisnis yang berpromosi. "LUBEL Digital Art Gallery akan diluncurkan tahun ini, dalam waktu dekat. Kami akan mengundang para seniman terbaik di Swedia untuk menjadi kontributor seni digital resmi di Lucelence Art Technology..."

"Hey! Apa aku tidak salah dengar?" Hellen lebih dulu heboh, mengguncang pelan bahu Andrea, "Ini kesempatan bagus untukmu, Andrea. Kau bisa mewujudkan mimpimu sebagai pelukis profesional dan lebih populer lewat mereka!"