Chereads / Rahasia sang Milyader / Chapter 12 - Kekesalan Bryan

Chapter 12 - Kekesalan Bryan

Bryan segera pergi dari rumah kembali ke apartemennya sendiri moodnya menjadi buruk ketika Rayhan seperti itu, apa maksudnya. Sebelum dia pergi kemarin Rayhan dengan tenang berbicara jika Bryan adiknya boleh memperlakukan Yasmin sesuka dirinya, namun hingga saat ini Bryan sendiri tak sampai hati menyakiti wanita itu dan bahkan siapa orangnya yang akan menolak pesona Yasmin. Cantik, energik, dan juga cerdas, sayangnya dia memang terlalu naif dalam hal cinta. Mungkin dia memang belum pernah berpacaran sebelumnya membuat Yasmin terlihat kaku jika sedang bersama dengannya.

Langkahnya terhenti ketika abraham memanggil dirinya. "Apa kau akan pergi lagi Bryan?" seru Abraham menatap wajah Bryan yang terlihat sedang kesal. "Apa yang terjadi Nak? Semuanya baik-baik saja bukan?" ujar Abraham. "Ya seperti yang Papa lihat sekarang! Maaf Pa, aku harus segera pergi sampai jumpa," seru Bryan segera berlalu begitu saja meninggalkan Abraham yang sepertinya kesal dengan apa yang baru saja dilakukan oleh anaknya tersebut.

"Dasar anak muda jaman sekarang susah diaturnya," gumam Abraham. "Siapa yang susah diatur Pa, apakah dia Bryan? Dia masih belum bisa berpikir jernih Pa, tolong dimaafkan ya," seru Irena pada Abraham dia juga tak mau mereka berdua kembali salah paham seperti dulu, akibat kesalahan dari Kakaknya Rayhan, Bryan lah yang paling tersakiti pada akhirnya.

"Sudahlah Pa, biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri jika memang mereka tak bisa menyelesaikannya baru kita turun tangan membantunya," ujar Irena pada Abraham. "Iya kau benar sayang biarkan saja mereka melakukan yang terbaik untuk masa depan mereka kita hanya harus memantaunya saja."

Abraham pun ikut memperhatikan interaksi putrinya dengan menantunya tersebut. "Smoga saja mereka dapat selalu rukun ya Ma," seru Abraham.

"Ya kau benar Pa, kita doakan yang terbaik untuk mereka semuanya, anak-anak kita."

Sementara di perjalanannya Bryan tampak sedang menghubungi seseorang.

"Hallo apa semua baik-baik saja? Apakah Kakakku akan tinggal lama di sana?"

"Sepertinya tidak karena malam ini Rayhan akan menyelesaikan semuanya, dia bertindak sangat cepat kali ini. Kemarin begitu sampai dia langsung bekerja jadi tak perlu menunggu lama, semua akan beres!"

"Oke, aku percaya padamu. Aku harap kakakku tidak membuat masalah di sana, tolong kau awasi dia mengerti!"

"Baik Tuan Bryan aku faham. Sampai jumpa!"

Klik.

Bryan kembali melajukan mobilnya dengan cepat menuju apartemennya. Hanya memerlukan waktu tujuh menit dari waktu yang biasanya dilakukan dengan cara santai, ya Bryan memang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi dia tidak peduli dengan kendaraan lain yang setiap saat membunyikan klaksonnya marah kepadanya yang ugal-ugalan tak jelas di jalan raya.

Begitu sampai di apartemennya Bryan melempar apa yang ada di depannya.

Prang!

Sebuah gelas dia lempar ke dinding, kekesalannya pada Rayhan sungguh membuat dirinya ingin membuang apapun yang ada di dekatnya. "Apakah kau amnesia Kak? Padahal baru sehari saja kau pergi dan kau melupakan perkataanmu sendiri. Sungguh sulit dipercaya kenapa kau semudah itu membolak-balikan perkataanmu sendiri. Kau tidak pantas untuknya, dia terlalu baik untukmu dan lihatlah bahkan kau sengaja ke New York membawa wanita itu bahkan kau menciptakan kebahagiaanmu sendiri tanpa mengingat akan dirinya dia yang pasti akan terluka jika melihat kau bersama dengannya dan bukan hanya itu saja, Papa pasti akan sangat marah besar padamu."

Bryan menyesap wine yang ada di tangannya. waktu sudah sore namun dia masih belum beranjak dari duduknya dia enggan untuk melakukan apapun, hingga dia hampir saja tertidur ketika dia mendengar bunyi perutnya yang meminta jatah untuk diisi. Dia bahkan sampai lupa hanya sarapan kecil yang dia lakukan bersama dengan Yasmin tadi pagi dan setelahnya dia tak memakan apapun pantas saja tubuhnya protes saat ini.

Dilihatnya isi lemari pendingin namun kembali dia menutupnya lagi. Dengan segera dia mengambil kunci mobilnya dan segera kembali ke hotel lebih tepatnya kamar Rayhan. Kesendiriannya memilih untuk segera balik ke suite room tersebut dan berharap agar Yasmin sudah ada di sana menunggunya dan tepat begitu dia masuk aroma masakan tercium di hidungnya.

"Sepertinya ini sangat enak!" seru Bryan melingkarkan tangannya di pinggang Yasmin dan meletakkan kepalanya di bahu wanita itu. "Benarkah? bahkan kau belum mencobanya darimana kau bisa tahu jika ini enak?" ujar Yasmin. "Aku sangat yakin sekali jika wanita yang tengah memasak ini adalah wanita yang cerdas jadi tak mungkin jika dia asal-asalan dalam memperlakukan suaminya, apalagi servisnya dalam hal ini," bisik Bryan di akhir kalimatnya tak lupa dengan gerakan tangannya di bawah sana mengusap milik Yasmin perlahan.

"Ray, apa yang kau lakukan aku sedang memasak bagaimana jika makanan yang aku masak menjadi gosong karena perbuatan yang kau lakukan ini!" seru Yasmin namun tidak serta merta marah dengan keseriusannya Yasmin hanya berkata dengan nada sedikit manja.

"Biarkan saja aku akan memesannya yang jauh lebih enak dari yang kau masak, bagaimana?" ujar Bryan namun Yasmin hanya menggeleng. "Tidak. Aku sedang ingin memasak makanan ini karena aku sedang merindukan orang tuaku, biasanya jika aku merindukannya aku akan masak makanan ini dan minum di luar bersama dengan para pegawai di rumah."

"Maafkan aku jika itu justru malah membuatmu sedih sayang," seru Bryan tatapannya menuju pada bibir milik Yasmin yang tampak mempesona untuknya. Perlahan Bryan mendekatkan dirinya dan melumat bibir tersebut. Yasmin pun hanya bisa pasrah ketika tubuh Bryan mendesak mendorongnya ke dinding sebelum dia mematikan api di kompor terlebih dahulu.

Ciuman biasa berubah menjadi gairah yang sulit untuk dipadamkan jika keduanya belum menemukan titik kepuasan.

"Kita lakukan disini saja sayang," bisik Bryan mengangkat tubuh Yasmin dan merebahkannya di meja makan. Seperti kemarin malam, Bryan memperlakukan Yasmin dengan lembut dia tak ingin menyakiti sesuatu yang paling berharga tersebut.

"Argh, Ray bisakah kau lebih cepat sedikit, a-aku sudah tidak tahan lagi!" suara memohon milik Yasmin membuat Bryan semakin semangat mempercepat gerakannya seperti yang diinginkan oleh Yasmin saat ini. Bryan justru membayangkan jika Yasmin berteriak memanggil namanya bukan kakaknya Rayhan.

"Ray, aku akan segera sampai," ujar Yasmin ketika hujaman milik Bryan semakin cepat di bawah sana. "Bareng sayang aku juga tidak sabar ingin menumpahkan semua milikku di dalam sana," bisik Bryan tak selang berapa detik mereka berdua pun mencapai titik kepuasannya. Bryan hampir saja ambruk jika tak mengingat dimana dia sekarang, begitu semua dia keluarkan di dalam segera dia membersihkannya menggunakan tisu yang ada tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini tak lupa di juga membersihkan area milik Jasmine setelah dirinya selesai dibersihkan.

"Aku ingin melihat sisi liar yang lain darimu, aku ingin kau yang mendominasi apakah kau mau sayang?" seru Bryan membuat Yasmin terdiam mencerna perkataan Bryan padanya.

"Maksudmu? bisakah kau jelaskan padaku?" ujar Yasmin. Bryan tersenyum menyerigai dan menarik tangan Yasmin ke ranjang.