Setelah bertemu dengan Mr. Robert dan kerjasama didapatkan olehnya, Rayhan bergegas pulang ke hotel tempatnya menginap. Tidak seperti biasanya Rayhan mempercepat perjalanan bisnisnya biasanya dia akan berlama-lama di New York karena kebebasan yang dirasakan olehnya. Namun berbeda dengan sekarang dia justru sudah mempersiapkan kepulangannya dan memang sengaja tidak memberitahu siapapun termasuk Bryan adiknya.
"Apa semua sudah siap jika iya ayo kita berangkat!" seru Rayhan pada kru awak pesawat yang sudah sedari tadi menunggunya. "Kami sudah siap Tuan muda mari kita berangkat," seru kapten pilot. Rayhan mengangguk dan merangkul bahu Alexa membawanya masuk ke dalam jet pribadinya.
"Kau sangat menyebalkan Ray, padahal kita baru juga dua hari di sini kenapa kau sudah mengajakku pulang padahal aku masih mau di sini kau tahu," seru Alexa yang kesal dengan sikap Rayhan yang tiba-tiba berubah. Rayhan pun hanya diam tak menanggapi perkataan Alexa.
"Jangan bilang kau merindukan istrimu itu," seru Alexa dia bersungut kesal.
"Kenapa kau berfikiran seperti itu sayang, aku sudah selesai bertemu dengan Mr Robert jadi untuk apa berlama-lama di sini. Jika musim dingin sedang berlangsung mungkin aku mau berlama-lama karena aku akan terus menarik dirimu agar ranjangnya hangat selalu," seru Rayhan. "Sudahlah aku tahu kau kesal hanya karena kau ingin selalu bersama denganku bukan, tenang saja kita masih dapat bersama jadi tak perlu risau dan kau tak perlu mempermasalahkan statusku karena aku dan dia bersama atas dasar perjodohan bukan atas dasar cinta kau mengerti," seru Rayhan mencoba untuk menenangkan kekasihnya tersebut.
"Oke baiklah aku akan mencoba untuk percaya padamu," seru Alexa.
Perjalanan panjang yang dilalui oleh Rayhan akhirnya segera berakhir, dengan cepat dia menuju tempat parkir di mana mobil sportnya terparkir di sana. Jangan tanyakan tentang Alexa dia sudah pasti pergi terlebih dulu ke apartemennya karena Rayhan tak ingin jika ada orang lain yang tahu jika dia pergi bersama dirinya.
"Hallo."
"Hallo, Julia apa kakak iparmu ada di sana?"
"Loh bukankah dia ada di apartemennya, oh tidak maksudku kamar hotel milikmu."
Rayhan menepuk jidatnya meskipun adiknya tak melihatnya namun tetap saja kenapa dia begitu bodoh.
"Maafkan aku, aku lupa jika dia ada di sana, bagaimana kabarmu?"
"Baik, kau kenapa seperti gugup itu?"
"Tidak ada Julia aku hanya sedang tidak enak badan saja makanya suaranya jadi terdengar begitu, baiklah aku akan segera pulang ke rumah. Sampaikan salam untuk Mama di rumah. Bye!"
Klik.
Rayhan segera melanjutkan perjalanannya pulang ke hotel.
Sementara di hotel Bryan selesai mandi dan akan segera keluar menuju ruang kerja Kakaknya. "Kau akan pergi padahal ini sudah sore apakah kau tak ingin makan malam denganku?" seru Yasmin melihat Bryan yang dia sangka Rayhan menuju pintu utama. "Nanti aku hubungi lagi sayang aku ke ruangan ku dulu ada sesuatu yang harus aku kerjakan."
"Baiklah jika sudah selesai tolong segera kabari aku, jika kau ingin makan malam aku akan menyiapkannya untukmu," ujar Yasmin, sedangkan Bryan hanya dapat tersenyum dan menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Yasmin.
Yasmin terduduk di sofa setelah Bryan pergi meninggalkannya sendiri di kamar. "Aku merasakan ada yang berbeda, tapi semoga itu hanya firasat diriku saja," ujar batin Yasmin.
Pikirannya terus saja berjalan memikirkan kejadian demi kejadian dua hari terakhir ini, tanpa sadar dia menggelengkan kepalanya perlahan. "Tolong jangan buat aku gila," ucapnya pelan.
"Siapa yang membuatmu gila Yasmin?" seru Rayhan membuat Yasmin terkejut mendengar suara bariton yang didengarnya sama dengan awal pertama kali dia dengar di rumah Abraham mertuanya.
"Eh kau sudah pulang bukankah tadi kau bilang akan ke bawah. Maksudku ke ruang kerjamu?" seru Yasmin membuat Rayhan menautkan kedua alisnya dan langsung tanggap berpikir jika uang dimaksud oleh Yasmin adalah Bryan adiknya.
"Kau lihat, kenapa bajumu juga ganti? Bukankah tadi kau hanya memakai t-shirt warna orange kenapa sekarang berganti kemeja hitam?" seru Yasmin terheran dengan penampilan Rayhan yang sangat berbeda dari sebelum dia pergi.
"Sial! Itu pasti Bryan yang sengaja menjadi diriku selama aku pergi," gumam rayhan dalam hati.
"Eh kenapa kau malah diam saja," seru Yasmin. "Eh iya maafkan aku, aku hanya mencoba mencari sesuatu yang bisa dipakai oleh ku nanti setelah mandi."
Yasmin semakin tak mengerti dan dibuat pusing oleh perkataan Rayhan suaminya. "Mandi .... bukankah kau sudah mandi barusan sebelum kau keluar kamar!" Yasmin semakin heran dengan perkataan yang disampaikan oleh Rayhan kepadanya.
"Iya kenapa lagi, adakah yang aneh denganku?" seru Rayhan mencoba mengorek keterangan dari Yasmin perlahan.
"Tentu saja ada, bahkan kau baru saja mandi tadi sebelum kau berpamitan untuk keluar," ujar Yasmin.
"Sorry sayang aku lupa jika tadi aku menabrak sesuatu di bawah sepertinya pegawai kurang hati-hati membuatku menabrak nampan akhirnya pakaianku kotor begini dan aku membuangnya. Aku pergi dulu ya sayang!" Rayhan berpamitan pada Yasmin yang masih saja terdiam tak faham dengan apa yang dibicarakan oleh suaminya.
Di dalam kamar mandi Rayhan merasa sangat kesal karena ternyata adiknya Bryan telah berani bertukar posisi dengannya hal yang biasanya suka dilakukan olehnya sebelum menikah namun sekarang dia berani melakukan hal itu tanpa meminta ijin terlebih dahulu padanya.
"Awas saja kau Bryan aku akan datang padamu nanti," seru Rayhan disertai guyuran air dari shower yang dia nyalakan.
Tok .... tok .... tok ....
"Ray apakah kau baik-baik saja?" seru Yasmin dari luar pintu, dia khawatir karena mendengar suaminya berteriak dari dalam kamar mandi.
Tak ada jawaban yang terdengar, Yasmin pun semakin cemas dan mondar-mandir di depan pintu kamar mandi.
Ceklek.
Rayhan pun keluar dan membuat Yasmin terkejut karena dia hanya menggunakan handuk kecil yang melilit di pinggangnya.
"Kau, sedang apa kau di sini?" seru Rayhan menatap Jasmine tak percaya jika istrinya menghawatirkan dirinya.
"Aku .... apakah kau baik-baik saja kenapa kau berteriak tadi?" seru Yasmin.
"Aku hanya sedikit kesal dengan diriku sendiri jadi tak perlu kau menghawatirkan diriku," ujarnya.
"Sebaiknya kau bersiap aku ingin kita makan malam bersama," seru Rayhan segera mengambil pakaian yang telah disiapkan oleh Yasmin untuknya.
"Kenapa kau masih berdiri di sana apakah kau tak ingin makan malam berdua denganku?" ujar Rayhan.
"Baiklah aku ganti baju dulu," sahut Yasmin segera mengambil pakaiannya dan menggantinya. Rayhan tampak sudah santai duduk di sofa menunggu istrinya mengganti pakaiannya.
"Aku sudah siap," seru Yasmin Rayhan mengangkat wajahnya menatap tajam pada Yasmin istirnya. "Kenapa dia terlihat sangat cantik sekali, pantas saja jika Bryan menggunakan kesempatan selama aku pergi kemarin," gumam Rayhan dalam hatinya.
Rayhan menggulir ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Aku ingin bertemu dan bicara padamu, kau tak boleh beralasan lagi!"
Klik.