Alexa kesal tentu saja bagaimana mungkin dia dengan mudahnya terusir dari ruangan Rayhan padahal biasanya dia bisa sesuka hatinya keluar masuk tanpa ada yang melarang dirinya apakah dia benar-benar sedang sial hari ini.
Alexa pun menghubungi Bryan memintanya untuk mengantarkannya pulang ke apartemennya. Dan di sinilah dia bersama dengan Bryan sedang melampiaskan kekesalannya itu.
"Kau tahu kakakmu benar-benar menyebalkan karena dia sama sekali tidak mau membantuku apalagi membela diriku di depan kedua orang tuaku apakah dia sudah lupa bagaimana rasanya aku menghangatkan ranjangnya tiap malam. Bahkan tempo hari ketika dia berada di New York pun aku yang berada di sisinya."
Bryan pun terkejut mendengar pengakuan Alexa tersebut namun dengan cepat mencoba untuk tetap tenang meskipun sebenarnya hatinya sangat kesal dengan apa yang baru saja didengar olehnya.
"Kau ke New York sendirian atau bersama dengannya? Karena setahuku dia memakai jet pribadi," ujar Bryan tak percaya dengan pengakuan kekasih kakaknya itu.
"Tentu saja bersama dirinya aku pergi karena dia yang mengajak secara langsung bahkan dia yang mengurus semua dokumen yang dibutuhkan untuk masuk ke sana. Aku juga gak mau jika harus mengurus semuanya memangnya aku ada waktu untuk itu, tidak."
Bryan mengangguk dan segera melajukan mobilnya dengan cepat karena dia pun mengingat jika sebentar lagi dia akan bertemu dengan Rayhan kakaknya itu.
Semalam dia mengajaknya bertemu tapi dengan tegas dia menolak karena dia sudah lelah dan ingin segera beristirahat.
"Sampai di sini saja ya aku mengantar dirimu karena kau akan bertemu dengan kakakku jadi maaf jika aku tak bisa masuk ke dalam apartemennya," ujar Bryan.
"Oke tak masalah lagi pula aku tak meminta dirimu untuk ikut ke dalam, baiklah terima kasih sampai jumpa!" Alexa segera keluar dan menutup pintu mobilnya dengan keras seakan meluapkan kekesalannya pada Bryan yang bahkan tak mengerti apapun.
Bryan segera pun segera pergi meninggalkan Alexa sendirian di depan bangunan mewah tersebut. Ya Rayhan memang sengaja memberikannya apartemen yang mewah untuk wanita yang selalu disebut olehnya dengan sebutan kekasih itu.
Dengan segera Bryan masuk ke hotel begitu dia sampai di depan gedung bertingkat yang terlihat sangat elegan hotel termahal yang memang hanya untuk kalangan elit saja.
"Eh Kak, kau juga disini?" seru Julia yang melihat kedatangan sang kakak tersebut.
"Iya, dimana Rayhan aku ingin bertemu dengannya?" ujarnya dan melirik sekilas pada Yasmin yang nampak sedang gelisah karena dia tak bisa pergi dari hotel itu untuk saat ini.
"Kau jangan dulu masuk Kak karena papa sedang marah padanya dan kau tahu dia mungkin saja sedang di sidang oleh papa dan mama jadi lebih baik kau di sini lebih dulu," ucap Julia dia tahu jika papanya marah dia pasti akan melampiaskan semuanya pada apapun yang ada di sekitarnya.
"Baiklah kalau begitu," seru Bryan mendaratkan bokongnya di sofa seraya memperhatikan wajah cantiknya Yasmin yang sedang gelisah. Bryan menunjuk kepadanya dengan isyarat kepala, Julia dan dia pun menggelengkan kepalanya meminta Bryan untuk mengikutinya.
Julia pun berpamitan pada Yasmin untuk ke toilet sebentar diikuti oleh Bryan.
"Apa yang sebenarnya sedang terjadi?" seru Bryan.
"Dia meminta ijin untuk pergi menemui pamannya semalam dia sudah meminta ijin pada Rayhan dan dia menyetujuinya namun tadi begitu papa datang dan akan berpamitan, papa melarang dirinya untuk pergi, entah karena alasan apa aku juga kurang faham karena sepertinya setelah bertemu dengan papa wajahnya mendadak murung seperti itu."
"Ada yang tidak beres, aku yakin itu dan kenapa juga papa berada di ruangan Rayhan terlalu lama?" ucap Bryan.
"Itu karena dia melakukan kesalahan Kak Ray membawa wanita lain ke ruangannya dan tadi mereka sedang ...."
"Tak perlu dilanjutkan aku sudah tahu dia memang seperti itu, kenapa dari dulu dia tak juga berubah dan lagi wanita itu adalah Alexa apa benar begitu?"
"Benar Kak, beruntungnya tadi Kak Yasmin tidak ikut bersama kami jika dia tahu pasti perasaanya akan hancur karena melihat suaminya bersama dengan wanita lain."
"Ayo kita keluar kasihan Yasmin sendirian di lobi pasti dia merasa tertekan jika papa juga ikut memarahinya kau tahu bukan bagaimana papa jika sedang marah," ujar Bryan.
"Iya Kak, aku tahu semoga dia bisa bersabar dan bertahan di tengah keluarga kita," seru Julia.
"Kau baik-baik saja kan?" Julia mendekati Yasmin yang masih saja dalam mode silent. Yasmin hanya mengangguk setelahnya dia kembali menunduk. "Jika ada sesuatu yang tidak baik kau bisa berbagi denganku, kau bisa mengandalkan diriku!" seru Julia. "Terima kasih banyak, akan ku pertimbangkan," ucap Yasmin dengan mengurai senyumnya karena dia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi dengannya.
"Apakah aku boleh ke kamar, sepertinya aku merasa tidak enak badan." Yasmin mencoba untuk tetap tenang dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan atas apa yang dikatakan oleh mertuanya Abraham tadi sebelum dia masuk ke dalam ruangan suaminya.
Julia mengangguk dia faham jika kakak iparnya tersebut sedang butuh waktu untuk berpikir dengan apa yang tengah dialami olehnya.
"Istirahatlah kak, setelah itu kau boleh bergabung nanti malam akan ada party di rumah, kak Rayhan pasti akan datang jadi bersiaplah." Yasmin mengangguk dan segera melangkah menuju lift khusu yang menuju ke kamarnya.
Setelah melewati lift dan hendak masuk kamar sebuah tangan menghadangnya untuk masuk. "Ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat begitu sedih hah?" seru Bryan membuat Yasmin tersenyum kecut mendengar perkataan Bryan adik iparnya tersebut.
"Apa yang dilakukan oleh kakakmu Rayhan kenapa papa bisa marah besar padanya? Pasti kesalahannya tidak dapat ditolerir apakah demikian?" seru Yasmin.
"Kau tak perlu memikirkan dirinya karena belum tentu dia memikirkan dirimu Nona Yasmin," seru Bryan.
"Apa maksudnya?" ucap Yasmin tak mengerti.
"Kau ini benar-benar naif dan juga sangat polos!"
"Apa maksudmu Bryan?"
"Bercintalah denganku Yasmin maka kau akan mengerti!" seru Bryan dia teringat akan perlakuan Rayhan pada Alexa membuatnya merasa kesal entah setan darimana sehingga dirinya berani bicara hal seperti itu pada sang kakak iparnya.
"Apa yang kau bicarakan Bryan jangan gila, Rayhan kakakmu akan marah jika sampai tahu kau berbuat macam-macam padaku!" ujar Yasmin.
"Tak akan karena kakakku pun memiliki wanita lain selain dirimu, kau belum tahu jika nanti kau sudah tahu kau pasti akan mengerti mengapa aku mengajakmu bercinta. Jika saat itu sudah datang maka datanglah kepadaku, aku yang akan membahagiakan dirimu," seru Bryan segera berlalu meninggalkan Yasmin yang masih mematung di tempatnya dia berpikir keras kenapa keluarga suaminya begitu berani semuanya apakah karena mereka memiliki uang dan kekuasaan.