Chereads / Rahasia sang Milyader / Chapter 17 - Tersegel

Chapter 17 - Tersegel

"Ya tentu saja apa yang kau rahasiakan dariku huh?" seru Willy kesal karena sahabatnya tak lagi mau terbuka padanya.

"Hahaha, biarkan saja memangnya harus ya aku mengutarakan semuanya padamu. Antarkan aku ke apartemen milik Bryan ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya."

"Baiklah tapi nanti setelah aku balik sendirian ke kantor ya karena mungkin aku akan lama berada di apartemennya," lanjut Rayhan.

"Oke terserah kau saja bukankah kau bosnya di sini!" seru Willy.

Willy segera melajukan mobilnya dengan cepat karena dia tak ingin terjebak macet karena sebentar lagi waktunya jam pulang kantor.

"Aku tinggal Ray, jika ada apa-apa tolong segera kabari aku jangan kau buat Tuan besar marah padaku kau faham bukan?" Rayhan pun mengangguk cepat.

"Sampai jumpa hati-hati di jalan. Bye!" Rayhan segera masuk ke apartemen adiknya. Begitu masuk Rayhan sudah dipertontonkan dengan adegan yang sangat membuat turn on.

"Apakah kalian tidak bisa melakukannya di kamar saja," seru Rayhan. Bryan menoleh dan tersenyum pada kakak kembarnya itu. "Bergabunglah kau pasti menginginkannya bukan?" Bryan meminta Sania untuk membantu kakaknya itu namun dengan cepat Rayhan menepisnya membuat Sania mundur selangkah dan berbalik pada Bryan kembali.

Rayhan tak ingin memperdulikan mereka berdua namun erangan demi erangan nikmat terdengar dari keduanya membuat Rayhan akhirnya bangkit dan bergabung dengan mereka berdua.

"Akhirnya kau kalah juga Ray," bisik Bryan pada Rayhan yang masih saja bergelung dengan gairahnya.

"Puaskan milikku baby!" bisik Rayhan membuat Sania semakin bersemangat dalam melakukan aksinya.

Dua kali pelepasan akhirnya Rayhan menghentikan kegiatannya dan Bryan pun meminta Sania untuk segera pergi dari apartemennya.

"Kau ada apa ke sini?" Bryan menyalakan rokoknya dan duduk di sofa hanya dengan menggunakan boxernya saja. Berbeda dengan Rayhan yang sudah memakai pakaiannya kembali.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu dan kau harus menjawabnya dengan jujur Bryan!"

Bryan menatap tajam pada Rayhan. "Baik aku akan jujur apa yang ingin kau tanyakan padaku!" ujar Bryan.

"Apakah selama aku pergi ke New York kemarin kau datang ke apartemenku dan menjadi diriku?" Tanpa dijawab pun sebenarnya Rayhan semudah tahu jawabannya hanya saja dia ingin mendengarnya secara langsung.

"Ya kau benar, aku masuk ke sana dan menjadi dirimu. Kakak ipar ku memang sangat menggairahkan jika di ranjang. Orangnya memang terlihat biasa tapi jika sudah masalah ranjang dia hebat Kak Ray, jujur aku iri padamu. Papa memang tidak main-main dalam mencarikan jodoh untukmu," ujar Bryan terkekeh kecil.

"Tidak seharusnya kau seperti itu Bryan, kau tahu untuk soal wanita kau tidak boleh melakukan hal itu padanya dia hanya milikku kau tahu itu!" seru Rayhan menatap tajam pada adiknya Bryan.

"Apa peduliku, yang penting aku bisa menikmati sentuhannya bukan? Apa kau lupa jika kau dalam masalah aku yang selalu pasang badan untukmu maka saat ini tolong kau juga harus mau berbagi denganku. Dia wanita yang spesial dan setiap lelaki pasti menginginkannya tak terkecuali aku Ray. Ingat aku juga laki-laki normal dan buka lelaki bodoh jadi wajar saja jika aku tergoda dengannya."

Rayhan kesal dan pergi begitu saja dari apartemen Bryan hatinya terlanjur kesal dan marah pada adiknya itu. Begitu sampai di lobi dia langsung memanggil taxi dan kembali pulang ke rumah rasanya sudah malas untuknya kembali ke kantor.

***

"Ma, apakah kau tidak kasihan dengan Yasmin, dia bilang ingin ke rumah pamannya tapi Papa tak mengijinkannya dengan alasan Kak Rayhan masih sibuk dan nanti akan dijadwalkan olehnya jika ingin datang ke rumahnya." Irena mengernyitkan alisnya mendengar penuturan sang anak gadisnya. "Benarkah demikian? Kenapa tadi dia tak cerita pada Mama soal itu, dia diam saja Mama pikir dia tak memiliki masalah. Julia ini menjadi tugasmu karena dia adalah menantu Mama dan sebagai adik iparnya Mama mohon agar kau bisa membuatnya terbuka karena dia adalah keluarga baru kita sayang mungkin dia masih canggung jika harus mengatakan ini pada Mama. Nanti Mama akan bicara pada Papa."

"Iya kau benar Ma, aku rasa juga begitu tak mungkin jika Kak Yasmin langsung berkata pada Mama setelah mendapat penolakan sebelumnya dari papa. Memang di mana dia berada Ma, maksud aku keluarga pamannya itu?" seru Julia rasa ingin tahunya begitu besar mengingat papanya tak menyetujui pasti ada alasan tertentu setelah tahu jika tempatnya di pinggiran kota Julia sadar mungkin bisa saja karena jauh sehingga papa tidak memberikan ijin kepadanya.

"Mama pernah ke rumahnya pasti jauh ya Ma?" seru Julia.

"Belum, Mama belum sama sekali ke sana karena Mama sendiri sibuk dan tak ingin mengganggu kegiatan Mama di luar."

Julia pun mengangguk singkat dia faham seperti apa kegiatan Mamanya itu di luar sana.

"Sebaiknya kau istirahat Julia Mama yakin kau lelah. Lagipula kakakmu tidak akan pulang ke rumah karena papa sudah mengusirnya dari rumah, dia dan Yasmin diminta pindah hati ini juga."

"Apa? Kenapa secepat itu Ma, bahkan aku tidak tahu sama sekali."

"Ini memang mendadak sepertinya papamu punya rencana baru untuk mereka berdua. Mama juga kurang tahu apa itu yang jelas Mama harap itu yang terbaik untuk semuanya."

"Semoga Ma, ini yang terbaik buat Kak Rayhan dan juga Yasmin agar Alexa tak lagi mengganggu kehidupan Kak Rayhan lagi."

"Ya kau benar dan di sini masalahnya bukan hanya dia yang mengejar tapi kakakmu juga sama gatalnya dengan wanita itu membuat papamu sangat murka kau harus ingat itu," seru Irena mengingat perkataan suami beberapa hari sebelum pernikahan anaknya dilakukan.

"Apa yang sedang kalian bicarakan huh? Apakah sedang membicarakan Papamu yang keren ini?" Irena dan Julia menoleh ke arah Abraham yang datang tanpa ada ada langkah suara kaki pada umumnya.

"Kau mengagetkan kami saja sayang!" seru Irena kesal dengan sikap suaminya itu.

Abraham mengecup kening istrinya membuat Julia berdehem cukup keras. "Baiklah ada yang sedang cemburu rupanya. Ada apa anakku kenapa kau masih juga belum beristirahat huh?"

"Belum mengantuk Pa dan tadi juga kami sedang membahas kak Yasmin sebelum Papa datang kemari."

"Oh iya, ada apa huh katakanlah!" seru Abraham.

Dengan ragu Julia pun bertanya pada ayahnya itu. "Apa benar ceritanya begitu Pa? Kenapa Papa melarang Kak Yasmin menjenguk pamannya sendiri."

"Karena pamannya sudah tak ada di sana Julia makanya Papa menyuruh nanti meskipun pada dasarnya papa juga tak ingin dia bersedih pada akhir makanya papa melarangnya datang ke sana."

"Baiklah Pa, Julia mengerti nanti akan coba bicara padanya jika dia datang ke kantor!"

"Terima kasih sayang, lantas bagaimana hubunganmu sendiri bersama dengan Raul itu apakah ada perkembangan atau mungkin akan menuju ke jenjang yang lebih serius barangkali?" Julia terdiam mendengar pertanyaan dari Abraham, apakah dia harus bercerita pada keluarganya atau memilih diam saja.