Yasmin bolak-balik di kamarnya dia mengingat hal semalam yang dia lakukan dengan Rayhan, sesaat dia nampak berpikir namun sesaat kemudian di tersenyum sendiri.
"Aku sudah gila kenapa aku bisa seperti ini!" gumamnya sendirian. "Tapi memang aneh kenapa dia sangat berbeda dari sebelumnya. Semalam dia melakukannya dengan sangat perlahan dia memperlakukanku dengan lembut tidak kasar seperti biasanya. Apakah aku sedang bermimpi?" ujar Yasmin masih dengan pemikirannya sendiri.
"Aish lama-lama aku bisa gila jika seperti ini," protes Yasmin pada dirinya sendiri.
Drrrt... drrrt.... drrrt...
"Hallo, selamat siang Pa, apa ada sesuatu yang penting sehingga kau menghubungiku?"
"Papa hanya memintamu untuk datang ke rumah sekarang apa bisa? Adikmu baru pulang dari London dan ingin bertemu denganmu karena dia tak ingin bertemu dengan Rayhan lebih dulu makanya dia memintamu datang ke rumah. Apakah kau keberatan?"
"Baiklah saya akan kesana sekarang Pa."
"Oke kami tunggu ya, nanti biar Willy yang akan antar kamu ke rumah, sekarang kau segeralah turun ke lobby biar nanti Willy menjemputmu di sana."
"Baik pa, sampai nanti!"
Yasmin segera mengganti pakaiannya dan segera meluncur ke bawah menunggu Willy namun yang terjadi justru Willy lah yang menunggu Yasmin karena laki-laki blasteran Indonesia-Korea itu sudah berdiri di depan meja resepsionis.
"Maafkan aku karena datangnya telat," seru Yasmin. "Tidak masalah Nona, ayo kita berangkat!" seru Willy segera membukakan pintu untuk Yasmin dan pergi ke rumah mansion mewah milik Abraham.
"Willy apakah kau tahu kebiasaan Rayhan? Maksudku apakah dia memiliki kepribadian ganda?" seru Yasmin membuat Willy terkejut mendengarnya dia sudah tahu bagaimana Rayhan jadi rasanya tidak mungkin jika mereka kembali bertukar tempat dengan Bryan dan memang dia tahu keberadaan Rayhan sekarang di New York sedangkan keluarga yang lain tak ada satupun yang mengetahuinya. Lantas apakah Bryan mengetahui hal ini dan bertukar tempat dengan kakaknya tersebut, Willy menggelengkan kepalanya singkat dia tak mau ikut terlalu dalam permasalahan kakak dan adik tersebut namun di sisi lain dia merasa tak tega pada Yasmin jika harus menerima kebingungan akan sikap suaminya yang kadang dingin dan juga penuh misteri seperti yang tengah dirasakan olehnya.
"Rasa tidak ada Nona, memang dia orangnya terkesan dingin namun sebenarnya hatinya sangat baik apalagi dengan keluarganya sendiri. Apakah dia melakukan hal yang membuat Nona kurang nyaman?" seru Willy.
"Tidak, hanya saja biasanya sering ada yang demikian apalagi dia memiliki saudara kembar," ujar Yasmin.
"Nona tak perlu curiga karena dia tidak seperti yang Anda pikirkan, tenang saja jika memang dia seperti itu katakan pada saja pada saya nanti akan saya laporkan pada Tuan besar."
Mendengar hal itu membuat Yasmin sedikit lega. "Terima kasih Willy kau memang baik padaku," seru Yasmin. "Sama-sama Nona, sudah sampai maaf saya hanya bisa mengantarkannya sampai di sini karena harus balik ke kantor sekarang juga," seru Willy. "Baiklah hati-hati." Willy mengangguk singkat dan segera melajukan mobilnya kembali ke hotel.
Yasmin masuk ke rumah perasaannya tak menentu bagaimana jika ternyata adiknya sama dinginnya dengan suaminya Rayhan karena dia tidak pernah bertemu sebelumnya dengan Julia, atau mungkin dia hampir sama dengan Bryan?
"Yasmin sayang kau sudah datang," seru Irena memeluk menantu kesayangannya itu. "Ma, maaf rada telat tadi sedikit macet beruntung Willy sangat lihai dalam berkendara jadi di menerobos jalan."
Irena tersenyum kemudian. "Apa Rayhan tak ikut kemari?" Abraham menghampiri dua wanita cantik tersebut. "Kau ini mana mau putra kebanggaan dirimu itu datang di jam-jam sibuk seperti ini," seru Irena. "Ya kau benar, dia sangat sibuk bahkan untuk bersenang-senang pun rasanya juga dia harus berpikir dua kali," ujar Abraham membenarkan perkataan Irena.
"Kau selalu saja membelanya Pa, jika kau tahu yang sesungguhnya mungkin kau takkan mau bisa bernafas lebih lama," ucap Irena mendengus kesal pada suaminya. "Sudahlah, Yasmin adikmu sedang ada di kolam renang temui dia disana dia sedang menikmati segarnya air," seru Irena segera menarik tangan Abraham suaminya untuk segera kembali ke ruang tengah menemaninya menonton acara kesukaannya.
Yasmin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kemesraan keduanya sungguh dia pun ingin merasakan hal yang sama seperti mereka berdua, namun apakah bisa mengingat Rayhan terkesan sangat acuh jika bersama dan hanya akan bersikap manis ketika di atas ranjang, bukankah itu sangat menyebalkan.
Yasmin bergegas ke kolam renang dilihatnya wanita cantik dengan body goal yang benar-benar akan membuat laki-laki yang melihatnya akan menahan air liurnya. Selain cantik dengan tubuh yang proporsional Julia juga gadis yang cerdas.
"Kak Yasmin kan, kemarilah!" seru Julia segera naik ke permukaan begitu melihat Yasmin datang. Yasmin sendiri dengan langkah malu-malu datang menghampiri adik iparnya tersebut.
"Apa kabarnya Kak, bagaimana hidup dengan laki-laki es itu pasti sangat menyebalkan ya?" seru Julia begitu bersemangat ketika Yasmin mendekat padanya. "Kau ini bagaimanapun dia adalah Kakakmu juga, apapun dia tetaplah kakakmu Julia." Yasmin duduk berhadapan dengan Julia membuatnya semakin dekat dengan sosok yang sepertinya tampak familiar namun dimana dia sendiri tidak mengingatnya.
"Kak Yasmin sudah makan siang? Apa Kak Yasmin mau makan siang bersama denganku?" seru Julia. "Tentu saja tapi aku masih kenyang karena tadi sarapan dengan Kakakmu di hotel." Julia pun mengangguk mengerti. "Kak, jika Kak Rayhan macam-macam maka laporkan saja pada kami, dia memang seperti itu lebih banyak menyebalkan daripada menyenangkannya namun sebenarnya dia baik kok," ujar Julia menepuk punggung tangan Yasmin. "Ya aku tahu soal itu," Yasmin tersenyum mendengar penuturan adik iparnya tersebut.
Yasmin dan Julia langsung akrab satu sama lain seperti teman yang sudah lama tak bertemu.
Bryan menatap kedekatan keduanya di balik tirai gorden kamarnya.
"Andai dia tahu jika Kak Rayhan adalah pembunuh kedua orang tuanya, apakah dia akan memaafkannya?" gumam Bryan memperhatikan keduanya. "Tidak diragukan lagi jika itu terjadi pasti akan sangat menyakitkan untuknya, semoga semua baik-baik saja."
"Hallo, ada apa Kak? Apakah perjalananmu menyenangkan?"
"Tentu saja apalagi ada Alexa yang menemaniku. Malam ini aku akan bertemu dengan Mr Robert semoga semua berjalan lancar dan aku bisa segera kembali." Suara desahan seorang wanita terdengar sekilas di seberang sana.
"Apakah kau sedang bersenang-senang dengannya? Ingat kau sudah memiliki Yasmin bahkan aku sangat yakin jika istrimu jauh lebih baik dari wanita yang ada di dekatmu saat ini."
"Diamlah kau Bryan, aku tak menyuruhmu untuk berkomentar tentangnya. Aku hanya memintamu menjaga dirinya dengan menjadi diriku sementara, jadi kau jangan macam-macam Bryan."
"Aku hanya cukup satu macam Kak, menemaninya tidur adalah hal terindah yang pernah aku lakukan semalam."
"Bryan .... awas saja kau jika kau berani macam-macam padanya."
"Terserah kau Kak, aku tidak peduli setidaknya untuk kali ini saja."
Klik.
Bryan mengeram kesal karena tampaknya Rayhan tak pernah bisa diajak kompromi. "Awas kau Kak akan ku buat kau menyesal nantinya," seru Bryan mendengus kesal.