Chereads / Rahasia sang Milyader / Chapter 8 - Bertukar tempat

Chapter 8 - Bertukar tempat

Alexa mondar-mandir di apartemennya sudah dua hari ini Rayhan tak menghubunginya dan dia merasa sudah terkalahkan oleh istrinya Rayhan bagaimana tidak, dia bisa memilikinya dengan jalan yang sah karena diakui oleh semua orang jika Yasmin wanita itu menjadi istri yang diketahui oleh publik berbeda dengan dirinya yang hanya kekasih gelapnya karena selama ini Abraham mengira Rayhan telah putus dengannya selain itu keluarga Rayhan tak pernah setuju jika lelaki itu menikah dengannya.

frustasi itulah yang sedang dia rasakan, Alexa menjambak rambutnya sendiri dan melempar vas bunga yang ada di meja makan ke dinding.

Pyaar!

"Sial! kenapa nasibku menjadi seperti ini?" seru Alexa menatap wajahnya sendiri di cermin yang terlihat adalah wajah penuh iba. "Kenapa justru aku yang terlihat paling menderita di sini. Rayhan .... aku benci kamu! Laki-laki brengsek!" gerutu Alexa. Tak selang bersamaan ponselnya berdering.

'Rayhan calling....'

"Hallo sayang, apa kabarmu?"

"Tak perlu kau berbasa-basi apa keperluannya karena aku sedang tak ingin bertemu denganmu!" suara ketus terdengar dari Alexa justru membuat Rayhan terkekeh di sebrang sana.

"Kau marah padaku, ayolah sayang kau tak perlu marah begitu aku akan mengajakmu pergi berlibur jadi sebaiknya simpan amarahmu dan bersiaplah. Kita pergi ke New York kau mau?"

"Apa New York? Apakah aku tidak salah dengar?" Alexa menyakinkan pendengarannya.

"Tentu saja, ayolah kau bersiap satu jam lagi aku akan menjemputmu. Kita akan kesana menggunakan jet pribadi jadi takkan ada yang mengganggu mengerti! Aku tutup telponnya."

Klik.

"Seenaknya saja menyuruh orang, memangnya dia siapa?" gerutu Alexa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Rayhan. Namun meskipun demikian dia tetap melaksanakan perintah dari kekasihnya itu.

Beberapa pakaian dan dokumen penting dia bawa karena dia kan ke New York negara orang tentu tidak mungkin dia keluar masuk seenaknya meskipun dia bersama dengan Rayhan sekalipun.

"Baiklah, akhirnya selesai juga." Alexa menghela nafasnya lega karena sudah melakukan one step persiapan menuju ke New York, selanjutnya dia segera membersihkan diri dan menunggu Rayhan menjemputnya.

Tak butuh waktu lama lima belas menit kemudian Rayhan menghubunginya lewat telepon genggamnya.

"Hallo, cepatlah turun aku sudah sampai di bawah!"

"Oke!"

Klik.

Dengan segera Alexa menarik kopernya bergegas ke bawah menemui Rayhan.

"Kenapa lama sekali?" seru Rayhan begitu melihat Alexa keluar dari lift. "Maafkan aku, aku kerepotan tadi di lift jadi harus menunggu kosong terlebih dahulu."

Rayhan mengambil alih koper milik Alexa dan memasukkannya ke mobil. "Kita berangkat sekarang kau siap?" Alexa mengangguk singkat. Dengan cepat mobil Rayhan meluncur ke bandara tempat di mana jet nya sudah siap untuk terbang ke New York.

"Apakah semua sudah siap untuk berangkat?" seru Rayhan melihat semua kru awak pesawat yang akan membawa dirinya ke New York.

"Sudah Tuan, kami sudah siap!" seru Kapten Ronald yang akan menjadi pilotnya. "Baiklah ayo kita berangkat!"

Di sisi lain, Yasmin merasa aneh dengan keadaan yang tengah dihadapinya. Sudah dua hari ini dia mencoba menghubungi pamannya Bima namun ponselnya mati tak bisa dihubungi olehnya dan itu justru membuatnya khawatir dengan keadaan mereka berdua bagaimanapun hanya mereka yang dia miliki saat ini. Yasmin merasa beruntung meskipun orangtuanya telah pergi namun masih ada yang mau merawatnya.

"Apakah aku harus bertanya pada Papa dan meminta ijinnya untuk menemui paman?" gumam Yasmin yang sedang menikmati angin sore di balkon kamarnya.

"Sepertinya aku memang harus menanyakan hal ini pada Papa."

"Apa yang akan kau tanyakan sayang?" tangan kekar melingkar di pinggang ramping Yasmin. "Kau sudah pulang? Apakah adikmu itu melihat semuanya?" seru Yasmin. Namun tak ada jawaban yang ada justru dia mencium bahunya dengan intens membuat Yasmin merasa geli karenanya. "Stop it Ray!" seru Yasmin namun tak juga ada terhenti justru semakin intens saja.

Drrrt ... drrrt ... drrrt.

"Ada apalagi? Apa kau sudah berangkat?"

"Aku hanya ingin memastikan saja jika kau macam-macam padanya maka awas saja kau akan berurusan denganku!"

"Kau bilang kau yg tak mencintainya kenapa sekarang kau malah melarangku berbuat sesuatu padanya."

"Terserah kau, jika aku pulang nanti sampai mendengar cerita yang tidak masuk akal akan ku bunuh kau!"

Bryan pun tertawa mendengar ancaman yang dilontarkan oleh Kakaknya tersebut.

"Sama saja denganmu jika sampai kau melakukan sesuatu yang membuat seseorang disini terluka karenanya maka aku tidak akan segan-segan untuk merebutnya darimu, sampai jumpa and have fun!"

Klik.

Bryan tersenyum puas dengan kesepakatan yang dilakukan olehnya bersama dengan Kakaknya Rayhan. "Kali ini aku menang banyak Kak Ray," gumamnya menyerigai.

Entah apa yang dilakukan oleh kedua saudara kembar tersebut, membuat mereka merasa nyaman dengan peran mereka masing-masing.

"Aku mandi dulu, apakah kau ingin ikut?" ujar Bryan pada Yasmin yang memang belum mengetahui siapa sebenarnya laki-laki yang ada di kamarnya tersebut.

"Pergilah aku akan menyiapkan ganti untukmu." Yasmin segera mengambil pakaian ganti dan juga menyiapkan segelas kopi itu yang selalu dia lakukan sejak dua hari ini.

Di dalam kamar mandi Bryan segera membersihkan tubuhnya dan keluar hanya dengan menggunakan handuk kecil yang melingkar di pinggangnya.

Yasmin terkesiap melihatnya karena hal itu tidak biasa untuknya. "Kau kenapa seperti itu?" Bryan menautkan kedua alisnya. "Memangnya tidak boleh? Bukankah ini di kamar kita sendiri?" serunya.

"Baiklah terserah kau saja," ujar Yasmin segera menuju kamar mandi merapikan bekas mandi suaminya.

"Apa kau mau makan di luar?" seru Yasmin dan hanya gelengan kepala yang dilakukan oleh Bryan. "Baiklah kalau begitu biar aku memesannya saja," ujar Yasmin segera meraih gagang telepon untuk memberitahukan pelayan hotelnya.

Bryan duduk di sofa dengan kaki menopang ke meja. "Kemarilah!" serunya. Yasmin pun menurut pada perkataan Bryan yang dia ketahui adalah Rayhan.

"Apakah kau mulai mencintaiku?" seru Bryan. "Eh .... apa maksudmu?" ujar Yasmin mengangkat kepalanya menatap laki-laki yang ada di sebelahnya. Bryan menggaruk alisnya yang tebal. "Maksudku apakah kau sudah mulai menerima pernikahan ini?" urai Bryan. "Oh itu, a-aku hanya mencoba menerima takdirku karena menolak pun bagiku tidak ada gunanya. Kenapa kau bertanya seperti itu padaku," seru Yasmin.

"Aku hanya penasaran saja, kenapa kau terlihat begitu santai padahal kau sama sekali tak mengenalku sebelumnya. Bahkan dengan pasrah kau memberikan apa yang kau miliki padaku, bukankah itu pertanda jika kau menerima semua ini?"

Yasmin terkekeh mendengar penuturan dari Bryan. "Lantas jika aku menolak untuk melayani dirimu apakah kau juga akan diam saja, aku tidak yakin jika kau akan menerima keputusanku karena faktanya kau begitu liar kemarin malam," seru Yasmin membuat Bryan kesal dengan perkataan Yasmin tersebut.

"Maafkan aku, tapi aku tak dapat menahan hasrat yang ku miliki ketika bersama denganmu. Kau tahu entah kenapa aku mulai mencintaimu," bisik Bryan pada Yasmin kembali dia tercengang dengan perlakuan suaminya yang tidak seperti biasanya.

"Apa yang sedang terjadi?" gumam Yasmin.