"Kau tahu hanya kau wanita pertama yang berani meneriaki diriku seperti itu. Kau pikir kau siapa?" seru Rayhan menatap tajam pada Yasmin.
"Aku .... tentu saja aku adalah istrimu yang baru saja kau nikahi kemarin pagi apa kau lupa, atau kau berpura-pura amnesia?" sahut Yasmin ketus dia pun tak ingin kalah dengan Rayhan yang tampak arogan padanya.
"Oke jika itu mau kamu, kamu pikir aku takut apa?" seru Rayhan menantang Yasmin. "Kau pikir kau bisa meremehkan diriku!"
Rayhan segera keluar dari kamarnya menuju ke lobby dengan perasaan kesal. "Kau mau kemana Nak?" seru Irena. Rayhan hanya mengibaskan tangannya ke atas.
"Dasar anak tidak punya akhlak sama Mamanya sendiri acuh begitu!" gumam Irena dan Abraham yang mendengarnya pun terkekeh kecil. "Itu karena kau terlalu memanjakan dirinya sayang coba kau tak seperti itu maka dia takkan berani padamu," ujar Abraham. "Kau pikir dia hanya berani padaku saja, tidak sayang dia juga berani padamu meskipun tidak semuanya." Abraham mengangguk membenarkan perkataan istrinya. "Sudahlah mungkin dia butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan Yasmin. Ayo kita ke kamarnya aku takut baru saja terjadi sesuatu dengannya yang membuat anak kita menjadi seperti itu."
Tok...tok...tok...
Ceklek, "Eh Mama sama Papa masih di sini juga?" seru Yasmin memberi ketika melihat kedua sosok di depannya. "Kau tak menyuruh kami untuk masuk?" ucap Irena dengan senyum yang mengembang di bibirnya. "Astaga, iya maafkan aku masuklah Ma, Pa." Mereka bertiga pun masuk dan duduk di ruang tamu. "Lihatlah tempat anak kita sudah seperti rumah sendiri saja, komplit dengan segala isinya," seru Abraham menggelengkan kepalanya.
"Tapi Pa, Rayhan akan mengajakku pindah ke apartemennya, apakah Papa dan juga Mama sudah tahu akan hal ini?" seru Yasmin membuat kedua orang tua tersebut saling pandang. "Apa kau tak kerasan tinggal disini Nak?" ujar Irena. "Bukan masalah itu Ma, tapi ini adalah keputusannya Rayhan sendiri aku sendiri juga tidak faham dengan maksudnya."
Abraham pun mengatakan sesuatu. "Ikuti saja dia kemanapun dia pergi Nak, selama dia tidak menyakiti dirimu maka patuhi dia tapi jika sudah berlaku kasar denganmu maka kau harus melaporkannya pada kami."
"Baiklah Pa, Yasmin mengerti." Mereka bertiga pun larut dalam pemikirannya masing-masing.
Sementara Rayhan yang berada di bawah dibuat kesal oleh seorang pegawai baru yang sedikit kurang ajar dengannya. "Siapa dia?" seru Rayhan pada Willy asistennya. "Dia pegawai magang baru di sini bos, namanya Faaz baru semingu magang." Rayhan menatap sinis pada lelaki yang bernama Faaz itu tepat ketika Yasmin turun dan terlibat percakapan dengannya. Rayhan memperhatikan gelagat mereka berdua yang sepertinya sama-sama terkejut. "Cari tahu ada hubungan apa diantara mereka berdua!" seru Rayhan dan Willy hanya mengangguk segera memerintahkan orang-orangnya untuk mengusut identitas pria bernama Faaz.
Tok...tok...tok...
Rayhan menoleh ke arah pintu dilihatnya Yasmin tengah berdiri di sana. Rayhan pun meminta Willy untuk meninggalkannya berdua bersama dengan istrinya saja.
"Apa kau mengenalnya?" seru Rayhan membuat Yasmin pun bingung dengan apa yang dimaksudkan oleh suaminya itu. "Apa maksudmu?" Yasmin duduk di sofa berhadapan dengan Rayhan.
"Kau mengenal pria tadi?" ujar Rayhan dan Yasmin pun langsung mengerti siapa yang dimaksud olehnya. "Ya, dia adalah mantan kekasihku," ucap Yasmin ragu. "Apa kau masih mencintainya?" Yasmin mengangkat wajahnya menatap Rayhan. "Kenapa kau berbicara seperti itu?" ujar Yasmin. "Aku hanya ingin memastikan karena aku tak ingin istriku menempatkan laki-laki lain di hatinya sementara aku masih berstatus suaminya."
"Kami berpisah dengan cara yang baik-baik saja jadi kau jangan membuatku merasa jadi orang yang jahat Ray. Dan aku juga berpisah jauh hari sebelum orang tuamu meminta perjodohan ini," seru Yasmin kesal. Rayhan pun menaikkan alisnya. "Bagus kalau begitu jadi tak ada nama lain di hatimu sekarang bukan? Kemarilah!" Yasmin pun bangkit dan duduk di samping Rayhan.
Rayhan menarik pinggang ramping milik istrinya, entah kenapa tubuh Yasmin seakan menjadi candu untuknya. "Puaskan aku sayang!" bisik Rayhan tepat di cuping telinganya membuat Yasmin meremang seketika terlebih dengan gigitan kecil di sana seakan mengundang hasrat untuk melakukan hal lebih. Jika saja tadi Abraham tak menyuruhnya kemari mungkin akan lebih aman jika dia berada di kamarnya dan duduk menonton televisi.
"Argh, ja--jangan Ray," seru Yasmin gugup mendapatkan perlakuan lebih karena tangan Rayhan mulai masuk ke dalam dadanya. "Kenapa, aku suami kamu bukan?" ujar Rayhan sedikit kesal dengan penolakan Yasmin padanya. "Nanti jika dilihat orang bagaimana bukankah kaca itu bisa melihat keluar," ujar Yasmin.
Rayhan melumat bibir Yasmin karena banyak bicara dia tak suka akan hal itu. Setelah merasa Yasmin kewalahan dengan serangannya Rayhan pun menghentikannya. "Jangan banyak bicara cukup nikmati apa yang sedang aku berikan padamu. Aku tak suka kau harus tahu itu."
Rayhan melepas segitiga yang dikenakan oleh Yasmin dan membuangnya asal. "Kau tidak boleh berbicara dengan laki-laki lain selain keluargaku kau harus ingat itu!" seru Rayhan langsung menghujamkan miliknya tanpa persiapan apapun membuat Yasmin tercengang dengan apa yang sedang dilakukan oleh suaminya itu.
"Tunggu Ray ini sakit, kau tahu bahkan sisa semalam pun belum benar-benar sembuh dan kau kembali masuk," ujar Yasmin sesekali meringis menahan diri antara perih dan juga nikmat.
"Aku tidak peduli jika kau masih saja melakukan kesalahan tersebut maka aku akan menghukum dirimu lebih berat dari ini. Kau mengerti?" Rayhan terus saja menghujamkan miliknya lebih cepat karena memang dia sudah tidak tahan lagi.
Byurr!!!
Cairan hangatnya keluar masuk ke dalam milik rahim Yasmin. Rayhan membiarkannya sesaat kemudian baru dia melepaskan miliknya yang masih saja tegang seperti sebelumnya. Dia tak mungkin melanjutkan kegiatannya sementara di sana ada Bryan yang duduk di kursinya sungguh jika saja adiknya tak datang menganggu mungkin dia akan kembali melakukannya dan membuat Yasmin benar-benar tak bisa berjalan. Salahkan dirinya sendiri yang lupa untuk mengunci pintu sehingga adiknya dengan leluasa masuk ke ruangannya ini.
"Eem, kalian sangat menikmatinya, membuatku iri saja." Yasmin merona mendengarnya berbeda dengan Rayhan yang mendengus kesal pada adiknya. "Sial! mau apa kau kemari?" seru Rayhan. "Kau kembalilah ke kamar. Ingat perkataanku tadi." Tanpa berkata lagi Yasmin langsung keluar dan kembali ke kamarnya. Apa yang baru saja terjadi sungguh membuatnya malu pada Bryan.
"Kak, bisakah kau tidak membuatku cemburu sekali saja," seru Bryan membuat Rayhan mencibir kesal pada adiknya karena dia sangat tidak sopan melihatnya sedang bersenang-senang bersama dengan istrinya. "Ada apa kau kemari?" seru Rayhan tidak suka berbasi-basi dia tahu adiknya pasti akan memberinya suatu kabar sehingga dia datang kemari.
"Kau harus ke New York malam ini Kak, ada agenda dengan Mr. Robert untuk kelancaran bisnismu di sana."
"Malam ini kenapa mendadak sekali?" Rayhan menimbang apakah dia harus pergi.