Yasmin menggeliat ketika sinar matahari masuk lewat celah jendela kamar yang di tempati olehnya. Seketika dia tersenyum mengingat kembali momen bersama dengan Rayhan suaminya.
"Apakah kau terlalu bahagia sehingga kau tersenyum sendirian?" seru Rayhan membuat Yasmin terkejut seketika. "Oh kau sudah bangun?" sahut Yasmin. "Aku bangun lebih awal darimu, apakah kau akan menyiapkan sarapan pagi untukku dan juga menyiapkan pakaian kerjaku?" seru Rayhan menatap nanar pada istrinya.
"Maafkan aku, bukankah kau masih cuti? Bukankah Papa memintamu untuk libur beberapa hari dari kantor dan memberi waktu untuk bersama denganku untuk lebih saling mengenal satu sama lain?" ujar Yasmin. "Dalam mimpimu, karena sampai kapanpun aku takkan pernah mau mengenalmu. Kau adalah kesalahan untukku dan aku hanya akan bermanis dengan dirimu jika di depan kedua orang tuaku maka sekarang cepatlah bangun dan layani aku dengan baik. Aku akan segera pergi keluar. Siapkan kemeja dan juga makanan untukku!" seru Rayhan membuat Yasmin tercengang karena suaminya yang semalam berbeda dengan yang sekarang.
"Apakah aku sedang bermimpi? Kenapa dia begitu dingin sekarang?" gumam Yasmin merasa sedih dengan perubahan yang terjadi sekarang ini.
"Kau masih saja di sana? Apakah kau tak mendengar perintah suamimu ini!" seru Rayhan. "Baiklah tunggu sebentar aku bersihkan diri terlebih dahulu baru setelahnya aku akan mempersiapkan semua kebutuhanmu itu." Yasmin segera bangkit namun tubuhnya merasakan sakit nyeri dan sulit sekali untuk berjalan. "Argh, kenapa sakit sekali?" gumam Yasmin.
Rayhan yang sedang berjalan keluar ruangan pun menoleh ke belakang melihat apa yang terjadi. Rayhan lupa jika semalam dia telah mengobrak abrik dengan liar miliknya membuatnya kesakitan dan sekarang tak bisa berjalan. "Sebaiknya kau pelan-pelan saja. Aku akan melakukan semuanya sendiri khusus hari ini kau bisa istirahat dengan tenang di rumah karena aku akan keluar. Tapi besok aku tak memiliki toleransi untukmu. Maka ambillah kesempatan ini untuk benar-benar beristirahat!"
Rayhan segera pergi tanpa menunggu jawaban dari Yasmin. Dia tersenyum puas mengingat dengan jelas apa yang telah dia lakukan semalam. Karena seumur hidupnya baru tadi malam dia merasa memenangkan segalanya, apa yang dia dapatkan semalam tak dia dapatkan dari Alexa kekasihnya itu.
Rayhan masuk lift dengan bersiul karena hatinya bahagia. Begitu di loby dia segera disambut oleh Papanya Abraham dan juga Irena. "Nampaknya pengantin baru sudah melakukan ritualnya semalam sayang, Papa senang melihat ekspresi wajahnya, terlihat bersinar itu pertanda semalam dia telah menghabiskan waktu bersama dengan Yasmin di suite room bukan kah begitu Ray?" canda Abraham dan Rayhan hanya mencebik kesal dengan candaan sang Papa.
"Kau akan kemana Ray, kenapa kau sudah rapi di jam segini apakah Yasmin tidak protes karena kau sudah meninggalkannya sepagi ini?" seru Irena memperhatikan anaknya dari atas hingga bawah. "Ma, jangan melihatku seperti itu membuatku takut! Aku memang akan pergi ke kantor pagi ini, aku tidak nyaman jika harus beristirahat di rumah seharian. Jadi lebih baik aku keluar dan mencari kesibukan."
"Mama tahu Ray, tapi Mama meminta dirimu untuk menjaga Yasmin bukan untuk meninggalkannya seperti saat sekarang ini. Dia masih baru di keluarga kita dan kita harus memperlakukannya dengan baik. Sekarang kau balik saja ke atas, jangan mempermalukan keluarga kita oke," seru Irena mendorong tubuh anaknya untuk kembali ke masuk ke lift. Dengan kesal Rayhan terpaksa masuk kembali ke lift menuju ke suite room tempatnya menginap.
Rayhan masuk dengan wajah lesu, kehadirannya yang tiba-tiba membuat Yasmin terlonjak kaget. "Ka--kau kenapa ada di sini bukankah tadi kau bilang akan pergi keluar bekerja ke kantor, kenapa sekarang kau kembali?" seru Yasmin sedikit takut melihat tatapan tajam dari Rayhan. "Semua karena kau, aku menjadi seperti ini. Aku tidak peduli dengan apapun yang kau lakukan? Jadi kau akan aku hukum agar tak lagi mengulang kesalahan yang sama."
Yasmin melangkah mundur mana kala mendapati Rayhan terus maju ke memojokkan dirinya ke dinding. "Kau bisa masak bukan?" seru Rayhan dengan tatapan matanya yang tajam. "Kau menyuruhku memasak lantas apa gunanya hotel ini dengan segala fasilitasnya jika kau masih saja menyuruhku untuk memasak. Apa hotel milikmu ini tak memiliki koki yang hebat?" ejek Yasmin namun dengan segera Rayhan meluruskan persepsinya. "Aku tidak menyuruhmu memasak di sini melainkan di apartemenku kau mengerti?" seru Rayhan membuat Yasmin tersenyum kecut karena ternyata dia harus dibawa Rayhan lebih cepat dari perkiraannya.
"Kapan kita akan kesana?" seru Yasmin merasa tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Rayhan. "Tentu saja sekarang kapan lagi?" teriak Rayhan membuat Yasmin kembali terlonjak karena dia cukup terkejut dengan seruan dari Rayhan. "Apakah kau tidak bisa memperkecil suaramu itu? Kenapa kau kasar sekali kepadaku?" seru Yasmin mendengar keluhan dari Yasmin seperti itu membuatnya merasa bersalah namun tidak serta merta Rayhan mau meminta maaf untuk itu, harga dirinya terlalu tinggi hanya untuk meminta maaf pada istrinya tersebut.
"Baiklah aku akan berkemas dulu," seru Yasmin. "Tidak perlu karena semua yang kau butuhkan sudah ada yang menyiapkan biarkan apa yang ada di sini nanti akan ada yang membereskannya kau hanya perlu menurut saja padaku kau mengerti?" seru Rayhan membuat Yasmin kembali terdiam, apakah suaminya akan berlaku seperti ini setiap hari?
"Kenapa diam saja apa kau tuli? Ayo berangkat!" seru Rayhan membuat Yasmin semakin kesal mendengarnya. "Hai kau apakah tak bisa sedikit saja bersikap manis pada perempuan? Apa kau terlahir dari batu sehingga kau tak menghargai seorang perempuan dalam hidupmu!" seru Yasmin dia sudah kadung kesal dengan perkataan yang didengar dari mulut suaminya itu.
"Kau berani membentak diriku, kau pikir siapa dirimu?" seru Rayhan pada Yasmin, sungguh dia sendiri tak tahu entah kekuatan darimana dia berani melawan pada Rayhan.
"Jika kau membuatku semakin kesal maka hukumannya akan aku tambah kau mengerti?" lanjutnya.
"Maafkan aku, kau hanya tak suka dengan caramu itu, tak seharusnya kau berbuat seperti itu padaku karena aku adalah istrimu Ray," sahut Yasmin.
Rayhan menatap tajam pada Yasmin. "Apakah kau lupa dengan perjanjian yang dibuat oleh Papa terhadapku? Jika kau berbuat hal yang tak menyenangkan denganku maka aku boleh melawan dirimu!" seru Yasmin. "Point nomor dua. Apa kau lupa?" lanjutnya. Dan kini justru Rayhan yang terkesiap kenapa Yasmin justru lebih hafal daripada dirinya.
"Oke lantas apa mau kamu sekarang?"
Yasmin menatap wajah Rayhan sesaat kemudian memalingkannya ke samping. "Perlakukan aku dengan baik seperti tadi malam," seru Yasmin. Rayhan terkekeh mendengar permintaan istrinya tersebut. "Karena aku butuh diperhatikan bukan diteriaki seperti yang kau lakukan terhadapku barusan!" ucap Yasmin ketus padanya.
Deg.
Pikiran Rayhan sudah berfantasi liar namun ternyata dia salah kira.