Pagi di mansion mewah membuat Yasmin bingung harus melakukan apa karena apapun yang dilakukan olehnya selalu saja dilarang oleh semua pelayan yang ada di sana.
"Kenapa hidupku seperti ini, apapun yang aku lakukan selalu tak mendapat ijin. Aku tak ingin hanya numpang makan dan juga tidur di sini," gumam Yasmin duduk di taman sendirian menatap bunga yang yang sedang bermekaran.
"Apa kau merasa kesepian?" seru Bryan memperhatikan Yasmin yang sedang berbicara sendirian. "Eh kau sejak kapan ada di sini?" ujar Yasmin.
"Sejak kau berbicara sendirian kau tahu itu terlihat sangat lucu bagiku dan yang lebih menyedihkan kenapa ada gadis cantik yang mulai gila di rumahku," seru Bryan terkekeh geli.
"A-aku tak tahu, soal itu jika ternyata aku sudah gila dengan keputusanku sendiri."
Bryan menautkan kedua alisnya harus diakui jika gadis yang ada di depannya ini memang spesial sayang sekali jika sampai Rayhan mengabaikannya. "Kau bisa melalui semuanya dengan bertanya denganku jadi anggaplah aku orang kedua di rumah ini setelah suami kamu nanti apakah kau bisa?" seru Bryan giliran Yasmin yang terkejut dengan penuturan calon adik iparnya tersebut.
"Apakah ada yang salah dengan penuturan ku?" ujar Bryan sementara Yasmin hanya menggelengkan kepalanya sesaat. "Lantas apa yang kau pikirkan?" seru Bryan. "Entahlah aku tidak tahu, karena memang otakku lagi kurang sinkron menerima kenyataan yang baru saja aku alami belakangan ini. Maafkan aku," seru Yasmin membuat Bryan kembali terkekeh sungguh jika dipikir olehnya gadis yang ada di depannya sangatlah berbeda dengan kebanyakan gadis yang sering dia jumpai di luar sana namun kenapa Kakaknya sepertinya buta sehingga masih mempertahankan Alexa yang sudah jelas kedua orang tuanya tak memberikan restu padanya. Dan jikapun Rayhan telah menikah dengannya sekalipun Bryan tetaplah sama di takkan bisa memiliki Alexa sampai kapanpun Alexa hanyalah kenangan buatnya.
"Apa kau sendiri tak memiliki kekasih? Kenapa kau dengan mudah mengiyakan permintaan kedua orang tuaku?" seru Bryan membuat Yasmin mengangkat kepalanya mendengar perkataannya.
"Apakah itu penting? Dan jika aku memiliki kekasih apakah semua akan berakhir dan aku akan bahagia dengan orang yang aku sayangi?" ujar Yasmin.
"Setidaknya kau bisa berjuang untuk orang tersebut." Yasmin menggeleng lemah. "Aku tidak akan berjuang demi orang bodoh yang meninggalkanku di saat aku terpuruk!"
"Gadis yang unik!" gumam Bryan dalam hati.
"Nona, Nyonya Irena memanggil anda di ruangannya sekarang!" seru seorang pelayan membuat perbincangan dua orang berbeda jenis itu pun langsung terhenti. "Antarkan dia ke ruangan Mama Mbok, dia pasti belum tahu dimana ruangannya!" seru Bryan dan pelayan tersebutpun mengangguk.
Tok...tok...tok
"Masuk!"
Ceklek.
"Maaf Ma, apa benar Mama memanggil saya?" seru Yasmin begitu sampai di dalam ruangan tersebut tampak di sana Rayhan tengah duduk dengan malasnya. "Kau benar Nak kemarilah, kau coba dress ini jika misalkan kurang pas bisa diperbaiki dari sekarang." Irena memberikan sebuah gaun berwarna putih tulang pada Yasmin dress yang tampaknya sangat mahal terlihat dari bentuknya dan seumur-umur Yasmin baru kali pertama ini memegangnya. Dia pun menuruti permintaan Mama mertuanya mencoba dress tersebut di ruang ganti. Tak ada masalah berarti dengan dressnya hanya saja bagian punggungnya dia tak dapat menjangkaunya karena rits yang ada terlalu ke tengah membuat tangannya tak dapat menjangkaunya.
"Ma, apakah kau diluar dapatkah membantu diriku?" seru Yasmin dari dalam ruang ganti tak ada jawaban membuatnya melongok sebentar dan ternyata hanya Rayhan yang tengah asyik membuka majalah fashion dan mengacuhkannya.
"Ray, dapatkah aku meminta bantuan darimu?" seru Yasmin membuat Ray mengalihkan pandangannya pada tubuh Yasmin dan Rayhan terkesiap melihatnya 'Cantik' hanya itu yang terucap dari dalam hati Rayhan.
"Hai, dapatkah kau membantu diriku?" sertu Yasmin membuyarkan lamunan Rayhan dengan segera dia bangkit menuju Yasmin berdiri di sana. "Apa yang perlu aku lakukan?" ujarnya. "Tolong kau bantu aku menaikkan ini karena tanganku tak dapat menjangkaunya." Rayhan mematung ditempatnya melihat pemandangan yang selalu dilihatnya ketika bermain dengan wanita-wanitanya namun kenapa dia berbeda, putih mulus tanpa noda sedikitpun Rayhan sengaja menyentuhnya dengan tangan kanannya membuat si pemilik seperti tersengat listrik beribu-ribu volt karena baru kali ini dia disentuh oleh seorang laki-laki.
"Apa yang kau lakukan?" seru Yasmin kesal dengan tindakan Rayhan yang spontan tersebut. "Aku hanya ingin menyentuh apa yang akan menjadi milikku apakah itu juga tidak diperbolehkan?" ujar Rayhan mencari pembenaran dari apa yang dia lakukan. "Tidak boleh sebelum sah!" seru Yasmin melotot pada Rayhan. "Tak perlu tegang seperti itu bahkan nantinya kau akan terbiasa melayaniku setiap malam dan itu harus kau lakukan aku tak peduli apakah kau lelah atau tidak, kau mengerti!" seru Rayhan mendengar hal itu tentu saja membuat Yasmin bergidik ngeri apakah laki-laki di depannya ini seorang maniak .... Yasmin menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dan kembali menatap Rayhan sesaat karena pintu kembali terbuka dan terlihat Irena kembali dengan beberapa alat riasnya.
"Astaga kau sangat cantik Yasmin tidak sia-sia Mama pilih kamu sebagai menantu Mama bukan hanya cantik kau juga baik dan juga cerdas makasih sayang sudah mau masuk ke dalam keluarga kami," seru Irena memuji Yasmin dengan tulus.
Rayhan hanya terdiam melihat interaksi kedua wanita di depannya itu.
Keesokan harinya acara pernikahan akan digelar satu jam lagi, semuanya sudah berkumpul hanya tinggal kedua mempelai yang belum datang di sana. Ya Rayhan dan Jasmine masih bersiap dalam kamar mereka, lebih tepatnya Yasmin yang masih berhias. Sesekali Rayhan melirik pada calon istrinya tidak dipungkiri olehnya dia sangat mengagumi kecantikan Yasmin dalam diam. Dari kemarin tangan yang sempat menyentuh punggung gadis itu selalu saja dia tatap dan mulai berfantasi liar melakukan kegiatan panas dengannya.
"Semua sudah siapkah? Mari kita mulai para tamu sudah menunggu, kita semua," seru Abraham.
"Pa, apakah pamanku juga sudah datang ke sini?" sela Yasmin. "Tentu saja sayang dia ada dibarisan paling depan malahan. "Ayo Papa akan menjadi pendamping dirimu." Yasmin bangkit dari duduknya dan segera menuntun menantunya menuju tempat dimana acara akan segera dimulai.
"Saya terima nikahnya Yasmin binti Zahid dengan mahar tersebut dibayar tunai!"
"Bagaimana para saksi sah?"
"Sah.... Sah.... Sah....!"
"Alhamdulillah." untaian doa mengiring pernikahan mereka berdua. Hingga malam pun datang pesta pun berlangsung dengan meriahnya karena memang Abraham mengundang seluruh karyawan dan juga rekan bisnisnya se Asia tenggara bisa saja dia mengundang mereka semua namun dia tak ingin terlalu direpotkan oleh para tamu tersebut dan lebih memilih yang terdekat terlebih dahulu.
Yasmin mulai kelelahan karena sedari tadi dia berdiri terlebih bagian pundak yang terekspos membuat rasa dingin mulai menyerang tubuhnya dan dia mulai tak nyaman dengan itu semua.
Rayhan melirik gadis itu dia tahu jika Yasmin mulai terserang dingin. Dengan cepat dia menariknya membawanya ke dalam kamar hotel. "Apa yang kau lakukan?" pekik Yasmin ketika Rayhan menggendongnya ala bridal style. "Tentu saja malam pertama apalagi?"
Deg!.