Ankara, Turki.
Nyonya Mumtaz Yilmaz membawa Alara Yilmaz terapi.
"Apa dia bisa bicara lagi?" tanya nyonya Mumtaz Yilmaz dengan nada penuh harap.
Wajah dokter berubah,
"Kami belum bisa memberikan jawaban yang memuaskan anda, tapi kami akan berusaha!".
Jawaban dokter itu tidak membuat nyonya Mumtaz Yilmaz putus asa.
"Kamu pasti bisa sembuh!" nyonya Mumtaz Yilmaz membesarkan hati putrinya.
Alara Yilmaz tersenyum. Dia tidak keberatan menjadi gadis bisu, dengan begitu dia bisa menghindari pernikahan dengan Zein Heflin.
Nona Alara Yilmaz melihat nyonya Mumtaz Yilmaz dengan wajah kasihan. Sebenarnya dia sudah bisa bicara tetapi nona Alara Yilmaz alias Karin tidak ingin orang lain tahu rahasianya. Karin ingin menyelidiki siapa orang yang telah memfitnah Alara Yilmaz. Gadis itu tidak mungkin bunuh diri, tapi di bunuh.
"Kalau hal itu benar, mereka harus bertanggung-jawab jawab!"_ Karin mendalam.
Nyonya Havva Mehrunisa dan putrinya Shalinaz Filiz meradang, tuan Akara Emir Yilmaz memutuskan mengembalikan pertunangan Alara Yilmaz dengan Zein Heflin.
Hanya saja pihak keluarga Heflin Hasan, ayah Zein Heflin belum memberikan keputusan. Keluarga mereka belum datang menengok Alara Yilmaz.
Sebenarnya Alara (Karin) Yilmaz keberatan dengan pertunangan itu, tapi dia bisa apa?
Pertunangan itu sudah di atur sejak lama.
Shalinaz Filiz dan ibunya tidak terima dengan keputusan itu.
Mereka tak berani melawan otoritas ayahnya Akara Emir Yilmaz.
***
Selesai terapi,
Zaenab mendorong kursi roda Alara meninggalkan klinik.
"Apa kamu mau ibu ajak jalan-jalan?!" kata nyonya Mumtaz Yilmaz, dia ingin membawa Alara jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.
Alara (Karin) Yilmaz melihat ke Zaenab, memberi isyarat.
Zaenab jadi juru bicara Alara.
"Nona Alara ingin segera pulang nyonya?" kata Zaenab.
"Baiklah!"
Mereka akhirnya pulang. Rumah ini memiliki model klasik modern dengan pilar-pilar besar yang megah.
Rumah besar kekuarga Yilmaz tampak sepi. Masing-masing orang berada di kamarnya masing-masing.
Rumah besar keluarga Yilmaz memiliki 10 kamar yang besar-besar.
Masing-masing kamar di lengkapi ruang tamu pribadi dan dapur mini. Memungkinkan setiap orang merasa lebih nyaman di kamar mereka.
Kamar Alara Yilmaz berada di lantai satu. Ukuran kamarnya terbilang luas dengan dilengkapi berbagai sarana mm mewah. Disekeliling kamar dipasang gorden berwarna biru tua serupa dengan badcover.
Atas permintaan Alara (Karin), Zaenab tidur di kamar Alara. Hal ini di luar kebiasaan keluarga Yilmaz, perawat atau asisten pribadi di sediakan kamar tersendiri di perumahan karyawan di belakang rumah besar.
Kondisi Alara Yilmaz yang dianggap masih sakit dan juga bisu, maka memungkinkan Zaenab berada dekat dengan Alara.
Sesampainya di kamar, Zaenab segera mengunci kamar.
Jangan sampai orang rumah masuk tiba-tiba ke kamar Alara. Tanpa sepengetahuan orang rumah, Zaenab memasang CCTV di beberapa sudut di dekat kamar Alara, dengan demikian Alara dan Zaenab bisa memantau di luar kamar. Asisten (mata-mata) nyonya Havva Mehrunisa sering mengintip dan mencuri dengar kamar Alara. Mereka curiga Alara pura-pura bisu untuk menarik simpati kekuarga Yilmaz.
Mungkin orang beranggapan kalau Alara Yilmaz sangat beruntung karena terlahir dari keluarga terhormat dan kaya raya.
Maka Karin pun juga beruntung terlahir kembali sebagai Alara Yilmaz, memiliki fisik sempurna dan cantik.
Akan tetapi, sesungguhnya nona muda Alara Yilmaz tidak seberuntung yang orang kira. Alara Yilmaz hanya "seperti" anak tiri saja di rumah besar Yilmaz.
Neneknya Aelia Yilmaz tidak menyayangi dirinya. Nyonya Aelia Yilmaz tidak pernah menyukai nyonya Mumtaz karena bukan dari keluarga kaya. Itu sebabnya dia menikahkan kembali Akara Emir Yilmaz dengan Havva Mehrunisa, keponakan jauh keluarga Yilmaz. Nyonya Aelia Yilmaz lebih menyayangi Shalinaz Filiz.
Sebagai orang yang baru terlahir kembali, maksa Karin mengenali semua orang di keluarga Yilmaz.
Karin mulai mempelajari watak dan peran setiap orang di keluarga Yilmaz.
Zaenab Al Habsy mengumpulkan data seluruh keluarga Yilmaz, nama-nama dalam keluarga Yilmaz dan kebiasaan mereka.
Alara (Karin) Yilmaz berdiri dari kursi roda, pindah ke ranjang. Karin kalau ingin bicara dengan Zaenab, harus keluar dari tubuh Alara.
Semenjak terpisah dari tubuh aslinya, Karin seperti makhluk gaib yang bisa keluar masuk tubuh seseorang.
Karin keluar dari tubuh Alara,
"Bagaimana, apa ada kabar dari Bella dan Katrina?" tanya Karin ke Zaenab.
"Mereka berangkat besok dengan pesawat pertama!" jawab Zaenab.
"Tolong cari kan mereka apartemen!" kata Karin sambil duduk bersila di kasur.
Di kasur, Alara tidur seperti bayi.
"Tenang saja sudah ku siapkan!" Zaenab membacakan jadwal penerbangan, apartemen untuk Bella dan Katrina, serta perjalanan Bella dan Katrina nantinya setiba di Ankara.
Karin dan Zaena6 sengaja memindahkan Bella dan Katrina ke Ankara untuk menjelaskan kedudukan masalah yang di hadapi Karin.
"Mereka mungkin tidak percaya tentang hal ini. Tapi ku pikir aku perlu menjelaskan pada mereka kalau Karin yang mereka kenal itu ternyata adalah Widya. Dan aku Alara adalah Karin!" Karin berkata dengan raut wajah sedih.
"Jangan khawatir... kita akan bicara dengan mereka pelan-pelan. Ku rasa mereka bisa mengerti setelah kita menyebutkan bukti-bukti!" Zaenab meyakinkan Karin.
"Kak Zaenab benar. Teman-teman ku pasti bisa mengerti. Tapi sekarang ini masalah ku terletak di keluarga Yilmaz. Aku harus mencegah pernikahan ku dengan Zein Heflin!"_ kata Karin dengan hati gundah.
Pintu kamar Alara di ketuk. Karin segera masuk ke tubuh Alara.
Zaenab mengintip dari ponselnya. Nyonya Havva Mehrunisa dan nona Shalinaz Filiz di depan pintu kamar Alara.
"Mau apa mereka!"_ Alara (Karin) berkata pelan ke Zaenab.
"Bagaimana?" Zaenab minta pertimbangan Alara.
"Bukakan saja kak!"
Zaenab mengangguk.
Alara Yilmaz menarik nafas panjang.
"Apa mereka mau menteror ku!"_ Karin mendengar dari nyonya Mumtaz Yilmaz, dulu, nyonya Havva Mehrunisa dan putrinya, Shalinaz Filiz suka kasar ke Alara Yilmaz.
Nyonya Mumtaz Yilmaz tak bisa membela, karena dia sendiri juga tak berdaya. Ibu mertuanya, Aelia Yilmaz tidak mempedulikan hal itu, malah terkesan sengaja membiarkan. Nyonya Aelia Yilmaz tidak pernah menganggap Alara sebagai cucunya.
Itu sebabnya nyonya Havva Mehrunisa dan Shalinaz Filiz tambah bertingkah dan arogan.
Karin kalau di tubuh Alara Yilmaz tak berdaya. Apalagi sekarang dia berada di atas tubuh lumpuh, berkursi roda dan bisu.
"Baiklah. Sekalipun aku lumpuh dan bisu bukan berarti aku tak bisa membuat mereka kuat!"_ Karin alias Alara Yilmaz nekad. Dia duduk di kasur menunggu nyonya Havva dan Shalinaz Filiz masuk.
Zaenab membukakan pintu kamar.
"Selamat so..."
Nyonya Havva Mehrunisa mendorong pintu kamar dengan kasat menerobos masuk.